Empat

1K 95 0
                                    

Pagi ini dengan tampilan yang sangat lusuh tuan Yamanka memaksakan diri untuk pergi bekerja karena ia mempunyai jadwal pertemuan dengan Fugaku.

Meskipun hubungan Ino dan Sasuke sudah berakhir, namun hubungan persahabatan juga bisnis mereka tetap berjalan baik.

-Ceklek- Suara pintu terbuka, Fugaku yang sedang duduk di kursi kekuasaan nya dengan berkas ditangannya segera melihat siapa yang datang.

Perlahan tuan Yamanka berjalan mendekati Fugaku dan duduk di sofa yang tersedia.

"Ada apa dengan wajah itu?" Tanya Fugaku.

Lihatlah tampang tuan Yamanka saat ini, mata nya merah dengan bulatan hitam di bawah nya, rambut nya acak-acak kan tak disisir, bibir kering sampai hendak terkelupas, kemejanya kusut seperti tak disetrika, sepatu penuh dengan debu putih, jasnya entah sudah lari kemana, bahkan badannya semakin kurus tak terawat.

Tuan Yamanka hanya tersenyum kecut menanggapinya. "Istriku kambuh lagi." Ujarnya pelan.

"Apa! Sejak kapan? Kenapa tidak memberitahu?" Cecar Fugaku.

"Sudah seminggu ini dia koma."

"Ya Tuhan, lalu kenapa kau di sini sudah temani istrimu dulu, itu lebih penting. Proyek ini biar aku saja yang handle semuanya."

"Kau tidak apa mengurusnya sendirian?"

"Tidak apa, istrimu lebih penting sekarang ini."

"Baiklah, Terimakasih teman."

Fugaku tersenyum tulus. "Lain waktu aku akan menjenguk."

Tuan Yamanka mengangguk.

"Oiya, ada satu hal lagi dan aku sangat perlu bantuan mu."

"Apa? Aku akan membantumu semampu yang ku bisa."

"Tolong bantu aku mencari putriku, aku sudah mencari nya ke seluruh sudut kota ini tapi tak dapat menemukannya."

"Ino kabur? Bagaimana bisa?" Kaget Fugaku.

Tuan Yamanka pun menceritakan apa yang terjadi di mall saat itu.

***

Fugaku yang baru pulang dari kantor langsung menghampiri anak dan istrinya yang sedang santai di ruang keluarga dan mengambil tempat duduk di tengah keduanya.

"Mi, ayo kita jenguk nyonya Yamanka mumpung ini malam minggu jadi Sasuke juga bisa ikut."

Mikoto menatap Fugaku tak suka, "Papi apaan sih! sudah lah tidak usah lagi berhubungan dengan mereka, cukup hubungan bisnis aja." Sungut Mikoto.

"Mami yang apaan, Mami sadar tidak kalau Mami yang membuat nyonya Yamanka jadi kambuh penyakit nya. Lagian kenapa juga Mami ungkit-ungkit masalah Ino sama Sasuke yang sudah putus. Sudah tau nyonya Yamanka itu punya riwayat jantung." Ujar Fugaku yang mulai tersulut emosi.

"Kok jadi Mami yang Papi salahkan? Salahkan anak mereka dong, lagian sudah tau ibunya penyakitan tapi anaknya sok cari perkara."

"Mami!" Bentak Fugaku.

"Memang benar kan. Malah Ino sendiri yang mutusin Sasuke, karena apa? Karna dia malu terciduk selingkuh!" Suara Mikito ikut meninggi. "Dimana lagi harga diri keluarga kita hah? Papi ingat tidak, saat itu Sasuke depresi karena kejadian itu dan dia seenak jidatnya menyuruh kita menyembunyikan semua fakta ini hanya karena takut ibunya kambuh, hah basi!" Serunya memburu.

Fugaku menarik nafasnya dalam untuk menetralkan emosi nya, dia tau istrinya saat ini sedang dipenuhi dengan amarah jadi dia mencoba untuk menjadi air.

Sementara Sasuke sedari tadi hanya diam saja dan tetap menonton televisi meski yang terdengar adalah pertikaian orangtua nya.

Setelah itu tak ada lagi suara yang terdengar, mereka bertiga sibuk dengan pikiran masing-masing meskipun mata mereka sama-sama memandang lurus kedepan televisi.

"Asal kalian tau___
Suara Fugaku terdengar lirih menceritakan apa yang terjadi.

Kedua orang disebelahnya diam tak menanggapi meski sebenarnya mereka mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Fugaku.

***

Sasuke membaringkan tubuhnya diranjang besarnya, ia hanya berbaring karena tak bisa memejamkan matanya.

Ucapan Papinya tadi sangat mengusik hatinya. Emosi, amarah, penyesalan, kecewa semua tercampur jadi satu.

Ia merutukki dirinya sendiri atas apa yang sudah terjadi.

FriendZone (SasuSaku Version) *END*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang