_{}_
Tak mengetahui bahwa nomernya pernah dihubungi olehku, saat ia tengah membuka room panggilan seraya kedua matanya tersapu pada satu nomer yang terpampang profil picturenya gambar seorang wanita.
Jarinya menyentuh nomer tersebut, memperhatikan gambar wanita itu. Namun, ia tertegun mendapati gambar wanita tersebut adalah wanita yang menumpahkan kotoran pada kemejanya.
" Oh dia kemarin nelfon, kok aku tidak tahu ya. " dengan menyimpan nomer tersebut sembari mengingat-ingat namaku.
" Arabella kan ya.. " menganggukkan kepalanya berulang-ulang.
" Dia cantik sekali. " Gumamnya, sembari mendekatkan fotoku bahkan sampai di perbesar layarnya agar tampak melihatku dengan jelas.
" Masih terlalu kecil, untukku tiduri. " senyumnya menyimpul, saat sadar ia menggelengkan kepala.
Setelahnya ia menampar pipinya, " Kenapa aku jadi ingin menidurinya sih. "
Saat meneguk wine, otaknya tengah berputar membayangkan tubuhku yang tak terbungkus kain.
Dengan duduk kaki terbuka, matanya terpejam dengan sengaja ia membiarkan dirinya terjebak dalam fantasinya.
Jantungnya berdebar-debar saat dalam fantasinya itu, ia sedang menikmati setiap inci tubuhku.
Membiarkan penisnya menonjol, namun mulutnya tak dibiarkan begitu saja, dalam matanya yang terpejam ia masih bisa menghisap rokok.
Karena dirinya sudah tak sanggup menahan, segera ia menghubungi nomerku.
" Halo, ini saya davidz. Saya minta maaf saat kau menelfonku aku tidak mengangkatnya. "
" Aku kira, om sengaja gak mau angkat karena takut ketahuan istrinya om. "
" Tidak, saya sudah bilang kemarin. "
" Kau ada dimana? Aku ingin mengambil kemejaku. "
" Di apartemen, kalau mau ambil om kesini aja. "
" Baiklah, aku akan kesana. " Seketika menutupnya, dan bergegas untuk menghampiriku
Sebelumnya, ia berganti baju. Mengenakan kaos lengan pendek berwarna hitam, dengan celana jeansnya yang berwarna putih dan berlalu masuk kedalam mobil.
Saat mesin menyala, sesaat ia merasa ada yang tertinggal tanpa berlama-lama ia kembali masuk kedalam rumah mengelilingi setiap sudut kamarnya.
Saat melihat ada sebuah meja dengan empat laci, seraya ia membuka satu persatu laci tersebut.
" Nah rupanya ada disini. " Sembari mengambil barang yang dicarinya, sebuah alat kontrasepsi.
" Aku bisa saja tidak memakai ini, tapi aku tidak bisa menjamin kalau aku mau bertanggung jawab. " Tuturnya, seraya membuka kenop pintu mobil.
Bahkan saat sedang menyetir, otaknya masih bisa berfikir nakal. Membayangkan diriku yang sedang memakai lingerie hitam, membiarkan dada serta daerah kemaluanku terlihat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARABELLA
RomanceHANYA BOLEH DIBACA KHUSUS USIA DIATAS 21 TAHUN, KARNA CERITA MENGANDUNG UNSUR VULGAR. TIDAK DISARANKAN UNTUK DIBACA RAME-RAME- Aku seorang wanita yang memiliki profesi yang hanya bermodalkan tubuh saja. Sejak perceraian ayah dan ibu tampaknya hidupk...