'Laki-laki itu yang dipegang kata-katanya.'
Ucapan singkat Sakura pagi ini menjadi fokus Sasuke. Tadi saat mereka sedang sarapan bersama, Sakura mengatakan padanya untuk meminta maaf pada Ino karena sudah mengenyampingkan hubungan mereka selama ini.
Sudah cukup Ino menunggu, saatnya ia untuk pulang. Dan hari ini bertepatan pula dengan hari jadi hubungan mereka yang pertama.
Sasuke tersenyum mengingat kembali perjalanan hubungannya dengan Ino dari awal pertemuan mereka, sungguh tidak menyangka bahwa itu sudah setahun yang lalu.
Kalau dipikir-pikir lucu juga kisah cinta mereka, meskipun terkesan buru-buru dan penuh lika-liku tapi hubungan mereka tetap bisa bertahan.
Sama halnya seperti hubungan pada umumnya, sudah banyak masalah yang datang mengguncang hubungan mereka. Tak terhitung sudah berapa kali mereka marahan namun tak lama baikan, pura-pura acuh padahal rindu karena cemburu.
Sasuke menggeleng tak percaya dengan apa yang mereka lakukan selama ini, tak ada bedanya dengan anak remaja labil.
Tapi, kenapa begitu menyenangkan?
Saat mobil Sasuke sudah terparkir sempurna di basement rumah sakit, ia segera turun dan masuk ke dalam rumah sakit dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.
Sesekali ia melihat arlojinya untuk memastikan, ini sudah waktunya untuk makan siang.
Sebelumnya ia sudah menyiapkan segala sesuatunya. Ia sudah menyewa restoran berbintang untuk lunch romantis bersama Ino sekaligus merayakan hari jadi mereka.
Tadinya Sakura menyarankan untuk memberikan kejutan dinner romantis. Tapi rasanya untuk menunggu malam hari ini sangatlah lama, jadi lunch romantis tak salah kan? Kalau waktunya kurang kan bisa mereka lanjutkan nanti malam.
Langkahnya sangat tegas, rasanya sudah lama ia tidak melangkah keruangan ini. Dan itu membuat jantungnya berdegup kencang.
"Kenapa tiba-tiba dag dig dug gini sih?" Gumamnya saat sudah tiba didepan pintu ruangan Ino.
Sasuke menghela nafasnya panjang, ia bahkan sempat menggosok-gosokan kedua tangannya yang sudah keringat dingin dan meniupnya beberapa kali agar hangat.
-Ceklek- Perlahan Sasuke mendorong pintunya dan masuk.
"Oh maaf menganggu." Sasuke langsung keluar dari ruangan itu dengan langkah lebar. Orang-orang menatapnya dengan tatapan bingung. Tadi saat datang wajahnya berseri-seri bahkan bibirnya melengkung sempurna sampai hendak robek, tapi ada apa dengan wajah itu sekarang?
Mata merah dengan air mata yang sudah menumpuk di pelupuknya, tak ada lagi senyuman itu, bahkan tatapan matanya sangat tajam menghunus siapa saja yang ada di hadapannya.
Sesampainya di parkiran Sasuke segera masuk kedalam mobilnya. Ia duduk dengan tatapan kosong lalu menelungkup kan wajahnya di atas tangan yang ditumpukkan ke kemudi mobil. Dalam keheningan, tanpa ia mau air mata sialan ini menetes begitu saja.
Bugh! Bugh! Bugh! Berkali-kali Sasuke memukul kemudi mobil untuk melampiaskan amarahnya. Namun sialnya air mata ini tak kunjung berhenti.
Bahkan kejadian menjijikkan yang baru ia lihat tadi terus terputar tanpa ia mau. Dimana Ino kekasihnya, ah.. Ralat, tunangannya itu duduk dipangkuan Sai dan mereka sedang bercumbu.
"Aaarrghhhh!" Teriaknya pilu.Sasuke menangis. Menangis karena Ino.
***
Hembusan angin menerpa wajah Sakura yang masih sedikit pucat. bibirnya tersenyum kecil namun ada apa dengan mata itu? Tatapan matanya menyiratkan sebuah kesedihan. Tapi kenapa dia tersenyum?
Alasan dibalik semua itu hanya satu. Sasuke. Kunci jawaban dari semua pertanyaan.
Dibawah terpaan angin dan panas matahari, Sakura duduk dengan anteng di balkon kamarnya. Dari sana dia dapat melihat pemandangan betapa penuh sesaknya kehidupan di ibukota.
Tapi dari pada itu semua yang ada dipikirannya saat ini adalah betapa bahagianya Sasuke saat ini.
Pasti sekarang Sasuke sedang menikmati lunch romantisnya bersama Ino. Saling tatap penuh cinta yang dibumbui dengan gombalan ringan keduanya yang saling memuja satu sama lain.
Membayangkan itu membuat Sakura tersenyum geli. Sasuke memang tak pandai merangkai kata dan terkesan dingin dan cuek, namun hanya dengan ia memberi perhatian kecil saja Sasuke sudah mampu memikat hati wanita manapun. Manis bukan sahabatnya itu.
Sakura berdoa semoga acara mereka berjalan dengan lancar dan mereka bahagia selalu. Meski dalam doanya itu Sakura harus membohongi hati kecilnya.
Mengingat hati kecilnya yang sedari tadi berteriak tidak setuju dengan jalan pikirannya membuat Sakura meremas kuat bingkai foto dirinya dan Sasuke waktu masih berusia lima tahun.
Sakura menggigit bibirnya kuat menahan mati-matian untuk tidak menangis lagi.
Tapi semakin dia tahan, sakit itu semakin membuncah. Lagi-lagi pertahanannya harus kalah dengan air mata sialan ini.
Dalam hati Sakura memaki dirinya sendiri. "Aku sahabat yang buruk Sas. Aku gak senang saat kau bahagia. Bahkan aku malah nangis."
Tanpa Sakura dan Sasuke sadari, di detik, menit, dan jam yang sama mereka menangis bersama dengan alasan yang sama, dan tempat berbeda.
![](https://img.wattpad.com/cover/286722999-288-k904568.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FriendZone (SasuSaku Version) *END*
FanfictionCinta pertama atau persahabatan yang telah lama?