Chapter 33

138 21 0
                                    

HAIIIIIIII

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAIIIIIIII

Gimana kabarnya zemuuaaa? Semoga selalu baiq-baiq saja ya.

Maaf nih kelamaan updatenya wkwkw

Gaes gaes jangan lupa ya baca ceritaku di Fizzo dengan judul KALUNA DAN COFFEE username @deedestia

Seru kok gaes asli wkwkwk

Tenang aja aku gak bakal lupain anak-anak disini kok termasuk ayang.

Selamat Mambaca!

JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK.

*

***

SETELAH kejadian di hari ulang tahun Husein, Asma memutuskan untuk ke Surabaya hanya untuk membicarakan perihal lemparan batu dan ancaman pada Papanya Husein. Kenapa Asma bisa menyimpulkan bahwa itu papanya? Karena kejadian seperti ini sering terulang. Terlebih ketika Asma dekat dengan seorang pria.

Entah apa yang ada di pikiran papanya. Selalu memperlakukan Asma seperti anak kecil.

Sekarang Asma sudah berada di dalam lift, dia akan pergi ke ruangan papanya yang berada di lantai atas. Setelah menunggu beberapa saat, pintu lift terbuka. Asma langsung keluar dan berjalan menuju ruangan papanya.

Baru ketukan satu kali, dan orang yang ada di dalam ruangan itu langsung menyuruh Asma untuk masuk. Setelah Asma masuk, Ariyandi cukup terkejut. Ia langsung berdiri dan menghampiri Asma yang tiba-tiba datang.

"Why?" tanyanya sembari melebarkan tangan. "Apa yang membuat kamu tiba-tiba ada disini? Kenapa tidak menghubungi papa dulu."

Asma bergeming di sertai wajah datar tanpa tersenyum.

"Are you okay, Asma?"

"Mulai sekarang, papa gak perlu perhatiin aku lagi. Papa gak perlu naruh kamera lagi di barang-barang aku. Papa gak perlu teror orang-orang terdekat aku. Apa papa gak sadar sama tindakan papa ini?" ucap Asma tanpa jeda. "Udah ratusan kali aku jelasin sama papa kalau aku ini udah gede! Papa gak perlu lagi anggap aku anak-anak!"

"Asma, apa yang kamu katakan." Ariyandi ingin menggapai wajah Asma, tapi dia langsung mundur dan mengangkat satu tangannya agar papanya tidak menyentuhnya.

"Papa, Husein itu udah aku anggap adik aku sendiri. Aku sayang sama dia, aku gak bisa jauh dari dia, dia kesayangan aku, Pa. Dia juga sayang sama papa, dia gak lupa sama panggilan kesayangannya untuk papa. Tapi kenapa papa teror keluarga Husein? Itu enggak adil. Selama ini aku diam, tapi kalau urusannya sama Husein, aku enggak akan tinggal diam. Papa jangan pernah buat Husein terluka. Aku yang akan maju!" cecarnya sampai menunjuk papanya sendiri.

HUSEIN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang