24. Birthday Regar
Gladis membuka pintu rumahnya melepaskan alas kakinya yang basah, ia menaruh payung warna putih itu di samping pintu. "Kenapa lama?" Sebias suara membuat Gladis menoleh mendapati sang kakak yang melipat kedua tangannya di depan dada.
Gladis menghela nafas kemudian masuk kedalam rumah ia menaruh barang belanjaannya di atas meja ruang tamu. "Tadi ketemu temen sekalian ngobrol deh" jawab gadis itu seadanya jujur saat ini ia sangat pusing dan lelah.
Desta menaikkan satu alisnya "siapa?" Tanya laki-laki itu. Gladis duduk di sofa menyandarkan punggungnya. Memejamkan matanya sejenak "Irfan" jawabnya singkat.
Desta yang tadi mengambil minuman bersoda di kulkas menghampiri Gladis yang sangat terlihat kelelahan. "Capek banget kayaknya, ganti dulu bajunya basah gtu gue gak mau Lo sakit" tegur sang kakak membuat Gladis mengangguk lemah.
"Lo udah makan?" Tanya Gladis pada kakaknya yang sedang meneguk minuman. "Jelas belum" jawab Desta jujur.
"Nanti gue masakin, tunggu" setelah mengucapkan itu Gladis akhirnya berjalan menuju kamarnya guna mengganti bajunya yang basah karena hujan.
Memandang kepergian adiknya yang tampak lesu tatapan Desta penuh arti, akhirnya menggeleng melanjutkan minum kembali.
Membuka pintu kamarnya Gladis mengecek ponselnya, gadis itu tercekat saat melihat notifikasi dari nomor yang tak di kenal. Saat membukanya mata gadis itu membulat melihat isi pesan itu. "Regar!" Pekiknya dengan tubuh gemetar.
Melihat apa yang terdapat dalam pesan itu memperlihatkan tubuh Regar yang terkapar dengan darah yang bercucuran di tubuhnya. Gladis ingin mati rasanya melihat itu. Gadis itu menangis histeris tubuhnya terjatuh kelantai ia sangat syok.
"Gak..... Gak mungkin itu Regar.." suaranya gemetar, mengacak rambutnya frustasi Gladis beranjak berdiri tujuannya sekarang adalah mencari dimana keberadaan Regar.
Membuka pintu kamarnya kembali dengan tergesa-gesa. Gladis yang niatnya tadi mengganti baju kini sudah tak memikirkan hal itu yang ada di pikirannya saat ini adalah kondisi dari sahabat satu-satunya.
Desta yang sedang bersantai duduk di sofa menonton televisi. Mendadak terkejut saat melihat adiknya yang menangis dan berjalan tergesa-gesa. "Dis! Kenapa?" Desta langsung menghampiri Gladis dan menanyakan kenapa Gladis yang tadinya baik-baik saja kini malah menangis dan terlihat begitu panik.
"A-anterin aku kak!" Suara gemetar Gladis membuat Desta ikut panik.
"Iya kemana? Kamu kenapa dulu ini?" Mendengar pertanyaan beruntun dari Desta Gladis menggeleng tak ada waktu untuk menjelaskan.
"Regar...."
================
BUAGGKK..
DUAGGKK...
"arghh, sssshhh" seseorang yang kini hanya bisa menahan sakit di sekujur tubuhnya yang sudah disayat, dan dipukuli secara membabi buta membuatnya tak kunjung hilang kesadaran. Membuat si pelaku jengah setengah mati.
"Kuat juga Lo" ucap si pelaku sembari mengambil pisau yang tergeletak di atas lantai berlumuran darah tadi ia gunakan untuk menggores kulit seseorang yang terduduk dengan posisi diikat dan tubuh, wajahnya yang sudah tak berbentuk.
"Uhukkk... Ma-mau apa L-lo bajingan" suara purau nan serak itu berusaha memaki orang yang telah memukulinya dan melukainya dengan pisau. Ia benar-benar bingung kenapa dirinya bisa berada di tempat yang asing ini bersama seseorang yang tidak ia kenal dan sialnya orang itu seperti psikopat yang tak ada rasa jijik melukainya bahkan sekarang darah segar terus mengalir dari tubuhnya dan membasahi lantai yang kotor dan berdebu itu.
Orang yang sedang membawa sebuah pisau di tangannya itu berdecih. "Gue mau Lo sama Gladis mati secepatnya ditangan gue" sebuah seringaian tercetak dibibir orang tersebut.
"Regar" satu nama yang terucap oleh orang itu. Namun si pemilik nama hanya diam menahan emosinya dan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Oh tidak ia lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Apakah ini caranya akan dijemput oleh maut. Benar-benar mengejutkan menurutnya namun mau bagaimanapun ia mengelak dirinya terpaksa akan mati juga di hari ini.
"Sebentar lagi tokoh utamanya akan segera sampai aku rasa" jantung Regar seolah-olah berhenti berdetak. Tokoh utama yang orang itu maksud sudah pasti Gladis. Karena tadi ia lihat orang itu menghubungi gadis itu. Regar mulai panik namun sayangnya ia tak bisa melakukan apapun. "Ja-jangan sa– uhukk... Sakit ini dia" ingin sekali rasanya Regar berteriak dan menghajar habis-habisan orang di depannya itu.
"Baik, gue gak bakal nyakitin cewek itu tenang aja. Tapi enggak tau kalo di hari ulang tahunnya" setelah mengucapkan kalimat mengerikan itu ia tertawa mengerikan menurut Regar tawa jahat yang baru pertama kali Regar dengar.
"Brengsek!" Umpat Regar tertahan, karena punggung dan wajahnya terasa sangat perih apalagi dibagian bibirnya terasa sangat ngilu. Jika kalian minatnya secara langsung kondisi laki-laki itu mungkin saja kalian ingin muntah.
Seseorang yang berada didepan Regar tertawa renyah, seolah meremehkan laki-laki tak berdaya dibuatnya itu. Kemudian mendekat dan mencekik leher Regar dengan sangat kuat seakan ingin mematahkan leher laki-laki itu.
Regar sontak melotot kesakitan sungguh tubuhnya dirasa terbelah dua. "Arrgghhh Le-lepas!"
"Tangan gue udah gatel pengen bunuh Lo sekarang HAHAHA" tawa menyeramkan itu membuat tubuh Regar semakin lemas.
Jika ia mati saat ini bagaimana dengan ibunya yang masih dirawat dirumah sakit, ia yakin setelah ibunya mendengar kabar kematian dirinya pasti akan berakibat fatal bagi kesehatan mental dan fisik ibunya.
"Akkhh..."
Regar sudah tidak kuat nafasnya tercekat, rasa sakit dan kesulitan bernafas menjadi satu laki-laki itu memejamkan matanya saat orang yang mencekiknya semakin kuat meremas lehernya. Regar pasrah hanya itu.
"Ma–ma" orang yang tadi mencekik Regar melihat laki-laki yang menjadi korbannya melemas dan memejamkan matanya tidak lagi memberontak melepaskan cekikan itu.
Memeriksa nafas laki-laki itu, tersenyum miring orang itu membersihkan tangannya dengan cara menepuk-nepuknya. Lalu berdiri tegak, "mati juga Lo binatang!" Seru laki-laki itu.
Melemaskan otot-ototnya yang sempat menegang tadi kemudian berkacak pinggang berfikir dimana ia akan membawa mayat ini?.
Tbc.
Bisa jadi nanti malem aku up lagi kalo ada waktu hehe.
See u next part.
Maaf kalo ada typo berserakan HAHAHA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petaka.17 •On Going•
HorrorIni bukan cerita tentang perjodohan seorang remaja yang baru berumur 17 tahun, ini juga bukan cerita kisah cinta para remaja yang berumur 17 tahun. Tapi ini cerita tentang teror, bunuh diri, sisi gelap, pembunuhan berantai sekumpulan remaja yang bar...