07. SI ANAK PELAT

11.2K 89 0
                                    

"Arabella.."

"Duduk sini ra. Ibu mau ngobrol bareng sama ara. " ibu melambaikan tangannya kepadaku. Kemudian ia menepuk sofa dan memerintahku untuk duduk bersamanya. Namun aku berakhir duduk dipangkuan ibu.

" Nanti... kalau ayah sama ibu berpisah.
Ara mau... tidak ikut dengan ibu?. " Ucapnya terbata bata.

Tangan halusnya kini perlahan membelai rambutku yang panjangnya se punggung. Sembari menyisirkan rambutku. Ibu menanyakan sesuatu dengan bahasanya yang sedikit bisa aku cerna.

" Ara hanya mau tinggal dengan ibu dan ayah!! "

" Ara juga tidak mau ibu dan ayah bercerai!! "

" Ara selama ini tahu kalian selalu berantem!! "

" Kalian sudah dewasa. Kenapa masih suka berantem seperti Ara dan teman-teman. "

" Ara saja yang masih kecil tidak suka berantem. " Kicauku.

Mendengar ucapanku. Tangan ibu berhenti menyisir rambutku dan kini tubuhnya mendekapku. Sesekali ia mencium rambutku dari belakang.

Hangat sekali rasanya..

Terdengar lirih tangis ibu. Namun sebelum aku menengoknya tidak lama ia segera menghapusnya .

" Ara maafkan ibu ya. "

" Ara selama ini pasti kesulitan ya. karna ibu dan ayah. "

" Ibu tidak usah meminta maaf kepada Ara. "

" karna ibu tidak ada salah. "

" Tapi.. maaf ya bu, seharusnya ibu minta maafnya ke ayah saja. " ujarku. Aku membalikkan tubuh dan turun dari pangkuan ibu. Kini berganti aku yang memeluknya.

" Kenapa anakku dewasa sekali.. " batinnya, Air mata yang sedari lama ditahannya kini tumpah meruah.

" Ibu. Ara minta maaf ya kalau Ara pernah ada rasa marah dengan ibu.. "

" Ara kira ibu adalah ibu yang jahat tetapi nyatanya hati ibu lemah lembut. " Aku mencium kening ibu sembari menenangkannya dari perasaan bersalahnya kepadaku.

" Arabella sayang sekali sama ibu " ujarku.

Aku menghapus air mata dan ingusnya. Tampak terlihat wajahnya yang merah sekali, juga matanya yang sembab.

" Ibu juga sayang sekali dengan anak gadis ibu satu satunya " ibu memelukku,

" Ara terima kasih ya.. "

" Terima kasih sudah menjadi anak ibu yang pintar dan dewasa. " ibu menggenggam tanganku. dan membelai rambut juga pipiku.

Aku hanya membalasnya dengan tersenyum.

Usiaku memang masih kecil. Akan tetapi pemikiranku sudah terbentuk seperti selayaknya orang dewasa. Aku bahkan tidak menangis ketika makananku jatuh ataupun direbut oleh teman-temanku.

" Ala kenapa sih kamu suka sendilian disini. " ujar ico, Teman sekelas ku.

Dia pelat. Tidak bisa menyebutkan huruf R. Terkadang aku sedikit terhibur dengan ucapannya yang menggemaskan itu ketika kesulitan menyebutkan kalimat yang ada huruf R nya.

" Aku hanya ingin menikmati pemandangan ditaman ini. " ujarku, sembari menutup mata dan menghirup sedikit udara pagi hari.

" Ala mau es cleam tidak..? nihh.. " tangan ico menyodorkan es cream kepadaku. Aku menerimanya dengan mempersilahkan dirinya untuk duduk di sebelahku yang sedang duduk di kursi yang ada ditaman sekolahku.

" Terima kasih co.. "

" Ala aku punya cala menikmati es cleam selain di jilat. ala lihat ya.. "

Ico menunjukkan kepadaku. Ia menjilat es cream nya kemudian dikunyahnya perlahan. Sembari sedikit tertawa melihatku. Aku juga ikut larut tertawa.

" Ico kamu lucu hehe.. kan es cream tidak seperti kerupuk. Jadi tidak perlu dikunyah tahuu!!. "

" Kan tidak keras. " Imbuhku,

"Hahaha.... hahaha." suara ketawa kami terdengar dari kejauhan.

" Ala coba.. kalau kamu bosen dengan es cleam coba kamu kunyah. pasti rasa bosanmu akan hilang. " ujarnya, ico terus menerus mengunyah es cream yang digenggamnya. Aku sontak mengikuti caranya yang terbilang konyol. Perlahan aku menjilati es cream tersebut kemudian aku kunyah.

" Ico kamu benar sekali.. Berasa beda kalau dikunyah mmmh.. "

" Kan, ala pelcaya kan sama ico... "

" Enak kan ala.. "

" Iyaa hehe... "

" Ico makasih ya sudah menghibur Ara. Sedihnya Ara jadi hilang. "

" Ala jangan sedih lagi ya. kalau ail matamu mau kelual coba ala lihat ke atas. Nanti ail matanya tidak jadi kelual deh. "

" Iya. Yasudah ayo kita masuk kelas. "

" Ayo.... " tangan ico menggandeng tanganku dan tangan kanannya masih memegangi es creamnya yang perlahan meleleh.

Disaat sedang berjalan. Aku terjatuh tersandung batu. Es creamku pun jatuh. Ico yang menggandeng tanganku sontak terkejut melihatku yang sudah jatuh mencium aspal jalan.

" Ala ngantuk ya.. " ujarnya, Aku seketika bangkit dan menghiraukan ico.

" Kalau batunya masih disini pasti akan ada yang jatuh lagi. " gumamku, Aku kemudian mengambil batu tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah yang ada di sekitarku.

" Ala es cleamnya jatuh tuh, jangan minta lagi ya punyaku sudah habis nih.. " ico dengan sergap memasukkan semua es creamnya ke dalam mulutnya. Aku melihatnya tersenyum miring.

" Iya... Huh dasar kamu pelit!! takut sekali kalau es mu aku makan. "

Kemudian aku membersihkan es creamku yang jatuh dan lalu membuang bungkusnya ketempat sampah.

" Kan ico sudah kasih ala satu. ala saja yang ngantuk. Jadi es cleamnya jatuh. "

" Hey ara tidak ngantuk ya!! tapi kesandung maka dari itu ara terjatuh. " Sahutku,

" Kamu juga tidak mau menolongku. "

" Katanya pria sejati tapi kok tidak mau tolongin Ara. " kicauku, sembari berjalan lagi menuju kelas.

" Ico kan memang plia sejati.. "

" Tapi..."

" Tapi apa "

" Tapi kelemahan ico hanya pelat "

" Hahaha itu baru kamu benar co "

" Dasal ala, Lihat saja nanti kalau ico sudah besar. nanti ala pasti suka sama ico "

" Ketika besar nanti. Pasti Ico tampan sekali. Ala jangan suka sama Ico ya... " Ledeknya

" Huh.. aku tidak mau memiliki kekasih yang tidak bisa mengucapkan huruf R dengan benar. " Ledekku, sembari berjalan cepat mendahului langkahnya dan bergegas masuk ke dalam kelas ico pun menyusulku dari belakang.

" Alaaaa... Tunggu Ico... "

ARABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang