Satu bulan kemudian.

0 0 0
                                    

22. Satu bulan kemudian.

"Gladis!! Cepetan!" Desta berteriak menyuruh adiknya untuk cepat. Pasalnya hari ini ia sedang ada meeting tapi karena gladis tidak ada yang mengantarnya kesekolah otomatis Desta yang harus mengantarnya.

"Iya ih bentar kenapa sih" Gladis berjalan cepat menuruni tangga. Dengan setelan lengkap sekolahnya. Dengan wajah masamnya.

"Bisa gak Lo sabaran dikit kak!?"

"Gak! Gue ada meeting cepet atau gue tinggal?" Gladis ingin mendaratkan pukulan di lengan Desta namun terkurungkan karena cowok itu sudah melenggang pergi otomatis Gladis menyusulnya.

"Masuk!"

"Iyaaaa" Gladis masuk kedalam mobil Desta mereka berdua pergi meninggalkan pekarangan rumah mereka. Di sepanjang perjalanan Desta hanya diam mendengarkan ocehan Gladis.

"Duhh gara-gara Lo ya kak pulpen gue ketinggalan!" Gladis merogoh tas ranselnya dan terus menyalahkan Desta.

"Dis kenapa malah nyalahin gue?" Desta tak terima dirinya disalahkan, orang dia yang teledor mana Desta nunggu nya lama lagi.

"Ck malesinnn"

Tak terasa mereka sampai didepan gerbang sekolah Gladis. "Turun!" Tanpa menjawab Gladis turun dari mobil Desta dengan kesal.

Setelah Gladis turun dari mobilnya Desta dengan cepat menancap gas pergi dari hadapan adiknya yang merutuk kesal. "pms kali ya?" Gumamnya pada diri sendiri.

Gadis itu berjalan menuju gerbang yang masih terbuka. Matanya menangkap sosok Regar yang tersenyum kearahnya. Melihat senyum Regar membuat Gladis juga ikut tersenyum gadis itu melangkah menuju tempat dimana Regar berada.

Setelah kejadian menimpa mereka sebulan yang lalu membuat keduanya semakin dekat dan saling menjaga satu sama lain. Regar hanya punya Gladis sebagai sahabat begitupun sebaliknya.

Regar bersyukur ia bisa selamat dari maut, untuk sementara ntahlah apa yang akan terjadi dua bulan setelah ini apa ia masih bisa melihat senyum Gladis yang pasti dirinya sangat ingin hidup lebih lama lagi.

"Kenapa muka Lo ditekuk gtu?" Tanya Regar pada Gladis. Melihat wajah sahabatnya yang masam membuatnya penasaran.

"Desta berulah lagi gar" ucap Gladis sedikit kesal. Regar yang melihatnya hanya tersenyum tipis lalu merangkul pundak gladis.

"Ih apaan sih lepasin!, Berat Regar" Gladis mencoba melepaskan tangan besar Regar dari pundaknya namun tak berhasil.

"Ck mau beli apa dikantin? Khusus hari ini gue traktir Lo sepuasnya" Gladis yang tadinya lesu setelah mendengar ucapan Regar matanya membulat menatap Regar dengan senang.

"Serius brohh??" Tanya Gladis, Regar mengangguk mantap.

"Weesss banyak duit kayaknya haha"

"Lo cenayang ? Kok bisa nebak bener lagi" mata cowok itu menyipit menatap Gladis dengan tatapan aneh membuat gadis itu menghentikan tawanya sejenak.

"Ngasal aja ih nebak doang hehe" mereka berdua berjalan menuju kelas karena sebentar lagi akan bel masuk berbunyi.

Gladis duduk di bangku nya sendiri dan begitu juga dengan Regar. Cowok itu diam melamun "ulang tahun gue dua Minggu lagi, apa gue masih bisa ngeliat senyum Lo dis" Regar menatap gladis yang sedang membaca buku.

Petaka.17 •On Going•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang