kepulihan gladis.

0 0 0
                                    

21. Kepulihan gladis.

Desta sedang menyuapi adiknya dengan telaten. Cowok itu tersenyum ia bersyukur kalau adiknya membaik. "Masih sakit?" Tanya Desta pada gladis yang hanya diam sedari tadi. Gadis itu menoleh kearah Desta yang sedang menatapnya.

"Hmm" gladis hanya bergumam sebagai jawaban iya. Gadis itu sedang tak ingin banyak bicara.

Desta hanya mengangguk kemudian ia meletakkan mangkuk berisikan bubur diatas meja nakas rumah sakit. Desta meraih tangan gladis. "Semua bakal baik-baik aja" ucap Desta.

Gladis hanya menghela nafas kakaknya mungkin bisa bilang baik-baik saja dengan keadaan namun bagi dirinya maut sudah berada didepan mata. "Eza" gumam gadis itu membuat Desta memalingkan wajahnya. Kenapa harus menanyakan Eza ia jadi tidak tega.

"Dikubur dimana?" Lanjut gladis membuat Desta menunduk menghela nafas kemudian mendongak kembali menatap adiknya. "Terus Regar? Baik-baik aja kan?" Tanya gladis kembali.

"Eza dimakamkan dimana tempat Sara dan Itha dimakamkan bedanya Eza makamnya agak jauh dari mereka berdua, kalo Regar masih dalam keadaan koma" air mata gladis menetes.

"Mau ketemu Regar kak" pinta gladis pada Desta. Cowok itu menggeleng. "Lo masih sakit gak boleh banyak gerak"

"Tapi. Gue pengen liat kondisi Regar!!" Bentak gladis namun Desta kekeuh tidak memperbolehkan gladis melihat Regar.

"Kenapa!? Gue gak boleh ketemu satu-satunya sahabat gue yang masih hidup Des? Kenapa? Gue pengen liat Regar!!"

"Dis bukannya gue ngelarang Lo tapi gue khawatir sama kondisi Lo!!" Gladis tak memperdulikan ucapan Desta yang memperdulikan kondisinya yang sekarang ada dipikirannya adalah Regar.

Gladis nekad mencabut infus yang menempel dipergelangan tangannya Desta sudah berusaha untuk menahannya namun infus tersebut sudah tercabut dengan sekuat tenaga gladis mendorong bahu Desta agar menjauh. "Gladis!!" Desta menarik kasar tangan gladis agar gadis itu berhenti.

Gladis meringis karena tarikan tangan Desta sangat kuat. "Gue bilang diem ya diem gue bilang jangan ya jangan!! Lo ngerti bahasa manusia gak? Bukannya gue ngelarang Lo ketemu Regar. Iya gue tau Regar sahabat Lo tapi liat juga kondisi Lo bodoh!! Kalo Lo kenapa-kenapa gue juga yang repot!" Air mata gladis menetes semakin deras saat Desta berbicara dengan nada tegas kepadanya baru kali ini ia melihat sisi lain dari Desta.

"Kok Lo malah ngebentak gue!?"

Desta berdecak frustasi. "Gue khawatir sama kondisi Lo" Desta menekankan setiap katanya agar gladis mengerti.

Gadis itu masih menangis. "Gue takut Des" tubuh gladis ambruk dalam pelukan Desta dengan sigap Desta menangkap tubuh adiknya dan membawanya ke kursi yang tersedia diluar ruangan kamar inap gladis.

"Iya gue ngerti, maafin gue udah ngebentak Lo" Desta mengelus rambut adiknya yang masih terisak dalam pelukannya.

"Tinggal gue sama Regar yang tersisa des, Lo paham kan maksud gue" gladis mendongak Desta mengangguk.

"Gue takut Des kenapa harus temen-temen gue kenapa gak gue aja yang mati" gladis menangis tangisannya terdengar begitu pilu Desta dapat merasakan bagaimana sakitnya menjadi gladis namun mau bagaimana lagi takdir yang telah mengatur semuanya.

"Sssstttt udah sekarang Lo masuk ya istirahat, kalo Lo udah mendingan gue anter ke Regar" Gladis masih menangis dalam pelukan Desta. Namun beberapa saat kemudian gadis itu mulai tenang.

Desta membawanya kembali kedalam ruangan tempat Gladis dirawat. "Tidur ya" Gladis menggeleng dengan suruhan Desta.

"Capek kak tidur Mulu" Desta menghela nafasnya. "Yaudah makan buburnya oke"

"Gak kak gue enek!" Ucap Gladis sembari menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Desta tersenyum tipis lalu mengusap puncuk kepala adiknya dengan gemas. "Cepet sembuh biar kita bisa makan sate bareng" Gladis menatap Desta dengan mata berbinar.

"Sate? Nah itu yang gue mau kak beliin ya gue mohon" Desta dengan cepat menggeleng tak mengindahkan permintaan adiknya.

"Lo lagi sakit kata dokter gak boleh makan, makanan selain bubur dis"

"Tapi kak–"

"Gaada tapi-tapian makan buburnya biar Lo cepet sembuh!" Gladis menunduk lesu. Bukannya ia tak mau makan tapi ia sangat membenci makanan seperti bubur, rasanya gadis itu ingin muntah kalau memakan bubur.

"Gue gak laper mau tidur" gadis itu perlahan merebahkan tubuhnya di atas blankar rumah sakit. Desta mendengus malas melihat tingkah adiknya.

"Lo kayak lagi ngidam dis" cowok itu beranjak dari duduknya.

"Gue tinggal bentar, buat ngasih tau dokter kalo infus Lo copot" Gladis tak menjawab ia hanya memejamkan matanya. Sepeninggalan Desta gadis itu membuka matanya kembali ia menghadap kearah jendela.

Menatap awan yang menggelap mendung. "Apa bentar lagi bakalan hujan ya?" Gumam gadis itu.

Gladis menghela nafas. "Regar, Eza, Sara, Itha maafin gue ya" tanpa sadar Gladis menangis dan bertepatan rintik hujan mulai turun seakan langit pun ikut sedih.

"Sekarang Lo tau gimana rasanya jadi Kiara" tanpa disadari ada seseorang yang mengintip gadis itu dibalik pintu ruangannya. Dengan senyuman miring.




–petaka.17–




TBC. 

Petaka.17 •On Going•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang