Seneng gaaaak?
Ah gak mau tau harus di komen sama di vote!
Bacanya hayati aja yah, gak tau ngefeel atau engga haha.
Sorry kalo gak ngefeel, sorry juga kalo ada typo.
Selamat membaca🙌🏻
****
PANDANGAN mata seolah kabur, telinga seakan berdengung. Kepalanya pening, apakah ia bermimpi? Seringnya ia bermimpi tentang Nana, apakah kali ini ia bermimpi juga?
"Neng, maafin bapak yah, bapak bakalan ganti rugi-"
"Oh, no, Pak. Saya gak papa. Iam fine." jawab Asma cepat untuk menenangkan sang sopir.
"Nana, ini Papa..."
Asma memejamkan matanya kala mendengar itu. Apakah salah ia menginjakan kaki di kota ini? Apakah wajahnya begitu pasaran sampai setiap orang yang melihatnya selalu memanggil dirinya dengan sebutan Nana. Lalu siapa Nana? Kenapa dia di kenal oleh setiap orang yang baru ia temui di kota ini.
"Maaf, saya buru-buru. Semoga bisa bertemu lagi nanti."
Asma langsung pergi menjauh. Nufus membungkuk sopan sebelum akhirnya mengejar Asma lagi. Ia sedikit mendesis kesal. Padahal kaki Asma memar, tapi masih bisa berjalan cepat.
"Asma! Astaga tunggu aku!"
"Dia Nana, kan?" tanyanya pada Pak Jajang.
"Bukan, Tuan. Dia hanya mirip sama almarhumah."
"Tapi kenapa setiap sudutnya sama?" lirihnya sembari menatap Asma yang semakin menjauh.
Pak Jajang hanya diam, ragu untuk menanggapi, takut salah berbicara pada tuannya.
Ia melihat arlojinya sekilas, memijat kedua pelipisnya yang terasa pusing dan berkeringat dingin.
"Mungkin dia hanya mirip. Mari, sudah pukul 8, Jang."
Pak Jajang membungkuk sopan, mempersilahkan tuannya untuk masuk.
Sementara di tempat lain, bocah kecil itu cemberut lucu di depan pintu mobil yang terparkir di depan gerbang rumah sederhana tapi minimalis. Bersama dengan kakak teman ibunya ia berdiri.
"Kakak bilang juga apa! Makan dulu di rumah, Cil! Jadi gak perlu nunggu."
"Kamu itu cerewet."
"Lah, terserah gue dong!" solotnya tak terima. Ia kembali bersedekap sembari mengangkat kepalanya angkuh. Kacamatanya saja enggan ia lepaskan.
Semua ini gara-gara Hasan! Dia kehilangan hari santainya karena harus mengantar bocah ini. Hanya karena dia masih jomblo sekarang bukan berarti Hasan bisa menjadikannya babu adiknya ini. Ya ampun siapa lagi yang sering mendumel seperti ini kalau bukan Rafa.
"Fotoin aku." Husein memberi ponselnya pada Rafa dengan tampang polos. Sedangkan yang di suruh nampak tak terima setengah mati.
"Astaghfirullahaladzim..."
Rafa menerima ponsel Husein walaupun masih mendumel. Ia sudah berdiri di depan Husein sembari membungkuk. Menyiapkan kamera dan siap memotret Hasan.
"Senyum my dear,"
Cekrek
Cekrek
Cekrek"Oke, kamu ganteng. Nih," Rafa menunjukannya pada Husein. Bocah itu berbinar. "Tumben mau di foto, kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSEIN (COMPLETED)
Teen FictionCover by @Noisa_art [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Spin-Off My Little Angel Karena lupa bahagia, dia mencari bahagianya sendiri. HUSEIN? Buaya kadal dari Komplek Perumahan RT Sukamto, yang di kenal karena ketampanan, lucu, dan kehumorisannya kepada em...