Jimin berdiri tepat di hadapan satu dari puluhan bahkan ratusan batu nisan di pemakaman umum pada siang hari yang begitu terik.
Berkumpul dengan beberapa kerabat dan anggota keluarga, sirat wajah Jimin benar benar sudah tidak karuan.
Semenjak kemarin lusa ia harus kehilangan anak yang di harapkannya selama beberapa tahun dengan Yeonmi, hari ini Jimin benar benar baru bisa merelakan tubuh bayi mungil yang hanya ia bisa lihat beberapa detik saja setelah proses operasi pada Yeonmi dilakukan.
Tak ada kata terlontar sepatah pun dari mulut Jimin. Ia benar benar lebur. Bahkan jika disuruh memilih, ia akan berbaring disana menemani bayi mungilnya bersama tanah yang akan menghabisi seluruh raganya.
Dengan balutan setelan jas hitam, semua orang disana tampak begitu berduka.
Kini ada dua wanita yang duduk di kursi roda tepat di hadapan makam itu. Dan berada di kiri dan kanan Jimin yang mematung, menatap lirih pada anaknya yang kini terbaring tanpa nafas dan nyawa.
Di sisi kiri Jimin ada Yeonmi, yang belum pulih dari luka operasi.
Dan tentu saja ada Ibu Jimin, yang ternyata jatuh pingsan setelah mendengar kabar meninggalnya cucu kesayangan. Sampai sampai sang calon nenek yang gagal itu harus di larikan ke rumah sakit di Busan.Dan sehari setelahnya ibu memaksa Ayah Jimin untuk membawanya ke Seoul guna menghadiri pemakaman cucu kesayangannya itu.
"Ibu... dia akan bahagia kan di surga??"
Tangan Jimin di raih oleh ibu, lalu wanita dengan sejuta kasih itu mengecup tangan Jimin."Kelak dia akan membangun istana untukmu dan Yeonmi, nak... jangan khawatir.. dia tidak sendiri..
Mungkin ibu akan segera menyusulnya......"
Isak ibu terdengar begitu perih bagi Jimin dan Yeonmi.Jimin berusaha tetap tegar walaupun air matanya metes melalui inderanya yang mungkin sudah terlalu lelah mengeluarkan tetesan itu.
"Sudahlah.... kita harus merelakannya.
Agar ia busa tersenyum melihat kita di dunia ini..."
Ayah yang berdiri di belakang kursi roda, menepuk bahu ibu perlahan.Tidak ada sepatah kata terlontar dari Yeonmi, ia hanya menangis tersedu tak henti, hingga sembabnya kian terlihat.
Ada beberapa kerabat Yeonmi disana.
Dan juga kakek nenek yang sengaja datang dan turut berduka dengan keadaan Yeonmi.~~~
Tiga minggu setelah kepergian bayi kesayangan Jimin dan Yeonmi. Semua mulai kembali berjalan dengan semestinya. Tidak ada lagi tangis malam dari Yeonmi, tak ada lagi Jimin yang merenung berlebihan ketika dirumah ataupun ketika bekerja.
Jimin pun merasakan sedikit kelegaan karena Junki menepati janjinya untuk pergi dari apartemen itu.
Terakhir kali bertemu, Jimin bicara empat mata pada Junki untuk pergi dari Yeonmi. Dan Jimin juga meminta agar Junki merahasiakan kejadian dirumah sakit kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral • PJM •ON GOING
RomanceBicara tentang rumah tangga?? Park Jimin ahlinya.. Dengan kesederhanaan yang ia dan istrinya miliki, Park Yeonmi. Membuat mereka saling melengkapi dan nyaris selalu merasa jatuh cinta setiap hari. Meskipun belum bisa merasakan kehadiran buah hati...