"Cinta adalah hal tak kasat mata,
Hanya dapat dirasa,
Namun penuh warna."***
Satu hari paska kecelakaan.
Hotel Blue Stars.
Bel di depan pintu kamar 501 berbunyi beberapa kali. Perempuan bernama Laras itu menggeliat setelah kemarin menangis seharian. Dia bertengkar hebat dengan Yoga karena menuduh pria itu berniat membunuh Zufar.
Yoga bersikeras itu murni kecelakaan karena ada pemuda yang mengendarai motor ugal-ugalan dan menabrak Zufar. Ia sama sekali tidak punya niat mencelakai Zufar. Kalau pun ia ingin menghancurkan Zufar, ia lebih memilih untuk menghancurkan karir pria itu.
Setelah tahu Zufar sampai di RS rujukan, Laras mengajak Yoga ikut menyusul. Keduanya mencari penginapan di dekat RS tempat Zufar dirawat. Sampai di hotel, Laras tidak berani menyalakan ponsel hingga pagi hari. Dia takut mendengar kabar Zufar meninggal dunia di meja operasi atau setelah operasi.
Hal terakhir yang dia lakukan sebelum mematikan ponsel adalah mengabari bunda Ahdiana kalau putranya mengalami kecelakaan. Laras yakin Fiyya belum sempat memberitahu dan dia akan jadi orang pertama yang menyampaikan berita duka itu kepada bunda.
Suara ketukan di pintu kamar Laras, terdengar lagi. Laras tahu Yoga sengaja menginap di kamar sebelah. Berisik sekali suara pintu dan tanpa Laras duga, terdengar bunyi klik dari luar pintu.
Kedua mata Laras masih bengkak dan penampilannya mirip gelandangan yang tak terurus. Bahkan kemarin dia tidak sempat mandi dan tidak mengurus tubuhnya sendiri.
"Ngapain kamu masuk ke kamar aku?"
Laras memandang Yoga dengan wajah marah. Dia tidak menyangka pria ini bisa nekad meminta kunci duplikat kamarnya.
"Sudah sejak kemarin seharusnya aku melakukan ini. Aku sudah hafal tingkah kamu yang sedikit bodoh jika berurusan dengan Zufar. Pria yang kamu cintai itu." Yoga tidak sungkan membuka pintu kamar lebar-lebar.
"Keluar dari kamar aku sekarang atau aku panggil sekuriti hotel."
Laras berteriak histeris sambil melempar apa saja yang ada di sekelilingnya, ke arah Yoga.
Yoga malah melangkah semakin dekat. Dua orang karyawan hotel muncul dari balik pintu, membawakan nampan berisi makanan dan minuman.
Seandainya Laras tahu, sejak dulu hingga kini Yoga menyayangi perempuan itu. Keduanya sama-sama berasal dari orangtua yang berpisah.
Bedanya Laras kini tinggal bersama mama dan papa tirinya. Sedangkan Yoga tinggal bersama papa kandung dan mama tirinya.
Bersama Laras, Yoga ingin saling menyembuhkan. Hubungan mereka dulu kandas karena Zufar. Yoga cemburu setiap kali Laras selalu membahas seorang dr Zufar yang hebat, tampan dan perhatian kepada semua pasiennya.
Semalam lagi-lagi mereka bertengkar karena nama pria yang sama. Pria malang yang kini terbaring di ruang ICU dan Yoga masih terus memantau keadaan pria itu.
"Kita sudahi pertengkaran semalam, Laras. Aku ingin berbaikan karena sudah lelah. Aku tidak mau minta maaf untuk sesuatu yang tidak pernah aku perbuat. Pagi ini aku hanya ingin mengajak kamu sarapan, karena tahu sejak kemarin siang kamu sama sekali tidak makan."
Yoga memberi isyarat agar kedua karyawan resto masuk ke kamar. Ia tidak perlu meminta izin pada Laras karena pasti tidak ada respon selain menatap gusar kepadanya.
Saat kedua karyawan resto itu pergi setelah mengatur hidangan di meja, Yoga tetap meminta pintu terbuka. Ia tidak mau Laras berpikiran buruk tentang dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBARAN
RomansaSebuah prestasi untuk Fiyya, tidak segera pensiun dini menjadi asisten Zufar. Dimarahi berulang kali karena ketidaktelitiannya menjawab konsulen, membuat Fiyya akhirnya sengaja membuat kesalahan yang sama. Tujuannya agar dia segera dipecat. Tidak ap...