Chapter 27

110 16 3
                                    

Haiiiii gimana kabarnya? Semoga selalu baiiik yaaa. Update tydack menentu wkwk

Jangan lupa tinggalin jejak gaisss

Selamat Membaca!

*****
DARI perjalanan sampai ke sekolah, Husein terus merapalkan istighfar di mulutnya. Dasar emang tetangga komplek suka ghibahin anak orang sampai segitunya. Husein jadi ikut kecipratan dosanya karena ingin tahu.

Tidak mungkin seorang Anin seperti itu. Terakhir kali Anin mengatakan pada Husein jika tujuannya pindah sekolah karena Ibunya yang memaksa untuk tinggal. Husein tidak percaya dengan ucapan Tante Nunung dan Tante Agnes. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan.

Saat sampai di parkiran, Husein belum melihat para sahabatnya. Ketika melihat arloji, ternyata masih jam 6 lebih 20 menit. Husein bernapas lega. Ia menyimpan helmnya di atas spion. Sedikit merapikan rambutnya sebelum bergegas masuk menuju gerbang sekolah.

Hari ini ada pelajaran Bu Guru. Selama mengajar di kelas Husein untungnya Asma tidak pernah mengabsen, tapi tak luput Husein was-was ketika harus mengumpulkan tugas dengan nama lengkap tapi tidak Husein turuti.

Ketika memasuki gerbang sekolah, Husein melihat Anin terduduk sendiri di satpam. Tidak sedang sarapan melainkan tengah melamun.

Inisiatif Husein menghampiri, dan tanpa meminta izin duduk begitu saja di samping Anin. Perempuan itu sadar dengan kehadiran Husein tapi berusaha acuh.

"Kenapa melamun disini?" tanya Husein setengah menunduk menatap Anin.

"Terserah gue." ketusnya.

Husein menghela napas kecil, "Kenapa seminggu ini gue gak liat lo sama Indri bareng-bareng? Kata Fahmi kalian lagi musuhan. Kenapa? Karena gue?"

Anin langsung menoleh, wajahnya menjadi sendu dan matanya berkaca-kaca. Dia memegang satu tangan Husein dengan erat dan menggeserkan duduknya untuk menghadap Husein.

"Iya, Indri sama Ail gak mau temenan sama gue lagi." jelasnya terlihat murung.

"Kenapa?"

Anin tersenyum tipis, "Mungkin Indri gak suka liat gue sama lo, Sein. Kayaknya dia cemburu karena lo lebih milih gue daripada dia."

Hening.

Husein mengulum bibirnya dan berpikir untuk mencerna ucapan Anin. Benarkah?

"Ail sama Indri aja ngusir gue waktu nginep di rumah Indri. Gue juga gak habis pikir, kenapa Indri bisa jadi setega itu. Padahal dia bilang bakalan baik-baik aja kalo gue pacaran sama lo, Sein." lanjutnya, mendongak menatap Husein yang juga tengah menatap ke arahnya.

"Oke, nanti gue bilang sama dia." bujuk Husein tersenyum penuh arti dan mengusap kepala Anin lembut. "Sekarang, lo gak perlu sedih lagi. Tau-tau udah istirahat dia baik lagi sama lo."

Anin cepat menggeleng, memeluk tangan Husein possesive. Beberapa saat Husein melirik pegangan Anin di tangannya. Kok bisa? Pikir Husein.

"Gak usah bilang apa-apa sama dia. Lo cuma harus nemenin gue. Bisa?" alis Husein terangkat, lama-lama dia bingung beneran.

"Artinya lo udah suka sama gue?"

Anin terperangah dengan itu. Kedua matanya memicing di kala menatap Husein. Tapi sesaat kemudian, dia mengukir senyuman dan mengangguk.

"Dari kejadian lo deketin Cassandra sama Chelsea, gue sadar kalo gue cemburu dan gak mau kehilangan lo, Sein."

Sudut bibir Husein terangkat, rasanya Husein ingin bersorak senang karena berhasil meluluhkan gadis sombong ini. Tapi, kenapa secepat itu Anin menyadari rasa?

HUSEIN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang