birthday Demian.

1 1 0
                                    

12. Birthday Demian.

"Kalian hanya berpikir aku ini monster? Nyatanya mereka adalah iblis berwajah Malaikat"

===================================


Demian keluar dari rumahnya berjalan menuju mobil di garasinya untuk berangkat menuju sekolahnya. Demian mengeluarkan mobil miliknya lalu menyalakan mesin mobil itu dan berlalu pergi meninggalkan rumah besar nan megah milik cowok itu.

Diperjalanan Demian memutar lagu ♪lovely. Cowok itu mengemudikan mobilnya dengan santai. Tiba tiba saja ponsel cowok itu berdering namun Demian tidak menghentikan mobilnya ia merogoh tas ransel miliknya untuk mengambil ponsel didalamnya.

"Halo, ma?"

"Demian gimana kabar kamu nak?"

"Demian baik baik aja ma. Mama gimana?"

"Mama baik baik aja"

"Papa?"

"Papa kamu juga baik baik aja. Mama nelpon kamu cuma mau ngucapin happy birthday gantengnya mama semoga panjang umur sehat selalu dan terus jadi putra kesayangan mama deh pokoknya mama sayang kamu and i love you babe"

Demian terkekeh mendengar ucapan Indri disebrang sana. "Thanks ma, and i love you too"

"Maaf ya sayang mama sama papa gak bisa ngasih kamu kue ulang tahun kita juga gak bisa nemenin kamu tiup lilin"

"Mama Demian yang cantik banget kayak bidadari. Jangan lebay gtu lagian Demian udah gede 17 tahun masa masih pakek acara tiup lilin"

"Tapi tetep aja sayang, emm Demian mama minta maaf lagi nih mama mau balik kerja lagi"

"Yaudah aku tutup ya telponnya ma see u" Demian menutup sambungannya karena tidak hati hati. Ponselnya terjatuh.

"Ck ngapain pakek jatoh" kesal Demian cowok itu masih menjalankan mobilnya dan berusaha mengambil ponselnya yang terjatuh.

"Mana hp gue" Demian kembali berdecak. Meraba raba kebawah tak sengaja kepalanya juga ikut melihat bawah agar mempermudah mencari ponselnya.

Tinnnn tinnnn tinnnn!!

Braghh!!!

Belum sempat Demian mendongak mobilnya sudah terhempas dan terguling karena tabrakan dari sebuah truk berlawanan arah.

Semua orang yang melihat kejadian itu menjerit histeris. Mobil Demian meledak sedetik setelah terguling. Demian tewas dihari ulang tahunnya.

============================

Kringgg!!!!!

Gladis tergelonjak terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah dan keringat yang bercucuran keluar dipelipisnya. Sejenak gladis mengambil nafas dalam dalam. Memegang jantungnya yang berdetak dengan cepat.

"Demian" gumam gladis. Mengecek ponselnya waktu sudah menunjukkan pukul.

06.00

Menaruh kembali ponselnya dan mengusap wajahnya. Gladis memandang keluar jendela langit sudah mendung dan gerimis.

Gadis itu menyibak selimutnya dan beranjak berjalan menuju kamar mandi. Bersiap siap untuk kesekolah.







Gladis kini sudah menginjakkan kakinya didepan gerbang sekolah diantar oleh Desta. Desta tersenyum pada adiknya.

"Belajar yang bener" gladis merotasi kedua bola matanya menatap Desta malas.

"Terus selama ini gue gak belajar yang bener?" Desta terkekeh. "Masuk gih keburu bel ntar" suruh Desta. Setelah berpamitan pada kakaknya gladis melangkahkan kakinya menuju area sekolah.

Namun ada yang beda hari ini. Siswa dan siswi sedang menatapnya dengan tatapan sedih. Namun gladis tidak memperdulikan tatapan mereka ia terus berjalan menuju kelasnya.

Saat berada dikelasnya semua orang yang berada dikelas juga menatapnya dengan tatapan aneh. Membuat lagi lagi gladis merasa bingung. Gladis berjalan kearah bangkunya.

Gladis baru sadar kalau sara, Regar, Eza, dan Demian tidak berada ditempatnya. Dimana mereka?

"Vito" panggil gladis. Vito yang merasa dirinya terpanggil menoleh kearah gladis. "Ke–kenapa dis?" Gladis mengernyitkan keningnya bingung kenapa Vito berbicara gugup.

"Ngapa Lo gugup gtu. Oh iya gue mau nanya Sara, Regar, Eza, sama Demian mana ya kok udah siang gak keliatan?" Vito mendadak menjadi kikuk apa yang harus ia katakan pada gladis.

"Itu dis anu" Vito menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ih kalo ngomong tuh yang bener jangan itu anu itu anu Vito jawab!"

"Demian dis"

"Iya Demian dia kenapa?" Tanya gladis menyelidik.

"Temen temen Lo mau nyamperin Demian kerumah sakit dia kecelakaan–" ucapan Vito terpotong karena gladis sudah lebih dulu pergi keluar kelas.

Ia tidak perduli beberapa tatapan aneh mengarah padanya. Kenapa kenapa hanya dirinya yang tidak mengetahui kejadian Demian kecelakaan. Kenapa teman temannya malah diam saja apa mereka marah pada dirinya tapi kenapa mereka marah.

Gladir berlari menabrak tubuh siswa yang lewat di koridor namun dirinya tidak perduli tujuan utamanya sekarang adalah rumah sakit dimana Demian dibawa.

Nafas gladis terputus putus ia segera merogoh kantung roknya mencari keberadaan ponselnya. Setelah menemukan ponselnya gladis dengan cepat menelpon nomor Sara untuk menanyakan alamat mereka sekarang.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya Sara mengangkat panggilan gladis. Didengar Sara yang menangis terisak.

"Ha–halo sar"

Tubuh gladis sudah gemetar mendengar Isak pilu suara Sara.

"Dis, Demian dis" gladis menelan salivanya ia siap menerima kabar buruk sekarang. Gadis itu menunduk.

"Demian udah pergi dis Demian udah gaada" tangis Sara pecah. Tubuh gladis merosot dan terduduk. Sekuat mungkin menahan tangisnya.

"Lo–lo dimana sekarang!? Demian dimana Sar!?" Pekik gladis dengan nada frustasi menanyakan dimana teman temannya berada sekarang.

"Gu–gue ada dirumah sakit*******"

Gladis memutuskan sambungannya sepihak. Segera mungkin ia mencari taksi. Dan beruntunglah ia menemukan taksi dengan cepat. Taksi berjalan menuju tempat yang ditunjukkan oleh gladis.

Tatapan gladis kosong namun matanya mulai memerah karena menahan tangis. "Maafin gue gak bisa jaga Lo an" gumam gladis ia menunduk air mata yang sejak tadi ia bendung kini sudah berluruhan keluar. Demian sudah pergi.

"Happy birthday Demian"







–Petaka.17–




TBC.

Petaka.17 •On Going•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang