Part 34

111 9 0
                                    

Terlihat sedikit memanjang rambutnya yang hitam legam, wanita itu tampak sama terkejutnya dengan Jimin.

"Noona ??"

Jieun terhenti dari langkahnya menuju Taehyung.

"Mwo? Jim, Apa kau mengenalnya ??Kemarilah sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mwo? Jim, Apa kau mengenalnya ??
Kemarilah sayang.."
Taehyung menarik lembut tangan Jieun untuk duduk di sebelahnya.

Suasana pun menjadi sangat canggung.

"Apa kabar, noona ?"
Jimin membungkuk hormat lalu mengulurkan tangannya bermaksud untuk sekedar bersalaman.
Jieun menyambut tanpa ragu.

"Sebentar.. kalian sudah saling kenal?
Wahh.. ini bukan kebetulan, ini benar benar takdir! Apakah ada yang bisa menjelaskan mengapa kalian bisa kenal? Hm?? Sayang?"
Kalimat sayang itu benar benar tidak terlepas dari mulut pria yang tentu saja lebih muda dari Jieun.

Sekejap Jimin dan Jieun bertatapan lalu memalingkan pandangan seolah bingung memulai darimana sampai akhirnya mereka bertiga kini duduk bersama.

"Kami dulu bekerja bersama, Tae..
Dia adalah seniorku..
Bukan begitu, noona ?"
Jimin mempersingkat jawabannya agar Taehyung tak terlalu banyak bertanya lagi.

"Hm.. iya.. kami rekan kerja ketika aku masih mengajar di sekolah yang lama.
Dan dia juga mantan pacar Jeena.."

Lontaran kata Jieun mengejutkan bagi kedua pria yang kini menatap wanita yang terlihat sangat tenang sambil meminum iced americano yang ia pesan.

"Jim? Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?"
Taehyung seolah menuntut jawaban dari sahabatnya itu.

"Itu hanya masa lalu, Tae ..
Seperti yang Jieun noona katakan, aku hanya pernah dekat dengan Jeena..
Jadi tidak perlu di bahas lagi,  bukan?"
Jimin mulai tidak nyaman dengan arah pembicaraan ini.

"Wah.. wah ..
Aku tertinggal terlalu banyak.."
Tiba tiba ponsel Taehyung berdering dan membuatnya harus menjauh dari kedua orang itu untuk menerima telepon penting.

Tinggalah kini Jimin dan Jieun yang terdiam bagai pemain catur yang sedang berpikir untuk memajukan pion masing masing.

"Ehm... Noona ..."

"Maafkan aku Jim..
Maafkan aku tentang masa lalu..
Maafkan aku karena memisahkanmu dari Jeena..
Aku tau aku sangat egois kala itu.
Tidak bermaksud apa apa..
Aku hanya memikirkan dua wanita yang akan tersakiti waktu itu..
Dan.. aku turut prihatin mengenai perceraianmu dengan Yeonmi.."
Jieun terlihat sungguh menyesalinya.

Jujur saja Jimin benar benar tidak menyangka Jieun akan mengatakan hal itu.
Iapun tersenyum, ketika Jieun menyodorkan sebuah amplop beludru berwarna biru elegan yang sudah pasti itu adalah undangan pernikahan.

Iapun tersenyum, ketika Jieun menyodorkan sebuah amplop beludru berwarna biru elegan yang sudah pasti itu adalah undangan pernikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika aku tau lebih awal bahwa kau adalah sahabat Taehyung, mungkin aku akan lebih awal pula untuk meminta maaf padamu, Jim..
Aku bersungguh sungguh..."

Jimin mendesah pelan, menarik amplop mewah itu dan membukanya.
Membaca dengan seksama dengan senyuman yang penuh arti.
Senyuman bahagia ketika dua sahabatnya menikah.

"Noona.. seharusnya aku yang meminta maaf..
Semua adalah salahku.
Aku terlalu mementingkan perasaan daripada logika..
Dan aku tau itu tidak benar..
Ku harap kita akan bersahabat seperti dulu.."
Jimin kembali mengulurkan tangan untuk kedua kalinya.

Jieun mendekati bangku Jimin dan memeluknya erat.
"Sahabat tidak akan berjabat tangan, bukan?"
Jieun menepuk pelan punggung Jimin yang ternyata sudah meneteskan air mata yang ia tahan sedaritadi.
Entah kenapa air mata itu keluar begitu saja ketika Jieun memeluk bak seorang kakak yang menenangkan adiknya.
Kadang ia butuh sosoknya.

Taehyung melihat kejadian itu.
Ia pun mendekati keduanya.
Tentu saja Jimin merasa tak enak karena kekasih Taehyung itu sedang memeluknya.

"Ehm.. maafkan aku Tae.."

"Jim.. aku mengenalmu..
Kau tidak mungkin seperti ini jika tidak mengalami hal yang berat..
Aku akan memberi kalian waktu untuk bicara.
Sepertinya kalian cukup lama tak bertemu.
Kebetulan aku harus segera pergi karena ada urusan mendadak..
Sampai jumpa besok, kawan..."
Taehyung menepuk pelan bahu Jimin.

"Tapi sayang..."
Jieun berusaha menahan lengan Taehyung untuk tidak pergi.

"Hey sayangku yang manis, aku percaya padamu.
Juga pada sahabatku..
Ceritakanlah padaku setelah kalian selesai berbicang , okey?"
Taehyung mengelus rambut Jieun dengan lembut dan berpamitan pada keduanya.

~~

"Maaf Jim jika aku lancang dan mencoba mencari tau kabarmu melalui Seokjin.
Karena ku pikir hanya dia yang mengetahui kabarmu.
Tapi tetap saja aku tidak bisa menghubungimu.
Dan aku turut prihatin tentang perpisahanmu.
Jujur saja aku merasa bersalah sejak kejadian itu.
Tentu saja aku merasa bersalah juga pada Jeena.
Dia sangat terpuruk saat itu.
Dan tidak mau berbicara padaku begitu lama."
Jieun membuka suara dan mencurahkan segala yang ia pendam selama ini.

"Noona.. aku mengerti posisimu saat itu.
Dan aku tidak menyalahkan siapa siapa kecuali diriku sendiri.
Aku butuh waktu untuk menyembuhkan semuanya.
Ku pikir tinggal beberapa lama dengan ibuku akan sangat bagus untuk suasana hatiku.
Maafkan aku noona atas segalanya.
Dan.. sampaikan maafku juga pada Jeena..
Apa... dia.. baik baik saja??"
Suara Jimin terdengar sedikit bergetar ketika menyebutkan nama Jeena.
Ia masih menyimpan sejuta rasanya untuk wanita yang hanya sebentar ia cintai.
Dan kini? Tentu saja masih ia cintai..

"Kau sampaikan langsung saja padanya, Jim..."
Jieun menunjuk ke arah luar cafe.

Terlihat wanita dengan rambut yang sedikit terlihat ikal dengan warna caramel yang cantik membubuhi wajahnya yang begitu sendu.
Wanita itu berada di seberang jalan dan menuju ke cafe.

Jimin menatapnya seolah ini pertama kali ia melihat sosok itu.
Ia tersenyum dan menahan air yang sedikit menggenang di pelupuknya.

Ya, wanita yang selama ini mengisi kesedihan Jimin setiap hari.
Tiada hari tanpa mengingat wajahnya yang begitu teduh dan menenangkan.
Jimin rindu wanitanya.
Jimin rindu pelukannya.

Jeena..
Aku menemukanmu kembali..

Aku menemukanmu kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~BERSAMBUNG~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




~BERSAMBUNG~

Ephemeral • PJM •ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang