"Menggenggam hatimu,
Menjaga kehormatanmu,
Adalah do'a yang selalu,
kusematkan untukmu.Berharap bahagia dan tawa,
Melengkapi alfabet kata,
Di setiap perjalanan cinta kita,
Hari ini dan selamanya."***
Pintu terbuka setelah Zufar berbisik di kaca berwarna biru muda dengan sensor suara.
"Rumah Mas ada passwordnya? Ucapan salam terus langsung kebuka pintunya?"
Fiyya terus saja bertanya karena masih bingung dengan hal tak biasa yang ada di depannya.
"Mas barusan ganti password. Sini Mas bisikin."
"Apa, Mas passwordnya?" Fiyya tertular penasaran dari suaminya.
"I love my beautiful wife."
Zufar memeluk bahu Fiyya dari belakang dan mengatakan hal yang membuat pipi istrinya bersemu merah.
"Seriusan itu passwordnya, Mas? Terus nanti kalau Fiy mau masuk rumah, harus pakai password yang sama?"
"Adek buat password khusus untuk Mas. Balas dong Dek, perasaan Mas."
Fiyya bukan tipikal perempuan yang pandai mengungkapkan perasaan. Meskipun kepada suaminya sendiri.
"Nggak boleh sama kayak punya Mas ya." Zufar sengaja menjahili Fiyya.
"Masalahnya Fiy nggak kreatif, Mas."
"Bisa bisa, pasti bisa. Mas mau tahu passwordnya apa. Sini Mas ajarin ya. Tinggal rekam suaranya sambil tekan tombol di sebelah kanan."
Zufar menutup pintu rumah sekali lagi.
Karena gugup, Fiyya mendorong suaminya menjauh. Dia mengikuti cara yang diajarkan.Aduh, baru mau masuk rumah baru saja sudah berdebar seperti ini.
"Sudah, Mas. Barusan Fiyya buat password. Eh, tapi kok pintunya nggak bisa kebuka."
Fiyya hampir saja cemberut karena pintunya tidak otomatis terbuka. Zufar tertawa geli dan kembali mendekati istrinya.
"Coba sekarang Adek sebut passwordnya agak keras. Mas nanti pura-pura nggak dengar."
"Malu ih. Nggak mau ah. Fiyy mau bilang kalau Mas agak jauh dari Fiyya."
Zufar tertawa. Jari telunjuknya kemudian menekan tombol kecil di sebelah kanan sensor suara. Lalu terdengarlah rekaman suara Fiyya.
"I love my husband forever."
"I love you too, my lovely." Zufar membalas password milik Fiyya dengan mencium pipi istrinya.
Tidak lama pintu rumah mereka kembali terbuka. Wajah Fiyya sudah seperti tomat masak yang siap dipanen. Password miliknya sudah ketahuan dan dia tadi benar-benar spontan membuatnya.
Apa saja yang terlintas di benaknya, dia jadikan password. Hari pertama masuk ke rumah baru mereka dan dia sukses dikerjai suaminya sendiri. Iih, kesal.
Begitu maniknya memindai pintu ruang tamu yang telah terbuka, tiba-tiba Fiyya tidak jadi marah. Dia terlihat antusias berkeliling ke setiap sudut ruang dan kamar.
"Masya Allah Mas, cantik banget rumahnya. Ini beneran Mas yang desain? Seperti rumah impian Fiyya."
Zufar menikmati pemandangan dimana Fiyya meletakkan tas di sofa ruang tamu. Ia lalu mengikuti langkah istrinya yang kemudian masuk ke dalam kamar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBARAN
Lãng mạnSebuah prestasi untuk Fiyya, tidak segera pensiun dini menjadi asisten Zufar. Dimarahi berulang kali karena ketidaktelitiannya menjawab konsulen, membuat Fiyya akhirnya sengaja membuat kesalahan yang sama. Tujuannya agar dia segera dipecat. Tidak ap...