kembali

0 0 0
                                    

19. Kembali

Tubuh gladis kemetar saat melihat darah yang terus mengalir di perut Regar. "CEWEK GILA!!! SINTING LO DIS!!! MENDING LO YANG MATI!!!!" Dada Eza naik turun ia sudah berada dipuncak amarahnya saat melihat kondisi Regar sekarang.

Dengan cepat Eza mengambil pisau yang tergeletak di tanah. Bersiap untuk menancapkannya ke gladis. "Gue, gu–gue gak sengaja" lirih gladis sembari memundurkan tubuhnya. Demi apapun tadi dirinya seolah dikuasai makhluk lain yang membuatnya menusuk Regar. Eza terus saja maju berjalan kearah gladis.

"Lo mati Regar selamat!"

"Gak za maafin gue, gue salah za jangan bunuh gue!" Gladis bersimpuh dihadapan Eza. Laki-laki itu tersenyum miring.

"Kata maaf gabakal bikin gue luluh!" Pisau yang dipegang oleh Eza sudah mengarah ke gladis. Gadis itu memejamkan matanya.

"SAATNYA LO MATI!!"

greppp!!!!

"AAARRGGG LEPAS SIALAN CEWEK BANGSAT KAYAK DIA HARUS MATI!!" mata Eza memerah. Beruntung Regar masih mempunyai kekuatan untuk menghalangi sahabatnya itu untuk membunuh gladis yang sudah lemas dengan tubuh yang gemetar.

"Eza sa–sadar uhukkk" Eza seolah tuli tubuhnya seolah dikuasai oleh makhluk lain. Dengan kasar cowok itu menepis tangan Regar yang memegang kakinya.

"Lo semua harus mati ditangan gue HAHAHAHA" gladis mendongak saat merasakan desiran angin menerjang tubuhnya mata gadis itu membulat saat melihat Eza yang melayang dengan membawa pisau yang mengarah kepadanya.

"Kiara!!!" Sentak gladis.

"Lo–lo bukan Eza tapi ki–kiara!!!!" Eza turun kembali menatap wajah gladis dari dekat. Namun sialnya tubuh gladis membeku seolah ada begitu banyak tali yang mengikatnya.

Eza mengangkat dagu gladis dengan pisau yang berisikan darah Regar yang menetes. Cowok itu tersenyum mengerikan dengan mata yang memerah seperti kobaran api membuat gladis bergidik ngeri tubuhnya bergetar hebat. "Insting Lo kuat juga dis hihihi" suara Eza berubah menjadi suara Kiara.

Eza menusukkan ujung pisau itu dileher gladis. "Aarrkk sakit" gladis merintih membuat Eza lagi-lagi tersenyum. Dan terus menusuk leher gladis lebih dalam. Gladis sudah kehilangan kesadarannya. "Gue kembali mau jemput Lo gladis!" Gladis sudah memejamkan matanya Eza melepaskan pisau yang menancap di leher gadis itu.

Seketika tubuh gladis tersungkur tak sadarkan diri. Eza beranjak tubuhnya lagi-lagi melayang menatap sejenak badan gladis dan Regar yang sudah tak sadarkan diri. Tiba tiba pandangannya beralih menatap pintu gudang yang terdengar begitu gaduh.

"GLADIS LO DIDALEM??"  Teriak seseorang membuat Kiara yang kini berada didalam tubuh Eza berdecak kesal dengan cepat ia keluar dari tubuh Eza yang masih melayang. Pintu terbuka tepas saat tubuh Eza terhempas dari atas gudang.

Rani terpekik kaget saat melihat tubuh Eza, Regar dan gladis dilumuri darah. "AAAAAAA" Desta yang melihatnya juga sangat terkejut. Sial kenapa dirinya tidak datang tepat waktu.

Rani membekap mulutnya agar tidak berteriak kembali sungguh ia merasa ketakutan sekarang apa mereka bertiga mencoba saling bunuh satu sama lain atau......

Desta tanpa pikir panjang langsung menghampiri adiknya yang tergeletak dilantai gudang dengan luka tusuk di lehernya. "Cepet panggil ambulance Ran!!" Perintah Desta pada Rani. Gadis itu segera merogoh kantung celananya dan menelpon rumah sakit terdekat agar membawa ambulance kesana.

==========================


Flashback!

Gladis terbengong dilamarnya seorang diri. Gadis itu mulai kepikiran dengan Eza kenapa Eza terlihat seperti berubah padanya. Gladis tidak mau dijauhi oleh kedua sahabatnya sungguh.

"Jangan jauhin gue" gumam gladis sembari memeluk lututnya sendiri. Tubuhnya kembali gemetar gadis itu kembali teringat kecelakaan kedua orang tuanya dimasa lalu.

Gladis takut semua orang yang berada didekatnya akan meninggalkan diri. "Takut"

Ceklek!

Pintu kamar gadis itu terbuka menampilkan wajah Desta yang hendak masuk. Gladis tak menoleh ia masih ketakutan dan semakin menenggelamkan wajahnya diatas lututnya. Melihat tubuh adiknya terlihat gemetar membuat Desta dengan cepat menghampirinya.

"Gladis" panggil Desta sembari mengelus punggung gladis yang gemetar. Mendengar suara Desta yang memanggilnya membuat gadis itu mendongak.

"Kak" lirih gadis itu. Desta yang tak tega langsung memeluknya. "Kenapa hm? Cerita sama gue" Desta yang mengerti dengan kondisi adiknya sekarang akan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap berada disisi gladis.

Desta tau gadis itu membutuhkan sandaran untuk mencurahkan keluh kesahnya yang selama ini gladis pendam. "Glad" panggil Desta.

"Capek kak" lirih gladis membuat Desta semakin erat memeluknya. "Eza jauhin gue, Regar gaada kabar persahabatan gue hancur kak" sambung gladis kembali. Membuat Desta memejamkan matanya.

"Lo bisa, ada gue tenang aja" ucapan Desta tak mampu membuat gladis tenang. Maut sudah berada didepan matanya entah kenapa gladis menjadi sangat takut untuk meninggalkan Desta sekarang. Ia ingin selalu memeluk tubuh cowok itu.

"Desta" panggil gladis.

"Hm?"

"Mau tidur sama Lo" pinta gladis Desta mengiyakan permintaan adiknya.

Mereka berdua merebahkan dirinya dikasur milik gladis, Desta menyelimuti tubuh mereka berdua karena udara dingin menerobos masuk kedalam kamar gladis. Setelahnya Desta memeluk kembali adiknya.

"Desta"

"Iya kenapa?"

"Kalo gue pergi jaga diri Lo baik-baik ya" Desta mengernyitkan keningnya bingung. Pergi?.

"Tidur dis, udah malem besok Lo sekolah" bukannya menjawab Desta malah menyuruh gladis untuk tidur. "Gue serius" ucap gladis.

Mata Desta sudah terpejam. "Tidur gue ngantuk" gladis yang mendengar respon Desta hanya tersenyum tipis lalu memejamkan matanya.

"Gue takut gak bisa meluk Lo lagi kak" gumam gladis sebelum akhirnya dia tertidur didalam dekapan Desta.






–Petaka.17–



TBC.

Petaka.17 •On Going•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang