06. Teror keempat.
"Kenapa kalian tidak menguburku dengan layak padahal itu adalah tempat peristirahatan terakhirku"
====================================
"Udah Lo semua pulang aja. Lagian gue ada mama yang jagain" Itha jadi tidak tega melihat teman temannya yang terlihat sangat lelah karena menunggunya semalaman.
Gladis menggeleng. "Gue mau tetep jagain Lo tha, gue gak mau kehilangan sahabat gue buat kedua kalinya!" Itha tersenyum kearah gladis.
"Bener kata gladis tha. Gue bakal tetep jagain Lo gue bener bener gak mau kehilangan lo" sambung Sara. Itha menghela nafasnya memang hanya gladis dan Sara yang ia punya sebagai sahabatnya. Dulu dirinya sangat dekat dengan kiara. Tapi karena kejadian yang membuat Bagas salah satu sahabat mereka pergi karena Kiara menolak cinta cowok itu membuat Itha jadi mendadak tidak suka dengan gadis itu.
Berakhir ia membully Kiara dan yang lainnya juga ikut membully. Tapi yang lebih sering membully Kiara adalah gladis. Salah satu alasannya karena gladis juga menyukai Bagas sewaktu SMP tapi Bagas malah meminta Kiara yang menjadi kekasihnya.
Hati gladis sangat sakit saat melihat Bagas bersimpuh untuk Kiara menjadi kekasihnya dan yang membuat gladis sangat marah. Kiara malah menolak cinta Bagas.
Seminggu setelah kejadian penolakan itu. Bagas memutuskan untuk melanjutkan masa SMA nya keluar negeri membuat teman temannya beropini kalau Kiara lah yang membuat Bagas pergi.
Ternyata dugaan mereka salah. Bagas pergi bukan karena penolakan Kiara melainkan Bagas dikirim keluar negeri oleh orang tuanya. Karena kedua orang tuanya pindah kerja.
Namun mereka berenam tidak mengetahui itu. "Dis Lo masih benci sama Kiara?" Tanya Itha tiba tiba membuat gladis yang tadinya terdiam kini menatap Itha.
"Masih sedikit tapi rasa bersalah gue lebih besar buat Kiara daripada rasa benci gue" Sara dan Itha mengangguk.
"Iiihhh si Regar, Demian, sama Eza kenapa lama banget coba udah laper banget gila" celetuk Sara. Mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.
"Haha sar kalo Lo laper tuh ada roti dimeja makan aja"
"Gak ah gue pengen makan nasgor. Gak doyan roti" keduanya tertawa mendengar penuturan Sara.
"Gue heran Lo tiap hari makan nasi tapi badan Lo segitu segitu aja?" Sara mengibaskan rambutnya kebelakang mendengar ucapan gladis ia pikir itu adalah pujian.
"Yoi orang gue suka olahraga makanya gak gendut kalo makan nasi udah biasa hehe" Itha menggelengkan kepalanya. Mendengar celotehan Sara.
"Olahraga mata Lo orang tiap hari kerjaan Lo cuma rebahan haha" Itha dan gladis tertawa membuat Sara cemberut menatap kedua sahabatnya sinis.
"Dis jangan buka kartu dong kan malu" Itha dan gladis lagi lagi tertawa.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mendengar mereka tertawa dibalik pintu. Orang itu mengepalkan tangannya. "Sekarang kalian boleh ketawa sepuasnya sebelum nyawa kalian hilang" orang itu bersmirk dibalik maskernya. Kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu.
===========================
"Bisa gak sih Lo diem dulu za budeg kuping gue lama lama kalo denger Lo ngoceh Mulu" mendengar ucapan Sara Eza berhenti mengoceh.
"Kayak Lo pendiem aja sar!?" Sindir Eza.
"Siapa bilang, gue ngoceh tau tempat kita dimobil loh ntar kalo Regar gak fokus nyetir gimana?" Kini mereka berenam berada dalam satu mobil. Ya mobil Eza karena mobil Regar sedang berada di bengkel. Karena kejadian kemarin yang ada menghantam mobilnya dengan batu membuat kerusakan cukup parah.
"Males gue berdebat sama Lo" akhirnya Eza memilih untuk diam saja dirinya sangat malas berdebat dengan Sara.
"Udah ssttt diem" gladis menengahi. Regar dan Demian hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Eza dan Sara.
17.00
"Gimana keadaan Itha?" Tanya Desta pada gladis kini mereka sedang berada di ruang tv. Gladis yang sedang mengerjakan tugas sekolah dan Desta yang sedang menonton tv.
"Udah baik baik aja" jawab gladis. Desta hanya mengangguk lalu mereka melanjutkan aktivitasnya masing masing.
"Dis gue tidur duluan ya" gladis mengangguk. Desta beranjak menuju kamarnya. Kini tinggal dirinya seorang diri ditemani suara tv yang menyala.
Ding Dong
Ding Dong
Gladis menoleh kearah pintu gadis itu mengernyitkan keningnya bingung siapa yang bertamu.
Ding Dong
Ding Dong
"Iya sabar!, Siapa deh gak sabaran banget" gladis beranjak dan berjalan menuju pintu rumahnya untuk melihat siapa yang datang.
Ceklek!
Gladis melihat keluar namun gadis itu tidak menemukan siapapun. Membuatnya lagi lagi bingung. "Orang iseng bener bener ih" mata gladis tak sengaja melihat kebawah. Gadis itu menemukan sebuah kotak berwarna merah.
Karena penasaran gladis mengambil kotak itu. "Kotak apa nih?" Tanya gladis pada dirinya sendiri. Tanpa ragu gladis membuka kotak itu.
Matanya melebar saat melihat apa yang ada didalam kotak itu. Gladis membekap mulutnya karena syok. Bagaimana tidak isi kotak itu adalah kepala manusia dengan luka di sekujur wajahnya dan jangan lupakan ada belatung dan cacing tanah membuat siapa saja yang melihatnya merasa mual.
"Aaarrrrggg!" Teriak gladis. Desta yang mendengar teriakan adiknya segera cowok itu keluar dari kamarnya dan menghampiri gladis.
"Dis Lo kenapa? Ngapain Lo ada diluar?" Gladis tidak dapat menjawab pertanyaan Desta. Tubuhnya gemetar ia mungkin akan merasakan trauma sekarang. Melihat gladis yang gemetar. Dengan cepat Desta memeluk tubuh adiknya itu.
"Dis Lo tenang"
"Des i–itu ap–apa" bahkan ucapan gladis terbata bata. Desta melihat kearah yang gladis tunjuk matanya menangkap kotak yang berisikan kepala manusia. Desta juga ikut syok.
"Udah nanti gue buang ikut gue kita kedalem" Desta mengiring tubuh gladis menuju kedalam rumah. Agar gadis itu tidak merasa ketakutan.
Desta berjalan lagi menuju luar. Melihat kotak itu matanya tak sengaja menangkap sebuah note yang menempel di penutup kotak itu.
"Aku mengirim bola untukmu nanti aku akan mengajak kamu bermain denganku"
Desta mencerna baik baik apa yang dimaksud note itu. Apa gladis dalam bahaya sekarang?.
–Petaka.17–
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petaka.17 •On Going•
TerrorIni bukan cerita tentang perjodohan seorang remaja yang baru berumur 17 tahun, ini juga bukan cerita kisah cinta para remaja yang berumur 17 tahun. Tapi ini cerita tentang teror, bunuh diri, sisi gelap, pembunuhan berantai sekumpulan remaja yang bar...