Assalamualaikum...
Gaes setelah beberapa abad lamanya aku kembali dalam cerita ini.
Kamu baca cerita ini berarti siap buat sama-sama capek yaaa!
Jangan lupa follow wattpadku dan igku @deedestia_
Selamat Membaca
Jangan lupa Spam komen sama vote biar ak smngt y hhhh
••••
Semua sebatas angan yang patah karena sebuah realita yang harus tetap di terima di tengah banyaknya untaian kata tentang ikhlas yang masih terselip sebuah ungkapan tak rela di dalam hati.
•HUSEIN•
****
"Maaf atas kejadian kemarin ya, Pak. Saya benar-benar tidak tahu. Abdul dan mamanya sudah saya panggil, mereka ingin meminta maaf." sesal Bu Fanya, wali kelas Husein.
"Gak papa. Lupain aja, asalkan Husein baik-baik aja dan mau sekolah saya tidak mempermasalahkan." jawab Hasan bijaksana, sembari mengusap kepala Husein.
"Saya pergi dulu, permisi."
"Eh—Pak tunggu dulu." sargahnya. Hasan dan Husein berbalik.
"Kenapa Bu Fanya?"
"Pak Hasan engga save nomor saya ya?" tanyanya dengan raut wajah tak enak.
Hasan mengangkat satu alisnya ke atas. Sementara Husein hanya melihat keduanya bergantian.
"Yang mana? Ibu pernah chat saya?"
"Pernah, Pak. Waktu minggu lalu pas Husein engga masuk dua hari."
Bibir Hasan sedikit terukir dan mengangguk mengerti.
"Maaf, mungkin ke timbun sama chat dari yang lain. Boleh saya minta nomornya?"
Mata Bu Fanya membulat sempurna, segera merogoh tas dan mengambil ponselnya. Setelah meminta nomor, Hasan kembali berpamitan, meninggalkan Bu Fanya yang terguncang karenanya. Jangan salah, dia masih gadis, guru muda berusia 23 tahun di sekolah ini. Cantik, putih, tinggi, dan mempunyai mata bulat serta bulu mata yang lebat menambah kesan manis pada dirinya.
Jangan harap Hasan tertarik.
"Husein mau ke rumah Oma yang mana?"
"Oma Naura!" teriaknya girang sembari mengangkat kedua tangan.
Hasan tersenyum tipis lalu mengangguk mengiyakan. Hasan baru menjemput Husein. Anak itu sudah melupakan kejadian tempo hari perihal anak dan ibu yang seringnya menyebalkan.
Hasan menggandeng tangan Husein menuju mobil.
"Husein pengen kerumah ambil Pio yah?" Hasan menoleh dan kembali mengangguk.
"Kakak, mamaku kapan datang lagi? Mamaku kapan meluk Husein lagi?"
Langkahnya keduanya terhenti. Ia berjongkok di depan bocah kecil itu.
"Waktu kemarin-kemarin-kemarinnya lagi, Husein ketemu mama. Mama datang buat jemput Husein sekolah. Kata mama, Husein harus jadi anak yang baik, gak boleh cengeng. Mama jemput Husein kak!" ia tak mau berhenti bicara, sedangkan jiwa Hasan bergetar karenanya.
Hasan memegang pundak Husein, "pasti mama seneng ya liat Husein tumbuh sehat sama pintar."
Kelopak mata itu menyipit pertanda bahwa ia tengah tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSEIN (COMPLETED)
Подростковая литератураCover by @Noisa_art [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Spin-Off My Little Angel Karena lupa bahagia, dia mencari bahagianya sendiri. HUSEIN? Buaya kadal dari Komplek Perumahan RT Sukamto, yang di kenal karena ketampanan, lucu, dan kehumorisannya kepada em...