aneh.

0 0 0
                                    

16. Aneh.

👻👻👻👻👻

Banyak polisi yang sudah memeriksa tempat dimana beberapa waktu lalu diduga terjadinya pembunuhan sadis. Dimana korbannya yang diduga seorang perempuan dimutilasi oleh sang pelaku. Tangan dan kepalanya dipenggal dan hilang. Dan yang tersisa adalah bagian badan dan kakinya saja membuat aparat memasang garis polisi disepanjang tempat tersebut.

Salah satu polisi menemukan tas yang diduga milik korban. "Ponsel?" Polisi tersebut mengecek ponsel milik korban. Beruntungnya ponsel tersebut tidak dikunci membuat polisi dengan mudah menemukan siapa yang korban hubungi untuk terakhir kalinya.

Drrrrr.

Ponsel gladis berdering. Membuat Regar dan Eza menoleh pada gadis itu. Gladis segera mengambil ponselnya yang berada diatas meja. Tertulis nama Sara disana membuat gadis itu bernafas lega.

"Halo Sar Lo baik baik aja kan kenapa lama banget Datengnya kita bertiga lagi nunggu Lo daritadi"

"Halo"

Deg.

Gladis yang tadinya terlihat kesal kini tubuhnya tiba-tiba menegang. Yang berada ditelpon bukan suara Sara melainkan suara laki-laki.

"Apa anda mengenal pemilik ponsel ini?"

Gladis masih diam. Pikirannya sudah buntu sekarang apa Sara baik baik saja atau....

"Halo?"

Regar yang melihat gladis hanya terdiam. Langsung merebut ponsel gadis itu dan menjawab pertanyaan orang disebrang sana. "Ini hp temen saya, anda siapa ya?" Tanya Regar.

"Saya dari pihak kepolisian ingin melaporkan bahwa orang yang mempunyai ponsel ini tewas karena pembunuhan"

Ketiganya membeku. Saat mendengar apa yang dikatakan oleh polisi tadi. "Gamungkin" gumam gladis dengan tatapan kosong namun air matanya tiba tiba saja menetes.




Mobil yang dikendarai Regar berhenti tepat didepan garis polisi dengan cepat gladis membuka pintu dan turun. Hal pertama yang gadis itu lihat adalah banyaknya orang yang mengelilingi mayat seseorang. "Sara" lirih gladis.

"Gamungkin!" Pekik gladis yang sudah terisak dengan cepat ia menghampiri mayat Sara yang sudah terbungkus dengan plastik.

Regar dan Eza mengejar gladis. "Gar ini gamungkin Sara kan" suara gladis terdengar begitu menyedihkan membuat Regar yang tadinya mencoba untuk tidak meneteskan air mata sudah tidak kuat lagi saat tahu kalau itu benar benar Sara.

"Regarrr, Sara gamungkin meninggal iya kan hahaha" gladis menyentuh mayat itu walaupun ditutupi. "Sara Lo jangan bercanda. Sar Lo udah janji bakal ngerayain ulang tahun Lo bareng bareng sama kita" semua orang terdiam mendengar tangisan pilu dan pekikan gladis.

"Dis" Regar mencoba membuat gladis tenang. Gladis menggeleng air mata gadis itu semakin deras keluar.

"Sara"












"Gamungkin!" Gladis lagi-lagi menggelengkan kepalanya pelan saat mengetahui penyebab kematian Sara yang sangat misterius dan sadis.

Regar dan Eza yang mendengarnya langsung menenangkan gladis yang histeris kembali. "Pak saya minta tolong temuin pelaku pembunuhan Sara secepatnya!" Tegar Regar. Cowok itu memeluk gladis yang terisak kembali.

"Baik, saya akan menemukan pelaku pembunuhan ini secepatnya" Regar mengangguk. Menatap sejenak Eza yang terdiam disana.

Ketiganya pergi keluar dari kantor polisi. Gladis sudah berhenti menangis namun wajah gadis itu terlihat pucat. Regar membantu gladis berjalan karena kondisi gadis itu terlihat begitu lemah.

"Tunggu!" Eza tiba-tiba menyuruh mereka berdua berhenti. Regar dan gladis berhenti lalu menoleh kearah Eza. Regar mengangkat sebelah alisnya menatap Eza bingung kenapa Eza sedari tadi terlihat aneh?.

Eza berdiri dihadapan Regar dan gladis. "Kenapa za?" Tanya Regar. Cowok itu hanya diam. Matanya menatap gladis yang juga menatapnya teduh.

"Akhirin semua dis!" Ucapan Eza membuat gladis bertanya-tanya apa maksud sahabatnya ini.

"Akhirin apa za?" Tanya gladis.

"Halah gausah sok pura-pura gatau dis, semua teror dan hantu Kiara belum cukup buat jadi bukti kalo Lo yang buat dia meninggal!" Regar membulatkan matanya apa maksud Eza kenapa dia malah menuduh gladis yang membunuh Kiara.

"Za! Gila Lo Kiara meninggal gara-gara bunuh diri!, Dia yang bunuh dirinya sendiri kenapa jadi gladis yang Lo salahi!?" Eza berdecih mendengar pembelaan dari Regar yang ditujukan untuk gladis.

Gladis terlihat gelisah dan bingung secara bersamaan Eza kenapa?. Cowok itu mendekat kearah gladis. "Jangan Lo pikir gue gatau semuanya" Eza membisikan kata-kata itu ditelinga gladis membuat gadis itu tersentak.

Eza menjauhkan tubuhnya dari gladis. "Gue gak mau mati konyol dihari ulang tahun gue!"

"Tapi za setelah ini Lo yang bakal ulang tahun!" Regar ingat kalau Eza berulang tahun tepat satu Minggu setelah Sara.

Eza menggeleng mendengar perkataan Regar. "dan cewek ini–" Eza menunjuk wajah gladis dengan telunjuknya.

"Za–"

"Dia yang ulang tahun paling terakhir!" Ucap Eza penuh penekanan.

"Karna dia yang bikin cewek sialan itu mati!"

"Eza!" Bentak Regar yang sudah mulai emosi dengan Eza.

"Apa gar!?, Demian meninggal gara-gara dia harus dan Lo sadar. Kenapa teror dan pembunuhan ini penuh sama teka-teki dan teori ulang tahun yang gue gak ngerti sama sekali!" Regar terdiam. Gladis menunduk diam diam gadis itu meneteskan air mata.

"BUKA MATA LO GAR! INGET GLADIS YANG PALING BENCI SAMA KIARA!" teriak Eza yang sudah mulai kesal dengan semua teror dan hantu tidak jelas itu yang membuat tiga sahabatnya tegas secara tidak wajar.

"Lama lama gue gila sumpah!" Eza melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Regar dan gladis yang membeku disana.

"Eza" gladis hendak mengejar Eza namun tangannya ditahan oleh Regar.

"Gar, Eza"

"Dis udah biarin dia nenangin dirinya dulu" gladis kembali menatap punggung Eza yang semakin menjauh. Lalu menatap Regar dan mengangguk lemah.









"Si bocil pasti seneng gue siapin ini semua" Rani menyalakan lilin diatas kue tar berhiaskan ucapan ulang tahun untuk Sara. Setelah menyalakan lilinnya yang berlambangkan 1 dan 7 itu Rani mengambil ponselnya berniat menelpon adiknya.

"Halo sara"

Prank!

Rani yang tadinya tersenyum. Seketika merubah raut wajahnya saat mengetahui keadaan adiknya. Saat ini yang mengangkat telpon bukanlah adiknya melainkan gladis.

"Gamungkin" lirih Rani air matanya sudah jatuh membasahi pipi gadis itu.






–Petaka.17–




TBC.

Maaf banget aku upnya kelamaan:(

Petaka.17 •On Going•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang