Part 3

173 25 0
                                    

Jimin berlari menuju halte bus lain yang menuju apartemennya.

Ia meninggalkan Jieun sendiri di dalam bus yang tetap menuju perayaan ulang tahun Hoseok, setelah membaca pesan singkat dari sang istri.

Kumohon Tuhan, semoga dia baik baik saja...

Jimin gelisah ketika sudah duduk di dalam bus yang melaju menuju kawasan apartemen.
Bahkan sepertinya ia tidak benar benar duduk di kursi biru seragam yang keras itu.

Sesekali ia meremas remas jarinya, dan melihat ke arah jalan untuk memastikan bus ini segera tiba di pemberhentian tujuannya.

Hingga besi besar beroda itu berhenti, Jimin bergegas dan beberapa kali menubruk tubuh orang lain yang berpapasan dengannya di dalam bus.
Bahkan ia mengucapkan kata maaf tanpa melihat sang lawan bicara.

Kakinya sudah berpijak di jalanan dekat dengan apartemen.
Layaknya atlet marathon, ia berlari sambil memegang tas jinjing yang di dekapnya.

Ia mendongak ke langit yang memerah.
Bahkan wajah putih Jimin sudah merasakan rintik air yang semakin lama ia berlari makin terasa membasahi wajah dan tubuhnya.

Hujan malam itu sangat tiba tiba.
Seperti kabar yang ia terima.

Hingga tiba di ambang pintu utama apartemen dalam keadaan basah kuyup, ia meneruskan menuju lift dan menekan tombol dimana apartemennya berada.

Tetesan air dari rambut dan juga kemejanya membasahi lantai lift.
Dan kini membasahi lantai koridor apartemen setelah ia berlari menuju sebuah pintu dengan sebuah mesin kecil yang terdapat angka angka sandi.

"Yomi-yya .... Aku pulang ...."
Jimin tergesa gesa melepas sepatu dan kaus kakinya sambil berdiri dan terhuyung menahan keseimbangannya.
Ia begitu ingin cepat masuk ke dalam melihat keadaan sang istri.

Terdengar derap langkah Jimin menuju pintu kamar yang terbuka.

Dilihatnya disana Yeonmi terbaring dengan selimut menutupi dada, melihat ke arah Jimin dengan wajah pucat luar biasa.

Jimin membuka kemeja basahnya dan membiarkannya jatuh di lantai sambil berjalan cepat ke arah wanita yang di cintainya.

Membiarkan tubuh atasnya terlihat dan merasakan dingin yang menusuk, pendingin ruangan mengenai tubuhnya yang basah karena hujan.

"Sayang.. kau kenapa? Ayo kita kerumah sakit..."
Jimin menaruh kedua lututnya di lantai untuk menumpu beban tubuhnya. Wajah khawatirnya tidak bisa disembunyikan lagi.

Mengusap lembut wajah sang istri dengan tangannya yang dingin akibat hujan dadakan tadi, membuat Yeonmi menarik tangan mungil Jimin dan menggenggam dengan kedua tangannya.

"Kau kehujanan ??? Nanti kau sakit..."
Suara serak dan lemah Yeonmi keluar dari bibir yang terlihat sangat kering dan pucat itu.

Jimin mendekat dan mendaratkan bibir sensualnya di kening Yeonmi.

"Jangan khawatirkan aku.. aku baik-baik saja.
Ada apa denganmu hingga kau pingsan ?
Dan tubuhmu sekarang sepanas ini.. astaga.."
Jimin berdiri dan hendak pergi mengambil sesuatu.
Tapi langkahnya terhenti karena Yeonmi menahan lengan Jimin.

"Sebelum kau melakukan sesuatu, keringkanlah dulu tubuhmu.. nanti kau sakit..
Dengarkan aku.."
Yeonmi menatap sayu ke arah suaminya yang balik menatap dengan kekhawatiran.

Jemari Yeonmi di sentuh halus oleh Jimin.

"Baiklah.. tunggulah sebentar. Aku tidak akan lama.."
Jimin tersenyum sebelum beranjak mengeringkan tubuhnya yang memang sudah terasa dingin sedari tadi.

Ephemeral • PJM •ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang