Chapter 1

772 54 0
                                    

• Selamat Membaca •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Selamat Membaca •

Setor vote dulu yuk sahabat❤

****

PAGI hari tepatnya pukul 06.30 kebisingan itu kembali tercipta. Saat seorang kakak berusaha membujuk adiknya untuk masuk sekolah.

"Husein, katanya mau berangkat sekolah. Kenapa masih diem di situ?"

Hasan menghela napas kecil, ia tak mendapat jawaban apapun dari adik kecilnya ini. Ia membuka lebar pintu kamar Husein. Kamar adiknya di dominasi warna hitam, karena Husein sendiri yang meminta. Husein lebih pendiam dari Hasan, sampai Hasan ikut tersayat kalau melihat Husein.

"Buat apa Husein sekolah, Kak? Husein berprestasi aja gak ada yang bangga. Siapa yang bakal bangga sama Husein?"

"Jadi Husein gak anggap Kakak?" canda Hasan sedikit merajuk.

Husein tetap menatap lurus ke depan. Tidak tertarik dengan rajukan dari kakaknya.

"Mamanya Anin suka dateng buat jemput Anin di sekolah. Anin selalu bangga-banggain Mamanya di depan Husein. Mamanya bangga karena Anin selalu berprestasi. Tapi Husein enggak, Kak."

Hasan diam, menatap sedu adiknya yang terlihat begitu terluka. Hasan langsung mempunyai ide.

"Dik, liat kaca itu," Husein menoleh sekilas, mengangguk dan melihat cermin di hadapannya.

"Lihat diri kamu di dalam cermin itu."

"Engga ada apa-apa."

"Mama ada di dalam diri kamu. Mama bakalan selalu ada di hati kamu. Mama selalu nemenin Husein. Bahkan Mama gak pernah bener-bener ninggalin Husein." jelasnya lembut.

Anak itu menunduk cemberut.

"Kalo Tuhan kasih Husein satu permintaan dan bakalan di kabulin saat itu juga, Husein bakal minta Mama kembali dan nemuin Husein sekarang."

Bibir Hasan terkatup rapat, tidak ada jawaban yang bisa ia beri untuk adiknya. Ribuan pertanyaan selalu ia pertanyakan, ratusan ingin selalu ia dambakan. Namun, apa daya Hasan? Jika semesta saja tidak ingin menatap ke arahnya. Jawabannya tetap sama, apa yang Husein inginkan tidak akan bisa menjadi nyata. Mama dan Hasna sudah berpisah dengan keduanya dalam waktu yang begitu lama.

"Husein percaya gak kalo mama lagi liat Husein?" ia menoleh lagi, berpikir sebentar.

Husein mengangguk pelan. Hasan tersenyum dan mengusap kepala Husein. "Kalau Husein percaya, kenapa Husein masih gak semangat? Husein pengen di banggain sama Mama kan?"

"Sama kakak Nana juga."

"Kalau begitu, Husein harus berusaha buat banggain Mama sama Kakak Nana. Mereka bakal tersenyum bangga sama Husein kalo Husein jadi anak yang baik dan mau belajar."

HUSEIN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang