25. DUA GARIS

3.9K 42 1
                                    

_{}_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_{}_

  Ketika aku tengah asyik mengayuh sepeda dengan pelan. Seraya gerimis datang ditengah teriknya matahari. sontak membuat kakiku mengayuh sepeda dengan cepat. Sepeda milik Bu Rossi yang sekaligus ibu panti kami ini sudah sangat tua, membuat aku harus ekstra keras mengayuhnya lantaran ban sepeda sedang sedikit kempis. dengan nafasku yang tersengal-sengal hingga bercucuran rintikan hujan yang telah berbaur menjadi satu dengan keringatku. Saat di jalan, isi fikiranku hanyalah cepat sampai di rumah agar aku tidak basah kuyup karena kebetulan juga tidak sedang membawa jas hujan. setiap kali mengayuh dengan keras dan cepat, tulang kakiku seakan ingin lepas karena berat sekali akibat ban nya yang tengah kempis.

" Ini gak ada tukang isi angin ban apa ya."

" Haduhhh berat sekali. "

" Mana lagi gerimis lagi. "

" Ayo dong jangan hujan dulu,biar aku sampai rumah dulu. "

" Pleasee kasihanilah diriku." Sembari kakiku yang tengah mengayuh, aku terus mengicau dengan kepalaku yang celingak celinguk kanan kiri melihat setiap sudut jalanan yang mencari keberadaan tukang tambal ban ataupun isi angin. Namun tidak ada satu pun aku melihatnya, dengan terpaksa aku terus melajukan sepedaku dengan cepat. namun tatkala petir menyambar membuatku terkejut dan ketakutan.

Seketika aku menambah kecepatannya, dan secara bersamaan pula tubuhku yang mungil ini pun diguyur hujan dengan sangat deras. setelah aku melihat sudah begitu dekat dengan jarak rumah, seketika itu pulang aku mengayuhkan sepeda dengan berdiri tanpa memperdulikan seragam sekolahku yang sudah basah kuyup. hari ini memang cuacanya tidak kondusif. kadang kala nya mendung lalu kemudian berubah menjadi sangat panas. Sesampainya didepan rumah, aku melihat Bu Rossi tengah berdiri sedang membuka kunci pagar. tanpa menunggu lama aku memasukkan sepeda. Dan berjalan menuju pintu belakang karena badanku yang sudah basah kuyup kehujanan.

" Ara masuk ke belakang saja ya. "

" Iya Bu, ibu habis dari mana.?"

" Dari puskesmas menjenguk saudaranya Nayla."

" Setiap hari harus bawa jas hujan ya Ra mulai sekarang."

" Iya Bu, ini juga baru pertama kali Ara ke sekolah naik sepeda. Biasanya kan naik angkot."

" Ibu suka takut kalau Ara naik angkutan umum sendirian."

" Yasudah ibu masuk ke dalam ya. " Seraya aku berjalan menuju pintu belakang sambil menginyakan perkataan Bu Rossi. Beliau memang kering tidak kehujanan karena pergi menggunakan mobil milik panti. Sedangkan Nayla adalah salah satu anak di panti yang aku tempati. Nayla seumuran denganku namun ia memang anak yatim piatu dan tidak satu pun saudaranya yang mau merawatnya. Meski demikian Nayla tidak pernah membenci saudaranya karena dia merasa setidaknya ia masih memiliki keluarga.

ARABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang