teror pertama

12 5 0
                                    

02.teror pertama.

"Aku akan mendatangi kalian satu persatu"

===================================

Gladis, Sara, Itha, Regar, Eza, dan Demian kini tengah berada di kantin sekolah mereka sedang mendengarkan tentang mimpi Gladis. "Kok gue merinding ya dis, gue juga jadi parno soal ke–" ucapan Sara terpotong karena Regar menginjak kakinya.

"Aaawww gar sakit ih" Regar melotot kearah Sara kalau tidak menginjak kaki gadis itu mungkin seluruh orang yang berada di kantin akan tau tentang rahasia terbesar mereka.

"Ssttt Lo mau rahasia kita kebongkar jangan sampe Lo keceplosan sar" Sara yang tadinya meringis kesakitan kita membeku. Iya benar juga kata Regar. Beruntung mulutnya tidak keceplosan.

"Maaf" bisik Sara. Kelima temannya memutar bola matanya malas. "Lain kali hati hati" gumam Itha. Sara mengangguk.

"Tapi kalo beneran dia gangguin kita gimana?" Tanya Demian membuat semuanya terdiam.

"Ya–ya gausah takutlah bukan salah kita juga dia sendiri yang ngelakuin hal bodoh itu" Itha Sara dan Gladis berubah menjadi cemas. Mereka jelas takut, takut akan ada korban.

"Itu cuma mimpi udah gak usah dipikirin" Regar mencoba menenangkan teman temannya.

"Tapi gue setuju sama kata Demian ya kalo diteror masih bisa lah kita ngehindar kalo ada korban gimana?" Eza tiba tiba berucap. Pasalnya cowok itu juga pernah bermimpi didatangi Kiara.

"Percaya sama gue gak bakal ada korban cuma mimpi doang"

"Tapi gar–"

"Lanjut makan bentar lagi mau bel" semuanya menurut. Mereka juga tidak ingin berlarut larut mengingat kejadian naas itu.


"Gladis, Itha Lo berdua duluan aja gue mau ketoilet dulu" saat di koridor menuju kelas tiba tiba saja Sara izin ingin ketoilet kepada gladis dan Itha.

"Tapi Sar–"

"Gue duluan ya udah gak tahan ni" Sara berlari kecil menuju toilet. "Perasaan gue gak enak" gumam gladis namun masih dapat didengar oleh Itha.

"Gue juga dis apa ikutin si Sara aja kali ya gue takut dia kenapa napa" gladis tampak berfikir dengan ucapan Itha.

"Oke" akhirnya mereka berdua memilih mengikuti Sara takut terjadi sesuatu pada gadis itu.

Sara kini sudah berada di toilet. "Woy cepetan elahh lama banget Lo" Sara sedari tadi menahan kesal karena ada orang yang berada didalam. Namun orang itu tak kunjung membalas suruhannya.

"Woy!" Teriak Sara lagi. Gadis itu menjadi bingung kenapa pintunya terbuka sendiri dan tidak ada orang didalamnya ah sial jadi sedari tadi Sara berteriak tidak jelas dan tidak ada yang menjawab karena tidak ada orang tapi kenapa tadi pintunya susah dibuka dan ada suara air didalamnya.

Tanpa memikirkan apapun Sara masuk kedalam bilik toilet. "Lega banget" setelah selesai Sara hendak membuka pintu namun tiba tiba pintu kembali tidak bisa dibuka membuat gadis itu panik.

Duak!

Duak!

Duak!

"Woy tolong bukain gue pintu! Sial banget gue udah tau pintunya rusak pakek segala masuk sini" rutuk Sara pada dirinya sendiri.

Namun tiba tiba bulu kuduknya merinding. "Ssss perasaan gue kok gak enak ya" Sara mengusap lehernya.

Kretek!

Kretek!

Sara terdiam saat mendengar suara aneh yang berasal dari kloset tubuhnya tambah merinding sekarang. Walaupun penasaran Sara tidak mau melihat kebelakang. Sara memejamkan matanya. Memegang knop pintu "siapapun tolong bukain pintunya" gumam Sara dalam hati.

Suara itu semakin kencang tubuh Sara gemetar Jujur ia benar benar takut. Jantung Sara jeblos rasanya saat ada sebuah tangan memegang pundaknya. "Sara mau ikut aku gak hihihi" tubuh Sara menegang. Ia mencoba melihat kebelakang walaupun hatinya menolak.

"AAAAAAAAAAAAAA" Sara berteriak sekencang kencangnya saat apa yang ia lihat pertama kali.

Wajah berlumuran darah dan luka tersenyum lebar kearahnya walaupun sedikit tertutupi rambut menambah kesan menyeramkan bagi Sara.

"Pait pait pait pait TOLONG!!!!!" Sara berteriak kembali.

"Jangan takut ayo ikut aku hihihi"

"Sara!! Lo didalem kan?" Sara membuka matanya yang tadinya terpejam karena ketakutan. Saat melihat kebelakang kembali hantu itu sudah menghilang.

Tok!

Tok!

Tok!

"Sara!?" Sara lagi lagi melihat sekelilingnya lagi. Menarik nafas dalam. Sara membuka pintunya ia bernafas lega karena gladis dan Itha didepannya. "Sar Lo gak papa?" Sara mencoba menenangkan diri. Kemudian tersenyum kepada dua sahabatnya.

"Gu–gue gak papa kok hehe" Sara berusaha agar tidak membuat gladis dan Itha curiga.

"Yaudah kekelas!" Sara mengangguk. Gladis dan Itha berjalan mendahului Sara. Gadis itu melihat kebelakang sekali lagi. Matanya melebar saat melihat hantu tadi masih tersenyum padanya. Sara dengan cepat memalingkan wajahnya kemudian menyusul gladis dan Itha.

"Gar" panggil Eza pada Regar. Cowok yang sedang bermain game online di ponselnya. Hanya berdehem sebagai jawabannya.

"Gue takut polisi nyelidikin soal kematian Kiara" ucapan tiba tiba Eza membuat Regar menghentikan aktivitasnya.

"Za Lo dengerin gue, selama satu bulan ini polisi belum nyelidikin kematian Kiara. Keluarganya juga gak terlalu perduli soal kematian Kiara mereka nganggep Kiara hilang Lo tau sendiri Kiara udah dibenci sama keluarganya mana mungkin keluarganya mau nyari Kiara" jelas Regar.

"Bener kata Regar udah Lo tenang aja rahasia kita bakal aman" sambung Demian. Eza hanya mengangguk ragu. Mereka kini tidak berada diarea sekolah melainkan di gudang belakang sekolah tempat itu sudah menjadi basecamp mereka hanya untuk sekedar bolos atau kumpul.

"Dasar pembunuh sialan hihihi" ketiganya terdiam saat mendengar suara yang menyebut mereka pembunuh.





–Petaka.17–










TBC.

Sekarang Saia lagi pengen rajin up, mungkin sehari atau dua hari bakalan up-nya cepet so jangan lupa votmennya kita kawal cerita ini sampe end👍🤩.

Petaka.17 •On Going•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang