Tiga dua

779 69 2
                                    

Sasuke membaringkan tubuhnya diranjang besarnya, ia hanya berbaring karena tak bisa memejamkan matanya.

Ucapan Papinya tadi sangat mengusik hatinya. Emosi, amarah, penyesalan, kecewa semua tercampur jadi satu.

Ia merutukki dirinya sendiri atas apa yang sudah terjadi.

***

People will promise you to stay and leave you the next day.

Kepala Sasuke terasa begitu berat. Cerita panjang Fugaku membuat hatinya begitu sesak di bentur oleh rasa bersalah.

Benar kata Papinya jika ia telah melepaskan mutiara ke laut lepas. Menghancurkan sebelum melemparkannya untuk ditelan samudera. Setelah semua pengorbanan Ino selama ini, ia justru..

"Arghh....!" Kebodohan dirinya sudah tidak bisa di deskripsikan.

Kembali Sasuke mengingat perjalanan cintanya bersama Ino. Kini baru ia sadari dibalik indahnya senyuman yang gadis itu berikan setiap bersamanya, Ino selalu berusaha menyembunyikan kesedihannya.

Begitu bodoh dirinya baru sadar jika mata bengkak Ino yang ia dapati setiap pagi itu ternyata karena ulah dirinya sendiri. Ino menangisinya setiap malam tetapi saat pagi datang gadis itu berusaha menyapanya dengan senyuman dan mengatakan bahwa dia menangis karena menonton film.

Ada apa ini sebenarnya, kenapa semuanya menjadi sangat sulit. Mengapa perasaannya sulit sekali di kontrol. Dimana sebenarnya hatinya bersemayam?

Semua terasa abu-abu. Kabut menutupi mata dan hatinya hingga Sasuke tidak bisa melihat siapa sebenarnya wanita yang telah mencuri hatinya tersebut.

***

Pagi itu suasana dalam keluarga Uchiha diselimuti dengan hawa dingin. Sasuke yang baru turun dari kamarnya segera mengambil posisi seperti biasanya dan ikut bergabung sarapan.

Mikoto dengan khawatir mengamati wajah Sasuke yang tampak pucat dan lesu. "Kamu kenapa sayang? Sakit?"

Sasuke hanya tersenyum tipis lalu kembali melahap sandwich-nya. Mikoto semakin khawatir lalu memeriksa suhu di kening Sasuke, "Astaga! Badan kamu panas sekali Sasu. Kamu demam." Kepanikan Mikoto membuat pagi itu menjadi sedikit heboh.

"Mami, Sasu baik-baik aja."

"Baik-baik gimana? Sudah pokoknya kamu gak usah kemana-mana. Istirahat dirumah."

"Gak bisa Mi, ada hal penting yang harus aku urus di rumah sakit. Aku harus pergi sekarang."

"tidak ada bantahan Uchiha Sasuke. Istirahat."

"Mi.."

"Ini hari minggu. Jadwal kamu dihari minggu kosong. Kamu dokter, tapi merawat diri sendiri tidak bisa, bagaimana mau merawat orang lain?!"

"Please Mi, aku hanya sebentar. aku akan menyelesaikannya secepat mungkin dan segera pulang kerumah. Janji!" Dengan cepat Sasuke meneguk susunya hingga tandas dan segera pamit pergi ke rumah sakit.

Mikoto menghela napas lelah, "Apapun masalah kamu, cepat pulang sayang." Lirihnya menatap punggung sang putra yang mulai menjauh.

***

Dengan langkah seribu Sasuke segera berlari menuju warung nasi goreng favoritnya itu. Napasnya berat dan tersengal namun kebahagiaannya tak bisa disembunyikan begitu melihat orang yang sedari tadi ia cari-cari.

"Sai." Panggilnya dengan napas tersengal. Yang merasa dipanggil pun segera menoleh kebelakang.

Sai memberikan tatapan bingung dengan kehadiran Sasuke. Mengerti arti tatapan itu,  Sasuke segera menatur napasnya untuk lebih rileks.

"Kau pasti tahu keberadaan Ino bukan. Diamana dia sekarang?" Tanya Sasuke to the point.

Sai tersenyum miring mendengar pertanyaan Sasuke yang tanpa basa-basi seolah mereka sudah kenal lama. "Akhirnya. Sudah lama saya menunggu anda menanyakan hal ini."

Sasuke menghembuskan napas kesal, "Katakan saja, tidak perlu basa-basi."

"Untuk apa! Kalau saya beritahu sekarang juga sudah sangat terlambat. " Jawab Sai acuh, lalu kembali melanjutkan makannya.

Brak! Sasuke menggebrak meja, sontak seluruh mata mengarah kepada meja mereka.

"Tidak pernah ada kata terlambat." Ucap Sasuke penuh penekanan. Dapat Sai lihat jika rahang Sasuke mengeras tanda pria itu sedang menahan emosinya.

Dengan kesal Sai melemparkan sedok ditangannya keatas piring dengan kasar. "Mau anda apa lagi? Menemuinya dan meminta maaf, lalu mengajaknya kembali pada anda? kemuadian akan menyakitinya. Sebenarnya siapa yang ada dihati anda?!" Teriak Sai. Dia mendecih menatap Sasuke muak. "Lebih baik anda pastikan dahulu perasaan anda agar anda bisa tahu siapa sebenarnya pemilik hati anda itu." Setelah itu Sai berdiri pergi meninggalkan Sasuke.

"Kalau kau tidak ingin memberitahu keberadaan Ino untukku. Setidaknya beritahukanlah untuk Papanya." Teriak Sasuke dan untungnya masih bisa terdengar oleh Sai.

"Afrika. Dia pergi ke Afrika dan mengabdikan diri disana." Jawab Sai dengan suara getir, kemudian dia melanjutkan kembali langkahnya.

Dunia Sasuke berhenti berputar untuk beberapa detik. Jamtumgnya seakan membengkan dan siap meledak. Kepalanya kembali memberontak dan semakin terasa berat. Beberapa detik kemudian semuanya terasa gelap, dan Sasuke tidak tau apa yang terjadi selanjutnya.

***

Sasuke perlahan membuka matanya dengan hati-tati. Netranya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam rentina matanya dan kepalanya masih terasa pusing.

Setelah penglihatannya sedikit lebih jelas, ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan ini yang tidak asing baginya.

Saat ia masih sibuk dengan pikirannya yaitu mengapa ia bisa terbaring disini? Pandangannya tertuju pada seseorang yang tidur pulas dengan kepala yang diletak 'kan diatas lengan kanan miliknya.

Sasuke berusaha mengangkat tangan kirinya untuk mengelus lembut rambut tebal milik Sakura. Namun niatnya ia urungkan. Hatinya menjadi sangat berat teringat dengan ucapan Sai. Ia merutukki dirinya yang begitu labil dan bodoh.

Sasuke yakin jika separuh hatinya sudah dicuri oleh seseorang. Tapi siapa orang itu, ia tidak mengetahuinya?

Sasuke menatap sendu Sakura yang masih terlelap. Apakah ia mencintai sahabatnya itu?

Sasuke menggeleng kuat. Tidak, itu tidak mungkin. Mereka murni hanya bersahabat saja. Begitu yang selalu di peringatkan Sakura sejak mereka beranjak remaja.

Lalu, apakah yang mencuri itu Ino? Memang, kehadiran dan kepergian Ino menoreh kesan yang sangat dalam bagi Sasuke.

Arrrggh.. Ia mengeram kesal dalam pemikirannya sendiri. Harus bagaimana cara ia memastikan perasaannya? Seseorang bantulah Sasuke!

FriendZone (SasuSaku Version) *END*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang