Part 23

91 7 0
                                    

"Tidak henti hentinya kulihat kau melamun terus Jim..." Jieun merapikan beberapa map dan tasnya untuk segera pulang siang itu.
Wanita dengan kacamata baca yang terlihat sangat dewasa dan manis itu terus memperhatikan Jimin yag melamun sambil melihat ke arah laptopnya.

Jam mengajar mereka ternyata lebih cepat selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam mengajar mereka ternyata lebih cepat selesai. Karena anak anak di haruskan segera pulang, mengingat akan ada festival tahunan, dan sekolah itu memberikan tugas kesenian pada mereka.

"Oppa.. jangan bersedih terus.."
Ternyata Ryujin dan Hoseok sudah berada di dekat meja Jimin. Di susul oleh Seokjin yang sudah meneriakkan nama Jimin dari jarak jauh.
Dia memang selalu seheboh itu.

"Jimin-ah...
ahhhh... lega sekali rasanya bisa pulang secepat ini!! ternyata aku masih bisa merasakan perasaan anak anak ketika jam pelajaran di percepat... sekolah ini memang terbaik.."
Seokjin menyangga kedua tangannya di partisi meja milik Jimin.

Kini beberapa orang sudah mengelilingi meja Jimin yang sedari tadi hanya terdiam di depan laptopnya sambil membolak balikkan sebuah kertas.

"Hey ! Apa kau mendengar kami?
Kau pikir kami hantu ?!" Seokjin melempar sampah kertas pada wajah Jimin.

Membuat Jimin menoleh ke arahnya, dan memicingkan mata layaknya akan meledak saat itu juga.

"Jim, maaf.. ini bisa di bicarakan baik baik kan??"
Seokjin mulai ketakutan dan bersembunyi di belakang tubuh mungil Jieun.

Tentu saja membuat tawa Jimin meledak tiba tiba.

"HAHAHAHA.. kau harus lihat wajahmu tadi , hyung!!! HAHAHAHAH lucu sekali !!
Kajja! Kita pergi..."
Jimin segera mematikan laptopnya dan membereskan semua buku untuk di masukan ke dalam tas jinjingnya.

"Sama sekali tidak lucu Tuan Park !! Kau pikir kau pelawak???" Seokjin melayangkan pukulan kecil ke punggung Jimin. Bahkan Hoseok juga ikut terkena pukulan candaan itu.

Membuat Jieun dan Ryujin tertawa kecil melihat tingkah mereka yang begitu menghangatkan.
Jieun merasa sedikit lega karena Jimin sudah tidak terlalu larut dalam sedihnya.

~~~

Mereka memutuskan untuk pergi ke cafe milik Jeena untuk sekedar santai dan meminum kopi disana.

Jieun memang marketing handal, ia sengaja memberikan diskon pada teman temannya agar bisa berkunjung dan menikmati si kopi yang terkenal di daerah itu.
Bahkan Jieun bisa membujuk mereka untuk bisa memporomosikan cafe dan butik Jeena di media sosial.

Mereka berbincang dan tertawa bersama hanya dengan membahas hal sepele yang bisa membuat tawa riang menggema di cafe itu.

Sejenak Jimin bisa merasakan hangatnya kebersamaan dengan sejawatnya, dan melupakan hal yang tidak perlu ia pikirkan.
Walau sebenarnya hal itu tetap pekat di dalam ingatan.
Ya, tentu saja tentang pesan Kang Joon pada istrinya.

Ephemeral • PJM •ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang