Part 19. ONE STEP CLOSER

7.2K 1K 133
                                    

Tiga kali purnama telah menyambangi langit malam, sejak Fiyya memulai proses ta'aruf dengan dr Zufar. Fauzan kakak sulung Fiyya ikut menemani.

Ada hal-hal yang selama ini hanya Fiyya dengar dari orang lain dan dia yang secara sepihak menarik kesimpulan mengenai pria itu.

Mungkin obrolan mereka tampak santai di permukaan, tapi Fiyya melihat dr Zufar menjawab dengan sungguh-sungguh.

Isi amplop cokelat yang dititipkan Zufar adalah surat mengenai dirinya. Apa yang ingin Fiyya ketahui, ada di dalamnya. Zufar, apa yang ia sukai dan tidak ia sukai. Apa yang selama ini menjadi value dalam hidupnya. Tentang keluarga. Bagaimana cara kedua orangtuanya mendidik dan membesarkan dia.

Tepat satu hari lalu Fiyya telah memutuskan untuk menerima lamaran dr Zufar dan hari ini menjadi hari bersejarah dalam hidupnya. Hari ini dua keluarga yang sebelumnya tidak saling mengenal, akhirnya bertemu untuk menentukan tanggal khitbah dan pernikahan.

Suara lembut ibu dari balik pintu kamar, membuat Fiyya tersadar. "Fiy, dr Zufar dan orangtuanya sudah datang."

Deg. Debaran jantung Fiyya seperti tengah berlomba. Alasan Zufar mempercepat pernikahan karena datang surat tugas dari dr Sultan. Karena hal itulah malam ini Zufar menyegerakan pertemuan dengan keluarga Fiyya.

Begitu Fiyya berjalan ke ruang tamu, tatapan Zufar sesaat terpaku. Ia nyaris tidak berkedip memandang ke arah gadis itu. Betapa beratnya ujian menuju hari pernikahan mereka. Tiga bulan ini ia mati-matian menahan diri untuk membatasi komunikasi kecuali hal yang penting saja.

Padahal kini nama Fiyya Zahrana telah menjadi bagian yang sangat penting dalam hidupnya. Semoga Allah menakdirkan Fiyya untuk menjadi pendamping hidupnya di dunia dan di Jannah-Nya kelak. Demikian Zufar selalu menyematkan untaian do'a di tiap penghujung malam.

Fauzan membuka acara pertemuan keluarga dengan membaca do'a bersama. Suasana khidmat mewarnai atmosfer malam ini, dimana Zufar akan memberikan kejutan untuk Fiyya.

Kedua orangtua Fiyya menyambut kedatangan dr Zufar dengan baik dan mempersilahkan pihak pria mengutarakan maksudnya.

"Terima kasih Bapak, telah memberikan kesempatan saya malam ini untuk datang bersama ayah dan bunda. Kami hendak bersilaturahim sekaligus menanyakan kembali kepada Fiyya. Apakah Fiyya bersedia menerima pinangan saya?"

Fiyya yang malam ini memakai kerudung biru laut dan baju gamis berwarna putih, mengangkat wajah malu-malu.

"Iya. Fiyya mau menerima lamaran dr Zufar."

Kedua keluarga menyambut jawaban Fiyya dengan sama-sama tersenyum.

"Terima kasih Fiyya." Dr Zufar ikut tersenyum setelah meyakinkan hati bahwa saat ini Fiyya telah siap menjadi calon istrinya.

"Fiyya, Mas Fauzan dan Bapak Ibu yang saya sayangi. Beberapa hari lalu saya mendapatkan surat tugas untuk berangkat ke RS darurat dari RS tempat saya bekerja. Tepatnya di kota Pandan Asri. Rencana saya akan bertugas disana selama tiga bulan dan bergantian dengan teman sejawat lain, sampai satu tahun RS akan beroperasional."

Zufar tahu keputusannya malam ini mungkin akan mengejutkan semua pihak.

"Nama saya masuk di periode pertama pengiriman tenaga medis yang berangkat kesana. Apakah berkenan apabila malam ini saya mengkhitbah secara resmi dan mengadakan pernikahan serta walimatul 'urs akhir dua pekan lagi."

Zufar telah mempersiapkan cincin dalam kotak berwarna biru, warna kesukaan Fiyya. Ia belum mengeluarkan cincin itu karena masih menunggu persetujuan Fiyya.

Bunda menggenggam jemari Zufar, tanda beliau memberikan dukungan untuk putranya. Sebenarnya hati bunda sempat bersedih karena terakhir kali Zufar pergi mengabdi di daerah, sudah bertahun-tahun lalu.

Bila Allah mengizinkan, kesedihan bunda dapat terobati ketika melihat Zufar telah menikah sebelum berangkat tugas. Akan ada Fiyya yang mendampingi putranya dan membuat bunda lebih tenang.

Zufar menunggu dan melihat Fiyya masih berdiskusi dengan kakak dan kedua orangtuanya. Ia duduk di ruang tamu seraya berdo'a. Berharap keputusan Fiyya bertemu pada keinginan yang sama dengan suara hatinya.

Fauzan kemudian melanjutkan acara pertemuan malam ini.

"Saya mewakili adik saya Fiyya. Kami sekeluarga memutuskan untuk menyegerakan proses ini. Akad nikah dan walimatul 'urs akan dilaksanakan secara sederhana di rumah kami, jika keluarga dr Zufar berkenan. Hakikatnya acara tersebut adalah mensyi'arkan pernikahan ke kerabat dan orang-orang terdekat. Tadi ada usulan dari Fiyya dan ibu, untuk mengundang anak-anak yatim dan dhuafa dari rumah Cahaya Hati dan di sekitar perumahan kami."

"Alhamdulilah."

Zufar mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberinya banyak karunia. Termasuk lamarannya yang diterima dengan baik oleh Fiyya dan keluarganya.

Beberapa detik pandangan Fiyya bertemu dengan kedua manik Zufar yang menatapnya lembut. Gadis itu lalu kembali tertunduk malu. Lagi-lagi Zufar tersenyum tipis dibuatnya.

Tiga bulan saja ia sanggup menahan rindu, apalagi hanya dua minggu. Ia akan menjaga marwah calon istrinya. Kekasih hatinya yang sebentar lagi menjadi sang belahan jiwa.

Mungkin Fiyya tidak pernah menyadari pesonanya. Di balik wajah lugu dan seringkali tidak peka, mudah sekali jatuh hati pada sosok periang nan santun.

Zufar beberapa kali mendapatkan pemandangan Fiyya mengucapkan salam dan terima kasih kepada satpam, petugas kebersihan ataupun petugas taman di RS.

Sungguh ia pun termasuk pria yang jatuh pada pesona Fiyya, meskipun terlambat menyadari perasaannya. Do'a yang sering ia lafazkan di sepertiga malam, untuk menggenapkan separuh agama. Kini telah dijawab oleh Sang Pemilik Cinta.

Sebelum pertemuan keluarga malam ini ditutup, bunda menyematkan cincin di jari manis Fiyya. Cincin itu tampak pas di jari Fiyya, padahal Zufar hanya mengira-ngira saja ukurannya. Malam ini Zufar telah resmi mengkhitbah Fiyya.

Selanjutnya acara dilanjutkan dengan pembacaan do'a dari Zufar. Setelah acara selesai, Fiyya mendapat kejutan berupa beberapa hantaran yang telah disiapkan Zufar di dalam mobil.

Tidak hanya membawakan hadiah berupa mukena cantik, kain kerudung, sajadah serta mushaf. Zufar juga membawakan satu hampers berisi buku-buku novel. Ternyata Zufar menyimak dengan baik biodata Fiyya. Salah satu hobi calon istrinya adalah membaca novel.

Satu pesan yang Zufar kirimkan ke Fiyya dan dari jauh ia memberikan isyarat agar gadis itu membacanya.

"Terima kasih telah melalui proses bersama sampai sejauh ini. Semoga Yang Maha Kuasa selalu menaungi kita dengan cinta-Nya.
(Zufar, calon suaminya Fiyya).

Pesan terkirim. Berdebar jantung Zufar melihat Fiyya sedang mengetik pesan balasan.

"Terima kasih telah berjuang bersama Fiyya. Semoga niat kita untuk menikah, mendapat ridha dari Yang Maha Kuasa.
(Fiyya, calon istri dr Z).

Keduanya pun saling tersenyum setelah bertukar pesan.

***




DEBARAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang