Dia siapa?

1 2 0
                                    

10. Dia siapa?

"Apa kalian penasaran apa ada seseorang yang mengetahui tentang kematian ku selain mereka?"

===================================

Mereka berlima sudah sampai ditempat pemakaman Itha. Wajah yang tadinya ceria kini berubah menjadi sendu. Gladis duduk didepan makam sahabatnya itu. Membawa bunga dan menaburi diatas tanah yang dibawahnya terdapat jasad Itha.

Sara mulai menitihkan air mata. Gladis tersenyum simpul memandang nisan Itha. Eza dan Demian menunduk sedangkan Regar sama seperti gladis cowok itu memandang lurus kearah nisan Itha.

"Tha" panggil gladis. Matanya mulai berkaca-kaca. "Gimana kabar Lo?" Sara sudah mulai terisak mengingat bagaimana Itha dulu sangat dekat dengannya dan sekarang malah meninggalkan mereka.

"Gue harap Lo baik baik disana. Gue juga berharap Lo ketemu Kiara dan minta maaf sama dia, gue berdoa Kiara mau maafin kita" gladis mulai menitihkan air mata. Itha lah selama ini yang selalu mendukungnya baik maupun buruk kelakuan gladis tapi Itha selalu memberinya semangat. Mengingat gladis anak yatim-piatu.

"Itha" gladis mengeluarkan pialanya dari tas ransel yang ia bawa untuk menyimpan piala kemenangannya atas lomba yang ia ikuti.

"Makasih ya selama persiapan lomba Lo yang selalu dukung gue" gladis tersenyum tipis. Lalu mengusap air matanya.

"Itha gue kangen sama Lo kita semua kangen sama Lo tha" lirih Sara yang sudah tidak dapat membendung rasa kangennya pada Itha.

"Doain kita baik baik disini ya tha" ucap Demian air matanya menetes setitik.

"Maafin kita belum bisa jagain Lo" sambung Eza.

"Yang tenang disana tha" lanjut Regar. Mereka berlima saling pandang lalu kembali memandang nisan Itha.

"Pulang sekarang?" Tanya Regar. Keempatnya mengangguk dirasa hari sudah mulai sore mereka memutuskan untuk pulang.

Gladis berjalan duluan disusul Regar, Sara, Eza dan yang terakhir Demian cowok itu masih memandangi makam itu. Lalu tersenyum.

"Makasih buat semuanya tha" ucap Demian. Saat hendak pergi mata cowok itu menyipit seperti ada seseorang dibalik pohon beringin itu. Cowok itu ingin melihatnya lebih jelas ia berjalan menuju pohon itu namun.

Puk!

Pundak Demian ditepuk oleh Eza. Demian menoleh kebelakang "ngapain?" Tanya Eza.

Demian menggeleng mungkin yang ia salah lihat tadi. "Gak" jawab Demian.

"Balik buru Lo mau semaleman disini?" Demian memukul pelan wajah Eza.

"Mana mau gue goblok!" Demian berjalan mendahului Eza. Sedangkan Eza masih diam ditempat. "Aneh amat tuh anak" tersadar dirinya sendiri disana membuat cowok itu ngacir mengejar Demian.


"Demian kayaknya udah sadar keberadaan gue ah lebih tepatnya keberadaan malaikat mautnya" orang yang bersembunyi dibalik pohon itu tersenyum miring.

===========================

"Guys!" Panggil Sara pada teman temannya ya mereka kini sedang berada disebuah cafe dekat rumah Sara. Biasalah malam Minggu. Mereka sering menghabiskan waktu untuk kumpul gladis dan yang lainnya menoleh. Melihat Sara yang heboh melihat ponselnya.

"Apa?" Tanya Eza pemasaran apa yang dilihat oleh Sara.

"Ini kan manta pacar Kiara waktu masih SMP ya gak sih?" Dulu diantara mereka berdelapan hanya Kiara yang mempunyai pacar saat masih SMP sedangkan yang lainnya tidak diperbolehkan berpacaran. Kenapa Kiara diperbolehkan karena keluarganya tidak perduli menganggap keberadaan Kiara saja mereka acuh.

"Mahesa? Ya gak sih?" Demian mencoba mengingat ingat nama mantan pacar Kiara.

"Iya bener banget gue ngefollow akun Ig nya ternyata dia udah balik ke kota ini" jelas Sara kelimanya saling pandang.

"Terus?" Tanya Regar yang sangat malas membahas Kiara entahlah cowok itu malah semakin membenci Kiara semenjak kematian Itha dan teror teror yang mereka alami.

"Mahesa masih cinta sama Itha u know!"

"Apa dia tau kalo Kiara meninggal bunuh diri?" Tanya Sara pada teman temannya.

"Sar Lo goblok apa gimana yang tau Kiara meninggal bunuh diri cuma kita berlima!"

"Atau mungkin lebih" semua mata mengarah pada Demian. Kenapa ia berbicara seperti itu seolah olah tau sesuatu.

"Maksud Lo an?" Tanya Regar penasaran.

"Kemaren gue liat ada orang yang mantau kita waktu dikuburan" Regar menaikkan satu alisnya bingung. Begitupun yang lainnya menatap Demian dengan tanda tanya.

"Oh jadi yang kemaren Lo mau jalan kepohon beringin gara gara Lo liat orang disana? Yang bener aja?" Ucap Eza.

"Gue yakin itu orang dan gue gak salah liat!" Demian berseru ia benar benar yakin bahwa dirinya melihat orang lain disana selain mereka berlima sepertinya orang itu memantau mereka berlima.

"Iiihh an, za kok gue jadi takut ya" Sara meringis ketakutan kenapa hidupnya makin rumit saja.

" Demian Lo kayaknya harus hati hati deh target selanjutnya elo an, bentar lagi ulang tahun Lo" bukannya menenangkan teman temannya Eza malah menakut nakuti Demian.

"Za omongannya jangan sembarangan!" Tegur gladis yang sedari tadi menyimak obrolan mereka.

"Tapi kaya Eza ada benernya kita harus lebih hati hati lagi" Regar berucap semuanya mengangguk. Demian sekarang sudah pasrah dengan apa yang akan ia hadapi kalau ini memang takdirnya ia harus lewati. Walaupun ia tidak bisa segampang itu untuk pasrah cowok itu akan lebih berhati hati lagi.






"Gue curiga kalo yang bunuh Itha bukan hantunya Kiara tapi manusia"

Dooorrr!

Kelimanya terpekik kaget saat mobil Regar berhenti mendadak. "Awww sakit ih"

"Gar kenapa?"

"Iya nih pala gue kejedot!"

"Sorry kayaknya ban mobil gue meledak deh"

"Hah? Kok bisa?" Tanya gladis. Kenapa tiba tiba sekali ban mobil Regar meledak mana daerahnya sepi lagi bikin ketar ketir aja.

Regar, Demian, Eza, Sara dan gladis turun dari mobil Regar untuk mengecek ban mana yang meledak. Regar berjongkok mengecek ban mobilnya. "Nahkan bener bannya pecah"

"Duhh terus gimana gar mana tempatnya sepi lagi" Sara sudah nethink duluan was was ada hantu disekitarnya.

"Tenang aja sar gue bawa ban cadangan" keempatnya bernafas lega. Regar berjalan menuju bagasi mobil untuk mengambil ban cadangan saat membuka bagasi mobilnya Regar tergelonjak kaget.

Karena menemukan sebuah tangan yang sudah terpotong dan berlumpur darah memegang sebuah pisau tepat berada diatas ban cadangannya.

"AAAAARRRGGGH" teriak Regar membuat teman temannya terkejut dengan cepat mereka menghampiri Regar. Mata mereka membulat saat apa yang mereka lihat.

Namun sebuah note terjatuh tepat didepan mereka dengan keberanian yang ia punya gladis mengambil note itu.

"Tempat ini sepi bagaimana kalau kita bermain main saja?"

Itu yang tertulis di note tersebut.




–Petaka.17–


TBC.

Petaka.17 •On Going•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang