09. Perlombaan gladis.
"Sampai detik ini aku masih berusaha untuk mengontrol emosiku agar tidak melukai kalian tapi itu sangat sulit"
===================================
"Dis" panggil Desta pada gladis. Gladis yang tadinya terdiam merenung menoleh kearah Desta. Gadis itu mengusap air matanya yang sempat menetes. Desta hanya menghela nafasnya lalu menghampiri gladis.
"Masih kepikiran Itha?" Tanya Desta. Gladis tersenyum kecut lalu menunduk.
"Udah gak usah sedih lagi, kasian Itha nya disana liat kamu sedih gara gara dia. Inget dis hari ini kamu lomba buat Itha bangga dengan kemenangan kamu jangan buat dia kecewa" gladis yang tadinya menunduk kini menatap Desta.
"Iya Des. Gue bakal bikin Itha seneng liat gue menang dia yang dukung banget buat gue ikut lomba ini" gladis tersenyum membuat Desta juga ikut tersenyum. Percayalah hanya gladis yang ia punya sekarang.
Semenjak kedua orang tua mereka meninggal karena kecelakaan maut yang mereka alami. Desta sejenak memeluk tubuh kurus adiknya. Gladis yang dulunya chubby dan berbadan sedikit berisi kini malah terlihat begitu kurus.
Desta takut adiknya kenapa napa. "Udah? Ayo berangkat gak mau telat kan?" Gladis mengangguk mereka beranjak dari duduknya dan berjalan kebawah menuju sekolah.
Regar, Sara, Eza, dan Demian kini tengah terdiam dikelas. Entah apa yang mereka pikirkan kelimanya tengah menunggu gladis.
"Sampe kapan?" Demian akhirnya memecahkan keheningan. Ketiga temannya menoleh.
"Apanya?" Tanya Eza.
"Sampe kapan kita terus dinganggu, Itha udah gaada dan meninggalnya juga gak wajar" Sara menunduk gadis itu kembali merasa sedih lagi.
"Gue juga gak tau sampe kapan mungkin sampe kita semua tegas dibunuh hantu itu kalo kita berumur 17 tahun" celetuk Eza. Membuat Regar menelan salivanya.
"An" panggil Regar pada Demian. Demian menoleh dan berdehem sebagai jawaban.
"2 bulan lagi ulang tahun Lo" Demian seketika terpaku saat mengetahui 2 bulan lagi ia akan ulang tahun ke-17.
Demian mengangguk ragu. "Apa nasib gue bakal sama kayak Itha meninggal secara gak wajar?" Tanya Demian pada teman temannya.
"Itu gak bakal terjadi kalo Lo hati hati dan kita bakal jagain Lo" ucap Regar. Demian sedikit ragu apa mereka bisa mencegah hantu itu agar tidak membunuhnya dia rasa itu tidak bisa.
"Kalian ngomongin apa?" Keempatnya terkejut dengan suara seseorang yang tiba tiba muncul. "Serius banget" gladis terkekeh melihat ekspresi keempat sahabatnya.
"Isss dis ngagetin banget tau gak" kesal Sara.
"Ya lagian Lo pada ngapain bengong?" Gladis duduk disamping Sara karena dulu ia duduk bersama Itha tapi sekarang Itha sudah pergi meninggalkan mereka.
"Kita lagi mikirin–" ucapan Regar terpotong.
"Dis Lo gimana persiapannya udah lengkap semua kan?" Ya Sara yang memotong perkataan Regar tadi karena ia tidak mau pikiran gladis buyar karena memikirkan kejadian yang menimpa Itha ingat gladis akan lomba hari ini.
Gladis tersenyum. "Udah dong, gue gak bakal ngecewain kalian tolong banget terus dukung gue ya" keempat sahabatnya tersenyum lalu mengangguk.
"Apapun buat Lo dis tetep semangat Lo harus fokus, gausah mikirin hal yang aneh aneh!" Suruh Regar. Gladis terkekeh pelan lalu tangannya bergerak membentuk hormat.
"Siap kapten Regar" ucapan gladis membuat semuanya tertawa. Gladis yang melihat tawa teman temannya berpikir kembali bagaimana kalau ada salah satu dari mereka ada yang meninggal karena hantu Kiara. Gladis tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya kedepannya apa dia akan ikut meninggal bersama mereka.
Kalau memang itu takdirnya gladis akan terima karena ia meninggal bersama teman temannya. Tapi bagaimana dengan kakaknya Desta pasti cowok itu akan sangat merasa kesepian karena hanya dirinya lah yang Desta punya.
"Gladis!. Disuruh keruang guru sama buk intan!" Gladis yang tadi tengah bercanda bersama Sara menoleh kearah pintu. Vito memanggilnya.
"Sar gue berangkat ya"
"Dis semangat Lo pasti bisa" gladis tersenyum lalu mengangguk setelah itu ia berjalan menuju luar kelas. Teman temannya memberi gladis semangat.
=============================
"Dis gue bangga sama Lo" ucap Sara sembari memeluk gladis bagaimana tidak gladis memenangkan lomba olimpiade matematika antar sekolah dan yah gladis menjadi peringkat pertama.
"Gladis sekali lagi ibu ngucapin selamat ya buat kamu. Pertahankan prestasi kamu dan untuk teman kalian Itha ibu turut berduka cita mendengar kematiannya semoga Itha tenang disana. Ibu yakin Itha pasti bangga ngeliat kamu dis" gladis, Sara, Regar, Eza dan Demian tersenyum kearah buk intan.
"Iya buk doain Itha tenang ya buk" ucap gladis. Setelah berpamitan pada kelima murid didiknya buk intan kembali keruang guru.
"Dis!" Sara lagi lagi memeluk erat tubuh gladis.
"Sesek Sar" sara melepaskan pelukannya. Kemudian menyengir.
"Hehe maaf"
"Sara, Sara" ucap Regar, Demian, dan Eza menggelengkan kepala melihat kelakuan Sara yang sangat random.
"Gue mau ketemu Itha" celetuk gladis.
"Dimakan?" Tanya Eza. Demian yang greget dengan sahabatnya yang satu itu memukul kepalanya.
"Bukan za" jawab Demian.
"An Lo kayaknya demen banget mukul pala gue. Lah terus kemana?" Tanya Eza semuanya menghela nafas panjang. Memang Eza yang suka paling lemot diantara mereka.
"Di mall!" Jawab Demian kesal.
"Oh"
"Eza!!!!" Sentak keempatnya. Lalu meninggalkan Eza yang masih dengan tatapan bingung.
"Gue salah?" Tanyanya menunjuk dirinya sendiri setelah itu menyusul keempat sahabatnya.
Kini mereka sudah pulang sekolah. "Za gue numpang Lo ya" celetuk Sara pada Eza.
"Oke" jawabnya. Mereka berlima sudah terpisah untuk menuju rumah masing-masing setelah sampai dirumah dan bersiap siap kelimanya akan berkumpul terlebih dahulu dirumah gladis lalu pergi ke pemakaman Itha.
"Selamat dis" Desta memeluk adiknya dengan senyuman yang mengembang. Mendengar kemenangan gladis membuat dirinya bangga.
"Makasih Des" balas gladis. Desta melepas pelukan mereka. "Inget pertahankan gelar kamu oke" gladis mengangguk semangat.
"Kalo gtu gue kekamar dulu des, mau pergi sama yang lain kepemakaman Itha" pamit gladis Desta mengangguk sebagai jawaban.
Gladis berjalan menuju kamarnya untuk bersiap siap. Dan setelah selesai teman temannya sudah menunggu dibawah, kelimanya berpamitan kembali pada Desta.
–Petaka.17–
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petaka.17 •On Going•
HorrorIni bukan cerita tentang perjodohan seorang remaja yang baru berumur 17 tahun, ini juga bukan cerita kisah cinta para remaja yang berumur 17 tahun. Tapi ini cerita tentang teror, bunuh diri, sisi gelap, pembunuhan berantai sekumpulan remaja yang bar...