Part 24. HIDDEN FEELING

7.4K 963 139
                                    

RS Permata Raya

Wajah Nara tidak henti tersenyum ketika kemarin membaca pesan dari dr Sultan. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tidak ada hujan tidak ada angin, dr Sultan memintanya bertemu.

Dia jadi sedikit gugup dan berulang kali ke kamar mandi. Dia hanya takut penampilannya berantakan. Tapi sepertinya dia sudah rapi dan tentu saja cantik. Semua perempuan itu cantik.

Sudah sejak jam tujuh pagi dia duduk di ruang tunggu bagian Pelayanan Medik. Padahal dr Sultan memintanya bertemu jam delapan pagi.

Alih-alih duda tampan itu muncul, yang keluar dari lift justru Yasmin. Nara sudah hafal gaya Yasmin yang pongah, karena gadis itu memang terkenal cerdas.

"Lo diminta ketemu sama dr S juga, Na?"

Nara mengangguk, masih dengan senyum yang sama. Ya kali', kalau tidak diminta sama Boss, dia ada disini pagi-pagi. Nara bermonolog dalam hati.

"Oh, kirain cuma gue doang yang janjian ketemu beliau. Na, enak dong sebentar lagi Fiyya resign." Yasmin tersenyum. Tapi buat Nara, senyum itu seperti penuh tipu muslihat.

"Maksud Lo?" Nara memandang tidak suka ke arah Yasmin.

"Selama ini semua orang tahu kalau Lo cuma jadi bayang-bayangnya Fiyya. Dimana ada Fiyya, disitu ada Nara. Namanya bayangan, selamanya nggak akan pernah bisa bersinar. Tapi sebentar lagi Fiyya 'kan sudah nggak kerja disini. Bisalah Lo lebih bersinar dari sebelumnya."

Kok ngeselin ya. Nara berusaha bersabar karena dia sudah terbiasa mendengar kata-kata angkuh Yasmin. Tapi dia tetap tidak bisa terima ketika ada yang menjelekkan Fiyya di depannya.

"Gue nggak pernah jadi bayangan Fiyya. Kita masing-masing istimewa dengan cara kita sendiri. Bukan berarti karena Lo pintar, jadi bisa berbicara seenaknya kayak gitu. Seperti yang dr Sultan pernah beritahu awal. kita diterima di RS ini. Jadi dokter itu nggak cuma butuh brain, tapi juga good attitude."

Nara langsung berdiri dan beranjak pergi. Dia meninggalkan Yasmin yang terkejut karena tidak menyangka Nara akan melawan kata-katanya.

Hati Nara yang tiba-tiba memanas, membuatnya pergi ke kantin "Medika Raya". Mungkin efek belum sarapan, memicu emosi di pagi hari. Biasanya jam segini kalau sama-sama shif pagi, dia sarapan bareng Fiyya.

Baru ditinggal Fiyya cuti beberapa hari, rasanya ada yang hilang dalam keseharian Nara. Keluar dari lift, Nara berjalan menuju kantin. Dari jarak beberapa meter, dia bisa melihat punggung pria yang dikaguminya.

Nah itu dia si bos tampan. Eh tapi sama siapa di kantin. Seorang remaja putri duduk di samping beliau dan tangan kanannya terpasang cairan infus. Apa mungkin itu putri dr Sultan. Berbagai pertanyaan berkecamuk di benak Nara.

Nara bersembunyi di balik pilar, tapi posisinya cukup dekat untuk mendengarkan pembicaraan dr Sultan.

"Daddy masih banyak pekerjaan hari ini. Sekali ini, nurut sama dan kembali ke kamar. Daddy ingin kamu cepat sembuh, Sayang. Daddy telepon Ners Shinta untuk jemput kamu."

Nara masih mengintip dan tidak melewatkan sedikit pun, pemandangan di depannya. Jadi benar itu putri dr Sultan. Cantik dan sepertinya mirip mendiang istri beliau. Nara menatap haru ketika dr Sultan mengusap lembut puncak kepala putrinya. Tidak lama dr Sultan pergi meninggalkan gadis itu.

Manik Nara menangkap bayangan dr S yang sudah pergi dan masuk ke dalam lift. Dia bergegas keluar dari balik pilar dan menghampiri anak dr Sultan.

"Hai. Kenalin nama saya Nara. Nama adek siapa?" Dengan penuh percaya diri Nara mengulurkan tangan.

DEBARAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang