"Duduk." Ucap Sasuke, Ino mengangguk.
"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?"
Ino menelan saliva nya kasar. Rasa gugup yang luar biasa tiba-tiba merasukinya, membuat Ino gelisah dalam duduknya.
"Mm.. Aku butuh bantuan mu." Cicit Ino pelan membuat Sasuke mengernyitkan kening.
"Mamaku, baru saja keluar dari rumah sakit dan dia merindukanmu." Ucap Ino takut-takut.
"Maaf aku tidak___
"Aku tau. Aku juga tidak punya hak lagi atas mu. Aku minta maaf sebesar-besarnya atas kejadian waktu itu. Mama belum tau jika kita sudah berakhir, aku ingin memberitahunya tapi kondisinya saat ini tidak memungkinkan." Ino memberanikan diri untuk menatap mata Sasuke. "Aku janji padamu akan segera memberitahu Mama sesegera mungkin. Tapi kali ini tolong bantu aku menemuinya. Sejak kemarin saat pertama kali Mama sembuh dia selalu bertanya kapan kau datang, bahkan Mama sampai mengigau saat tidur. Dia sangat merindukanmu."
Sasuke sangat dilema harus menjawab apa. Sejujurnya ia tidak ingin lagi berhubungan dengan Ino sesuai janjinya pada Sakura. Tapi ini menyangkut Mama Ino yang bahkan tidak tau apa-apa.
Sasuke menatap Ino penuh selidik mencoba mencari kebohongan dari matanya tetapi sepertinya dia jujur kali ini. Tidak mungkin juga dia menggunakan ibunya sebagai lelucon.
Sasuke sangat sensitif terhadap hal-hal yang menyangkut orang tua terutama seorang ibu karena ia sangatlah menyayangi Maminya lebih dari apapun walau ia tidak pernah mengatakan perasaannya itu pada Mikoto secara langsung.
"Baiklah aku akan menemuinya nanti malam."
Mata Ino membola tak percaya. Sungguh, Sasuke adalah lelaki yang berhati emas. Meski dia sudah menyakitinya, tapi tetap Sasuke masih mau menolongnya. Ino merasa malu sendiri menyadari itu.
"Terima kasih banyak Sasuke." Senyuman lebar tak bisa Ino tahan. Sasuke tersenyum kecil membalasnya.
Suara ketukan pintu membuat keduanya tersadar. Mereka berdua menoleh ke arah pintu yang terbuka. Mata Ino melebar seketika melihat Sakura yang sudah berdiri disana dengan sorot mata yang tidak bersahabat.
"Mm.. Sasuke, hanya itu saja yang ingin aku bicarakan. Kalau begitu aku pamit, mau cek pasien lagi." Pamit Ino. Sasuke tersenyum menghantarkan kepergiannya.
***
Suasana makan malam keluarga Yamanka kali ini berbeda dari malam biasanya. Malam ini terasa lebih hangat diselimuti perbincangan kecil yang mengundang gelak tawa. Itu semua karena Sasuke ikut bergabung sehingga membuat suasana menjadi terasa penuh cinta.
Nyonya Yamanka tidak dapat menyembunyikan raut kebahagiaannya. Saat tahu bahwa Sasuke akan datang, dia langsung menjerit bahagia. Bahkan makan malam ini, dia sendiri yang memasaknya.
"Sasu, kamu mau tambah lagi Nak?" Tawar nyonya Yamanka untuk ketiga kalinya, padahal Sasuke sudah menambah dua piring tadi.
Sasuke tersenyum hangat, "Makasih tante."
"Mama, itu perut Sasuke sudah buncit begitu masih disuruh tambah." Tegur tuan Yamanka membuat sang istri menjadi cemberut. Sasuke dan Ino tersenyum melihat interaksi manis tersebut.
"Sasuke 'kan sudah jarang main kesini, jadi begitu tahu dia mau datang Mama jadi semangat masaknya."
"Tapi jadinya kebanyakan Ma. Ini juga bukan hari terakhir Sasuke kesini, besok-besok juga 'kan Sasuke datang lagi."
Mata nyonya Yamanka berbinar seketika, "Benar besok Sasuke kesini lagi?" Tanyanya penuh harap.
Sasuke tersenyum kikuk saat semua orang menatapnya, ia berdehem pelan berusaha menghilangkan pasir yang ada ditenggoroka nya.
Ino menangkap gerak-gerik Sasuke yang tampak gelisah. "Ma, Pa.. Sasuke 'kan sibuk, jadi gak bisa terus-terusan main kesini."
Nyonya Yamanka menghela napas kecewa.
"Ino benar Ma, Sasuke punya tanggung jawab besar terhadap perkejaan yang menjadi prioritasnya." Timpal tuan Yamanka.
Nyonya Yamanka mengangguk mengerti, meski sedikit kecewa tapi dia tetap menampilkan senyuman.
Sasuke bisa menangkap semburat kesedihan dalam senyum nyonya Yamanka. Tapi ia bisa apa, ia sudah tidak punya urusan lagi dengan keluarga ini. Seperti janjinya pada Sakura untuk tidak lagi berhubungan dengan Ino. Begitu pula janji Ino padanya jika ini adalah terakhir kali ia berada ditengah-tengah mereka.
***
Setelah pulang dari rumah Ino, Sasuke langsung mengemudikan mobilnya menuju rumah Sakura untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.
Malam semakin larut. Sasuke menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan malam. Keadaan jalan yang tampak sepi membuatnya lebih santai sambil menikmati indahnya malam.
Sasuke kembali teringat dengan pelukan nyonya Yamanka tadi saat ia berpamitan pulang. Kehangatan itu masih terasa di tubuhnya.
Ada rasa bersalah yang timbul dalam hatinya. Andai saja nyonya Yamanka tahu itu adalah pertemuan mereka untuk terakhir kalinya, bagaimana perasaannya?
Ia telah membuat harapan palsu kepada nyonya Yamanka dengan membiarkannya menunggunya yang tidak akan pernah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FriendZone (SasuSaku Version) *END*
FanfictionCinta pertama atau persahabatan yang telah lama?