Tiga empat

801 61 0
                                    

Layaknya senja yang indah akan hilang bila malam datang. Begitu juga dengan kita, kembali asing dan kamu menghilang.

Ada apa denganmu? Atau ada yang salah denganku? Mengapa kita kembali terasa jauh?

Sakura menghela napasnya berulang kali mencoba menghalau beban yang membuatnya sesak. Playlist musiknya sudah berkali-kali ganti lagu, namun kantuk belum juga datang.

Duduk ditepi ranjang sambil memeluk erat lututnya, Sakura menelungkup kan wajah lelahnya disana.

"Aku tidak pulang malam ini."

Suara dingin Sasuke masih terngiang di inderanya. Sakura tahu, pekerjaan hanya dijadikannya alasan untuk menjauhinya. Dia peka, Sasuke mulai mengambil langkah mundur perlahan-lahan darinya.

***

"Pagi Papi, pagi Mami." Sakura menghampiri pasangan paruh baya yang sedang sarapan itu, tak lupa dia juga memberikan kecupan di pipi masing-masing.

"Sasuke tidak pulang lagi tadi malam?"

Sakura mengangguk kecil "Ada jadwal operasi mendadak katanya Pi."

"Selalu saja ada alasan kalau di suruh pulang." Decak Mikoto kesal.

"Jangan begitu Mi, mungkin saja memang benar ada operasi mendadak. Apalagi tim Sasuke kembali di tinggal satu rekannya."

"Di tinggal rekannya?" Batin Sakura bertanya-tanya. "Siapa yang resign? Ino?" Jantung Sakura terhenti sesaat.

"Papi berangkat duluan." Fugaku babgkit berdiri diikuti Mikoto yang hendak mengantarkannnya sampai depan pintu.

Sakura tidak menanggapi ucapan Fugaku. Dunianya terasa berhenti, bahkan kecupan Fugaku di keningnya tidak lagi terasa, saraf-sarafnya sangat sulit bekerja.

Satu fakta kini terungkap, yang akan mengungkapkan fakta lainnya. Kepergian Ino adalah alasan utama mengapa Sasuke kembali berubah.

Harus ambil sikap bagaimana Sakura sekarang? Mendatangi Sasuke dan menghiburnya atau justru pergi untuk menata hatinya yang kembali hancur.

Hancur karena harapannya yang terlalu tinggi. Mengira hubungan mereka kali ini bisa lebih baik lagi namun ternyata perkiraan itu meleset jauh.

"Sasuke tidak pernah mencintaimu, tidak akan pernah. Dia hanya mencintai Ino, cinta pertama dan mungkin cinta sejatinya." Batin Sakura teriak, namun otaknya berontak.

Mau sekeras apapun Sasuke menolak bahkan membohongi dirinya sendiri jika ia tidak lagi punya perasaan pada Ino, namun hati pria itu tidak bisa dibohongi. Cinta punya caranya sendiri untuk mengatakan itu.

"Kau sangat mencintainya, Sasu. Meski berulang kali kau mengingkari perasaanmu, tetapi itulah kenyataannya." Lirih batin Sakura menerawang jauh nasib cinta yang sedang mempermainkan mereka.

Sakura tidak melanjutkan sarapannya dan kembali ke kamar untuk mengambil tas juga beberapa berkas. Ditatapnya pantulan dirinya di cermin kamar. Tampak begitu menyedihkan.

"Harus sampai kapan kau terus berharap?" Tanyanya pada pantulan dirinya. 

Sakura menatap dalam manik matanya dari pantulan cermin itu dan menemukan segurat tanda kelelahan disana. "Apa ini saatnya untuk berhenti?"

***

Ditengah padang rumput nan luas hingga tak tercapai ujungnya, angin berhembus lembut menerbangkan burung-burung berkicau, riang tawa anak-anak yang lincah bermain kesana-kemari.

FriendZone (SasuSaku Version) *END*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang