hari kelulusan.

0 0 0
                                    

26. Hari kelulusan.

Setelah melalui banyak rintangan dan masa sulit saat menjalani ujian demi ujian kini gadis itu merasa ia harus lebih kuat lagi kedepannya. Menatap dirinya di depan cermin, memandang kembali seragam sekolahnya beserta Almer yang melekat di tubuh kecil nan kurus itu.

Gladis.

Gadis itu memaksakan sebuah senyuman yang tidak berarti apa-apa saat ini, seharusnya ini adalah hari dimana ia dan semua sahabatnya bersenang-senang, dimana ia dan sahabatnya merayakan hari kelulusan mereka setelah menjalani kesulitan mereka saat belajar tiga tahun lamanya.

Namun semua itu hanya angan-angan yang Gladis impikan.

Ceklek!!

"Cantik banget adek gue, udah siap belom?" Gladis menoleh kearah pintu. Menemukan Desta yang sudah siap dengan setelan kemeja merah dengan motif kotak-kotak yang menambah ketampanan laki-laki itu.

Gladis tersenyum lalu menghampiri sang kakak. "Kak Rani ikut gak?" Desta mengangguk.

"Pasti, udah nunggu tuh di depan Lo lama banget dandan doang" Gladis mendengus kesal.

"Apaan sih lebay banget Lo, cuma tiga puluh menit juga. Sekolah belum tutup loh!"

"Iya tapi gue capek nunggunya, kasian juga calon bini gue yang nunggu Lo dari jam enem"

"Lagian Lo nyuruh kak Rani Datengnya jam segitu, kok nyalahin gue!?"

"Iya tapikan..."

"Kalian mau telat? Oh ayolah tunda dulu berantemnya iiiss" akhirnya kakak beradik itu menghentikan aksi bertengkar mereka saat Rani datang dan menengahi jika tidak mereka bisa telat untuk datang kesekolah Gladis.

"Hehe maaf sayang" Rani hanya merotasi kedua bola matanya malas menatap Desta yang cengar-cengir tidak jelas.

Sedangkan Gladis sudah ngacir duluan ke mobil. "Gara-gara Lo!" Gladis menunjuk Desta saat sudah masuk kedalam mobil.

"Udah-udah ah kalian ini" Rani menggelengkan kepalanya heran sedikit dengan kelakuan keduanya.

Akhirnya Desta menancap gas pergi dari pekarangan rumah mereka menuju sekolah.

.
.
.
.
.

Dan sampailah mereka di sekolah Gladis, karena sudah agak siang jadi sudah banyak siswa yang berada dalam lingkungan sekolah.

Ah rasanya Gladis tidak mau lulus dan mau menetap di sekolah ini karena gadis itu pikir banyak sekali kenangan yang tak bisa ia lupakan di tempat seperjuangannya bersama semua sahabatnya yang sudah pergi meninggalkan dirinya terlebih dahulu.

Menatap sendu bercampur haru Gladis terbengong menatap beberapa teman sekelasnya yang melambaikan tangan untuk dirinya mendekat kearah mereka.

"Gladis" Kara gadis itu menepuk bahu Gladis saat ia menyadari bahwa teman sekelasnya itu terbengong dan mengabaikan lambaian tangan dari yang lain.

"Eh, kenapa Kar?" Kara tersenyum saat Gladis meresponnya. "Gapapa, Lo dipanggil tuh sama mereka. Kesana yuk" pandangan Gladis beralih kearah sekumpulan gadis yang sedang tertawa bersama.

Petaka.17 •On Going•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang