Chapter 11

203 28 3
                                    

Assalamualaikum sodaraaa gimana kabarnya? Semoga baik yaa🖤

Husein enggak akan lama updatenya, sebisa aku, selalu aku usahain buat update ngejar target wkwkw

Aku udah masuk nih ke cerita Husein, kemarin-kemarin lagi mimpi makannya gak sadar wkwkwk

Jangan lupa vote dan komen, kesan dan kritik membangun dari kalian berharga buat aku. Ailuvv deh sekebon.

Selamat Membaca yaaa🖤

****

BAK anak dan Ayah, keduanya berjalan menuju kelas. Hasan memastikan Husein duduk di tempatnya dengan aman dan damai tanpa di ganggu oleh si Abdul.

"Hai, Om!"

"Ha?"

"Hai, Om." sapa Anin sambil melambaikan tangannya pada Hasan.

Hasan menggaruk lehernya yang tak gatal, apakah wajahnya sudah terlalu tua sampai di sebut Om?

"Dia kakakku, jadi kamu panggil dia Kakak, bukan Om." bela Husein menasihati Anin. Anin menunjujukkan deretan giginya.

"Maafin Anin yah, Kakak." ujarnya manis sekali.

"Enggak papa, bay the way kamu temannya Husein?"

"Iya!" girangnya menjawab.

Hasan tersenyum simpul, lalu mengusap kepala Anin lembut.

"Jadi teman yang baik ya," ucap Hasan, kemudian ia menatap Husein lekat. "Harus jadi anak yang baik, jangan menjauh dari teman-teman yang mau berteman sama kamu." Husein hanya diam.

"Pulang sekolah kamu di jemput Mama Inggit ya, kakak gak bisa jemput, ada kunjungan kerja yang harus kakak hadiri."

Husein mengangguk singkat, ia menyalami telapak tangan Hasan, kemudian menggenggam tangan Anin dan mengajaknya masuk ke dalam kelas.

Menghela napas kecil, kemudian berbalik untuk pergi menuju parkiran. Di sela itu ia bertemu dengan Mamanya Abdul, Hasan enggan menyapanya, karena perempuan itu telah menyakiti hati Husein adiknya.

"Kayaknya saya buru-buru nikah deh, Bu."

"Lah, kenapa emangnya?"

"Itu loh, Kakaknya Husein yang gantengnya mirip aktor Drakor, masih lajang, mau 26 tahun."

"Lagian kalau kamu masih lajang juga mana mau dia sama kamu." Jawab Ibu Asih, emaknya anak-anak yang satu kelas dengan Husein.

"Ya ampun, enggak ada yang tau kan sama rezeki?"

"Tapi kan rezeki kamu suami yang sekarang dan anak kamu yang lagi belajar itu!" ujarnya blak-blakan sambil menunjuk kelas anaknya.

Hasan geleng-geleng kepala, ia hanya tertawa kecil menanggapinya.

"Eh, Pak Hasan." sapa Bu Fanya yang berjalan bersama—Asma.

Hasan tersenyum, melirik Asma yang memalingkan wajah.

"Lama tidak bertemu, Bu."

Di jawab seperti itu, membuat Bu Fanya salah tingkah.

"Saya senang mendapati perubahan dari Husein. Sedikitnya dia mau berteman dengan satu orang."

Bu Fanya berbinar, dan membenarkan ucapan Hasan. Sambil memegang bahu Asma, ia berkata. "Ini semua karena Bu Asma, Pak. Cuma dia yang bisa buat Husein nyaman dan mau berinteraksi."

HUSEIN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang