14. Pulang sendirian.
"Aku hanya membantu mereka yang ingin balas dendam"
=================================
Demian sudah meninggal seminggu yang lalu. Dan yah kedua orang tuanya juga sudah mengetahui hal itu namun masih larut dalam kesedihan. Demian adalah anak satu satunya yang Indri dan Brama miliki. Indri sempat masuk rumah sakit setelah mengetahui Demian meninggal karena nafsu makannya jadi berkurang dan menyebabkan maagnya kambuh kembali padahal Demian sudah berpesan padanya agar tidak telat makan.
"Yahhhh kak Rani gak bisa jemput ya?" Sara berdecak kesal karena kakak perempuannya tidak bisa menjemput dirinya. Padahal hari sudah sore ditambah lagi dengan awan yang tampak gelap.
"Maafin gue, Lo pulang sendiri aja sar kan bisa naik angkutan umum tiba tiba banget Lo jadi penakut"
"Hmm Lo gak bakal ngerti kak" setelah mengucapkan kalimat itu Sara memutuskan sambungan telponnya dengan Rani. Dirinya masih merasakan kesal dengan kakaknya itu padahal Rani sudah berjanji untuk menjemput Sara hari ini. Kalau saja tadi Rani memberi tahunya mungkin ia akan ikut dengan Regar atau Eza saja agar diantar pulang.
Namun mereka sudah pulang sekarang gladis juga membuat sara sendirian diparkiran sekolah menunggu kedatangan Rani.
"Ck udah mau ujan aja" menghela nafas Sara berjalan dan sedikit berlari kecil menuju jalan raya siapa tau dirinya menemukan angkot atau ojek yang bisa mengantarnya pulang.
15 menit sudah berlalu namun Sara tak kunjung menemukan angkot ataupun ojek dan lebih parahnya lagi ia tidak melihat adanya tanda-tanda taksi lewat. "Kalo gue pakek taksi online sama ojek online dijamin nih duit gue gak bakal cukup" gumam Sara. Sial kenapa uang jajannya harus habis terpaksa Sara berjalan kaki saja mana jarak rumahnya cukup jauh.
Gadis itu seketika panik karena tetesan air hujan yang jatuh tiba tiba menjadi sangat deras. Sara berlari menuju tempat teduh menutupi kepalanya dengan tas.
Beruntung gadis itu menemukan minimarket ia memilih untuk berteduh disana saja untuk sementara waktu. Memeluk tubuhnya yang terasa dingin. "Sial banget gue" desis Sara.
Karena menunggu hujan reda cukup lama Sara terduduk dilantai minimarket tersebut menaruh tasnya yang basah dipangkuan gadis itu.
Saat melihat sekeliling matanya menangkap sosok yang mencurigakan wajahnya tidak terlihat karena tertutup oleh masker dan Hoodie yang kebesaran namun mata tajam Sara melihat bahwa sosok tersebut matanya mengarah ke Sara.
Membuat Sara sedikit ketakutan. Gadis itu berusaha untuk terlihat tenang saja seakan akan tidak mengetahui keberadaan sosok itu walaupun dalam hatinya was was kalau sosok itu mengincar dirinya.
20 menit berlalu akhirnya hujan yang tadinya begitu deras kini sudah reda membuat Sara tersenyum senang. Gadis itu beranjak memakai tas ranselnya lagi lalu berjalan meninggalkan minimarket tersebut.
Hari sudah semakin menggelap Sara mempercepat langkahnya karena dirinya merasa ada yang mengikuti dari belakang. Gadis itu berlari kecil namun ia juga merasakan orang yang mengikutinya juga berlari dengan rasa yang begitu panik Sara semakin mempercepat larinya. Namun sebuah tangan mencengkram pergelangan tangannya membuat langkah gadis itu terhenti.
===========================
Gladis tengah duduk dikursi belajarnya ditemani dengan buku buku tebal miliknya. Mempelajari lagi materi yang diberikan oleh pak Toni.
Ponsel gladis berdering membuat gadis itu menoleh, mengambilnya dilayar ponselnya tertera nama Eza. Tumben cowok itu menelponnya tanpa pikir panjang gladis mengangkat panggilan Eza.
"Halo za kenapa?"
"Halo dis, gue ganggu gak?"
"Gak kok"
"Bagus deh hehe gue boleh minta tolong?"
"Boleh minta tolong apa?"
"Soal anu dis, pr buk Karin susah dis"
Gladis yang mengerti arah pembicaraan Eza tersenyum simpul pasti cowok ini ingin menyontek pekerjaan rumahnya. Dulu Eza suka nyontek punya Demian setelah Demian meninggal Eza jadi tidak sungkan menyontek pada gladis yang notabenya siswi terpintar disekolah Nusabima apalagi mereka masih kelas 11.
"Nyontek maksud Lo za?"
"Hehe iya dis boleh gak?"
"Boleh tapiii"
"Tapi..?"
"Lo besok harus traktir gue dikantin sekolah! Gimana?"
"Kebiasaan Lo tapi gapapa daripada gue dihukum oke deh"
Gladis tersenyum senang memang dirinya sangat senang mengerjai Eza yang agak lemot dalam hal belajar.
"Sip gue kirim sekarang PR nya gue matiin ya" tanpa menunggu jawaban dari Eza gladis mematikan sambungan mereka. Mengecek buku PR nya dan mempoto apa yang diminta oleh Eza lalu mengirimnya.
Anda
/Send picture
Nih awas Lo lupa sama traktirnyaEza
Siap dis, thanksGladis menggelengkan kepalanya kemudian ia melanjutkan acara belajarnya.
Sara tergelonjak saat ada yang memegang tangannya. Menoleh dengan cepat jantungnya hampir copot dari tempatnya keringatnya sudah bercucuran di kening gadis itu. "Regar!" Pekik Sara saat mengetahui siapa yang mengikutinya tadi.
Regar mengangkat sebelah alisnya menatap Sara bingung kenapa gadis itu terlihat sangat panik. "Lo kenapa lari? Gue capek ngerjarnya" ucap Regar membuat Sara menghela nafas lega.
Memejamkan matanya sejenak agar kepanikannya kemudian menatap Regar kesal. "Gue tadi panik gue kira Lo orang jahat yang mau bunuh gue" Regar melotot. Apa apaan dirinya dituduh seperti itu.
"Enak aja lo nya aja yang parnoan makanya sebelum kemana mana tuh berdoa biar Lo dilindungi sama tuhan!" Sara mendengus sebal.
"Auah bodo nyeselin lo" Sara hendak pergi namun lagi lagi Regar menghalanginya.
"Sar gue mau ngomong sama Lo sebentar!" Sara menatap Regar bingung.
"Mau ngomong apa udah malem gini?" Balas sara. Namun Regar segera menarik tangan Sara menuju mobilnya. Membuat Sara membulatkan matanya.
"Regar!!"
–Petaka.17–
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petaka.17 •On Going•
HorrorIni bukan cerita tentang perjodohan seorang remaja yang baru berumur 17 tahun, ini juga bukan cerita kisah cinta para remaja yang berumur 17 tahun. Tapi ini cerita tentang teror, bunuh diri, sisi gelap, pembunuhan berantai sekumpulan remaja yang bar...