Chapter 12

180 24 3
                                    

HALLOOOOOOOO

AKU BALEEEK NIH KANGEN GA? WKWK

Maaf yaa lama mulu updatenya, soalnya kehidupan di dunia nyata makin nyita waktu, makin keterlaluan bercandanya wkwkk

Tapi kalian masih disini khan?

Yauda gak usah lama-lama

Stor vote dan komen dulu gaess

SEBUTIN DARI MANA KALIAN NEMU CERITA INI YUP

SELAMAT MEMBACA💐❤

Sesekali kita boleh bercanda sambil ketawa. Biar enggak terlalu serius, sebab kalau selalu serius nanti pikiran jadi tertekan.

-HUSEIN-

****

APAKAH yang mengatakan pamit dengan baik, boleh di sambut lagi kedatangannya dengan perlakuan yang lebih baik? Begitulah pikir Hasan ketika tahu jika teman-temannya mengajak Hasan dan Jejen untuk bersilaturahmi dengan Citra. Citra yang Hasan tahu sudah pulang ke Indonesia setelah tujuh tahun berada di Amerika.

Sedikit dari banyaknya, Hasan senang, tapi hambar. Ia memilih untuk menghadiri rapat daripada buru-buru menemui teman-temannya, nanti mereka berpikir yang tidak-tidak.

"Pak, anda melamun?"

Hasan memejamkan mata, saat Jejen membuyarkan lamunannya.

"Oh, sampai mana tadi?"

Ocha menghampiri Hasan dan memberikan beberapa berkas penting yang telah ia kerjakan.

"Berkas yang bapak minta, saya sudah menyelesaikannya. Setelah Perusahaan ini bekerjasama dengan Bapak Ari, banyak perusahaan lain yang ingin bekerjasama pula dengan Bapak, terlebih dalam kesepakatan Brand terbaru dari Perusahaan Nafathar Group." jelas Ocha.

Hasan mengangguk kecil.

"Ocha, setiap satu minggu kamu harus memberikan laporan keuangan pada saya. Saya tidak mau ada kerugian besar atau kecil sedikitpun. Dan kamu harus secara detail menerangkan semua pengeluaran perusahaan." ucap Hasan lugas dan tegas.

"Baik, Pak." jawab Ocha penuh hormat.

Walaupun bagi Hasan Ocha itu menyebalkan, gila dan barbar, tapi perempuan ini begitu cekatan dan bisa di andalkan, daripada kepada Jejen, ia lebih sering memerintah Ocha sebagai wakil Hasan berbicara atau memberi perintah kepada semua karyawannya.

"Rapat selesai."

Hasan berdiri, dan berjalan keluar di ikuti oleh Jejem. Langkah kaki Hasan cepat sekali, sementara Jejen harus memegangi tas dan semua berkas bosnya ini. Jika tidak butuh, ia akan mengundurkan diri. Jejen kira bekerja dengan sahabat sendiri akan menyenangkan, tapi ternyata tidak lebih menyenangkan, semuanya sama saja tidak ada yang spesial.

"Jen, batalin semua jadwal gue siang ini."

Jejen meneguk ludah, ia langsung berjalan cepat dan mensejajarkan langkah dengan Hasan.

"Tapi kenapa, Pak? Bukannya siang ini anda harus kelapangan lagi? Kemarin anda batalkan dan hari ini di batalkan juga?"

Hasan menoleh sekilas. "Hak gue, masalah buat lo?"

Jejen berdesis sinis.

"Gue udah ngasih tau lo, terserah kalau lo mau batalin, yang rugi bukan gue."

Hasan berdecak kecil.

HUSEIN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang