Part 19

107 11 10
                                    

"Oppa...."
Jeena menatap Jimin yang sedang mengemudikan mobil milik Jieun.
Membiarkan pria itu fokus untuk membelah jalanan kota yang padat, Jeena benar benar tidak tau harus berbuat apa.

Pasalnya ia sama sekali tidak tau tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Jimin masih tak bergeming.
Hanya sesekali mengetukkan jarinya di kemudi. Lalu sedikit bersenandung mengikuti irama lagu yang di putar di mobil Jieun.

"Kakakmu sungguh tidak pernah berubah..
Bahkan selera musiknya saja tidak berubah sama sekali. Ia setia pada Jason Mraz. Bahkan waktu itu ia mengajakku menyaksikan konsernya di Jepang.."
Jimin sedikit tersenyum mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Kejadia antara dirinya dan Jieun.

"Lalu? Apa oppa dan eonni benar benar pergi nonton konser ke Jepang ?? Wah daebaakk..."
Jeena menggeleng geleng seirama dengan tepukan tangannya.

Jimin mendecih dengan senyum mirisnya.

"Tentu saja tidak, Jeena.. aku menolak ajakannya.
Aku katakan padanya bahwa kuliah itu lebih penting. Daripada menonton konser, lebih baik pergi ke bioskop saja. Jadi aku mencoba menghiburnya untuk pergi nonton film komedi pada saat itu. Lucunya Jieun noona malah menangis ketika menonton. Padahal sudah jelas film itu bertema komedi.. ternyata ia sedih karena aku menolak pergi ke Jepang... lucu sekali..."
Jimin menggulung lengan kemejanya menyentuh siku. Merasa sedikit kaku saat menyetir, karena kancing kemeja yang menyekik pergelangan tangannya.

 Merasa sedikit kaku saat menyetir, karena kancing kemeja yang menyekik pergelangan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Bahkan sampai sekarang eonni masih menyimpan tiket konser itu dan membingkainya di kamar.. kalau aku jadi oppa, mungkin aku sudah pergi menemaninya nonton konser!! Kau jahat sekali oppa !!! Jual mahal!! Huh!!" Jeena memukul lengan Jimin dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Apa kau bilang? Tiket itu masih ada?? Wahhh ... Jieun bilang padaku bahwa ia belum membelinya sama sekali. Ternyata dia sudah menyiapkan segalanya... aku merasa bersalah padanya..
Dan hey!! Aku tidak jahat !!
Tanya saja kakakmu!" Jimin mengangkat tangannya seolah akan menepuk kening Jeena.

Perjalanan itu mereka lalui dengan tawa dan debat kecil. Lebih banyak perkelahian tentunya daripada tawa mereka berdua.

Jimin menyusuri jalan kota, hingga tiba di jalan sepi tanpa pembatas jalan. Mereka sebentar lagi akan tiba.
Tiba di villa itu lagi.

"Oppa..."
Jeena kembali memanggil Jimin yang sudah memarkirkan mobil di pekarangan villa itu.
Terlihat dari kejauhan ahjumma yang membuka pintu villa dan siap menyambut mereka.

"Hm? Ada apa?"
Jimin membalikkan tubuhnya ke arah Jeena yang duduk di kursi mobil dan menghadap lurus kedepan.

"Kenapa oppa tidak mau menerima cinta Eonni??"
Jeena menggenggam kedua tangannya. Mempertmukan kedua telapak tangannya dan membuatnya agar hangat dengan gosokan pelan.

Jimin menghela nafas, lalu tersenyum sembari menepuk bahu Jeena perlahan.

"Jeena-ssi.. bukan berarti aku tidak menyukai Jieun.
Sungguh.. aku menyukainya. Sangat...
Dia orang yang baik.. siapapun akan suka padanya..
Tapi kau tau?? Aku tidak mau melihatnya sedih..
Dia sudah menjadi kakakku dalam waktu yang lama. Bahkan ia yang selalu menghiburku, menasehatiku, dan semua perlakuan seorang kakak pada adik sudah aku rasakan.

Ephemeral • PJM •ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang