22. LUKA YANG MENGANGA

7.6K 53 1
                                    

_{}_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_{}_

Halo Readers kesayangan damiah😻
Maaf banget nih kalo damiah lama update nya. Dikarenakan satu dan lain hal yang mendesak jadinya enggak bisa fokus sepenuhnya sama tulisan sendiri🥲 harap dimaklumin yaa🤟🏻

Jadi sementara waktu damiah mau nge-ghosting kalian sebentar. Selama dua minggu damiah mau libur nulis dan gak bisa ngasih update'an yang kalian tunggu². Sedih gak sih huhu🙂

Eittttzz tapi tenang don't panic. Damiah janji kalo keadaannya sudah stabil lagi, Damiah bakal sering update dan kalian gak perlu nunggu lama. Dalam seminggu 3x update itu pun kalo otaknya Damiah lagi lancar hihi😗

Dan damiah mau berterima kasih atas vote dan komen yg kalian berikan. Itu sangat membuat Damiah semangat banget lo🥰 SBL SBL SBL. Semangat banget Loch.. semangat banget Loch!!

Oke deh selamat membaca🤩

*****************************************

  Bel lonceng berbunyi,  pertanda jam istirahat telah usai. Suara hentakan kaki bergema keras menembus telingaku. Para siswa segera menduduki bangku mereka masing-masing. kelas yang tadinya hening kini menjadi riuh dan berisik. Aku yang saat itu masih dalam mata terpejam sontak terbangun dengan mengucek-ngucek mata. Aku melihat Edgar yang sudah menempati bangku tepat di sebelahku.

" Sudah bangun tuan putri.? " Ledeknya, Aku terkekeh sembari mengusap air liur di sekitar mulutku.

" Sudah babu. " Sahutku, seketika ia menaikkan alisnya. Sembari menatap wajahku dari dekat. Dan membuatku menelan ludahku sendiri dengan mengambil posisi menghindari tatapannya.

" Kenapa sih lihatin gue begitu. " Aku menampar lirih dagunya.

" Kalau gue babu terus elu apa.? Babi? " Ujarnya, Seketika edgar menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.

" Eh gue kekerasan ya kalau ngatain. " Bisiknya.

" Elu tuh yang anjing gar!!!. " Timpalku,

" Guk.. guk.. dong bunyi gue!! Eh.. " sahutnya, Seketika tawanya menggelegar. Mendengar ketawanya lantas aku pun ikut tertawa.

" Erdan sering ngajakin elu ke Club Ra?. "

" Jarang sih, Emang kenapa? "

" Gue sebagai teman elu. Cuma mau ngingetin sih. "

" Apaan sih gar, sok bijak banget deh. "

" Gue belum selesai ngomong Ra! Dengerin gue!! Hati hati sama dia. "

" Erdan juga teman gue sih. Tapi elu juga teman gua. Gua yang kenalin elu ke dia. "

" Jadi elu itu udah jadi tanggung jawab gua. "

" Kalau pacaran jangan kelewatan. " Edgar seketika melirik ke arahku. Ia berdecih ketika mengetahui aku tidak mendengarkan ucapannya dan malah asyik main ponsel.

ARABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang