Dinginnya malam tak lantas membuat Sakura beranjak dari tempatnya berdiri. Justru dia sangat membutuhkan dingin itu untuk menghilangkan panas yang masih terasa di pipinya.
Dibawah terangnya sinar bulan dengan langit yang di tebari berjuta-juta bintang, Sakura menatap kosong satu bintang yang paling mencolok dari balkon kamarnya.
Semilir angin kian terasa semakin menerobos masuk kedalam pori-pori wajahnya. Namun tiba-tiba kehangatan datang menyergap tubuhnya dari belakang.
"Maaf." Bisik Sasuke parau. Sakura sedikit terkejut tapi kemudian tubuhnya rileks kembali saat tau itu Sasuke. Dia tetap diam tak berniat menjawab, membuat Sasuke menjadi tersiksa rasa bersalah.
Sekitar sepuluh menit Sasuke menanti jawaban Sakura, tapi satu kata pun tak keluar dari mulutnya. Diamnya Sakura membuat Sasuke semakin merasa sakit.
"Saki, bicaralah. Kau boleh marah, teriak, atau bahkan ganti memukulku. Apa yang membuatmu merasa lebih baik, lakukanlah." Seru Sasuke yang mulai frustrasi.
"Saki jangan diam saja." Pekik Sasuke tertahan.
"Lalu harus apa? Kau pikir dengan aku memukulmu semua akan selesai? Apa menurutmu bermain tangan akan menyelesaikan masalah?" Jawab Sakura dingin.
Sakura balik badan menatap Sasuke dengan sorot mata terluka. "Kau bukan Sasuke yang ku kenal."
Sasuke menghela napasnya panjang, kata-kata yang keluar dari mulut Sakura menamparnya secara tak langsung. Tapi ia lega karena Sakura masih sudi untuk berbicara dengannya.
Sasuke menatap Sakura lembut "Aku tau. Aku juga tidak mengenali lagi diriku yang sekarang. Aku tau apa yang kulakukan ini semua salah, tapi aku tidak bisa berhenti. Aku ingin keluar dari itu semua, tapi aku sudah kehilangan diriku."
"Saki." Sasuke meraih kedua tangan Sakura "Bantu aku keluar. Bantu aku keluar dari sana dan menemukan diriku kembali."
Sakura menarik tangannya. "Maaf, aku tidak bisa membantumu. Karena yang bisa merubah diri seseorang itu hanya dirinya sendiri."
Setelah mengucapkan itu Sakura segera pergi meninggalkan Sasuke yang masih berdiri mematung.
"Aku pikir kau berbeda Saki. Ternyata sama saja. Kau juga meninggalkanku." Lirih Sasuke.
Sakura berhenti melangkah mendengar lirihan Sasuke. Segera dia kembali berbalik menoleh kebelakang menatap tajam Sasuke.
"Aku tidak pernah meninggalkanmu. Justru kau yang meninggalkan semua orang dan memilih untuk hidup sendiri." Ucap Sakura tak terima.
"Kalau begitu pegang kata-kataku. Aku akan segera menemukan kembali diriku yang hilang itu." Ucap Sasuke mantap. Ia kembali mendekati Sakura "Dan kau janji padaku, jangan jauhi aku. Tetaplah menjadi sahabatku Saki." Sasuke menatap wajah Sakura penuh harapan.
Sakura mengangguk pelan, dengan senyum getir dia menjawab "Aku selalu menjadi sahabatmu Sasu."
Sasuke tersenyum lega mendengarnya. Perlahan ia berjalan mendekati Sakura dan memeluk gadis itu.
"Aku merindukanmu." Lirihnya. Sakura membalas pelukan itu tak kalah erat.
Keduanya berpelukan cukup lama tanpa sepatah kata. Eratnya pelukan itu sudah cukup untuk menggambarkan perasaan masing-masing.
Sakura merasa ada yang membasahi bahunya. Dia semakin mengeratkan pelukannya saat merasakan tubuh Sasuke bergetar. "Sasu.. Jangan sembunyi saat kau sedih. Jangan menyendiri saat kau terluka. Aku disini, jadi jangan merasa kau sendirian lagi karena itu sangat menyakitiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
FriendZone (SasuSaku Version) *END*
FanfictionCinta pertama atau persahabatan yang telah lama?