{[]}
" Maaf ya ara, kau jadi mendengar semuanya. "" Allan, kau mau bertunangan dengan siapa? "
" Orang itu yang memaksaku untuk menikahi seseorang yang bahkan aku tidak kenal, jadi alasan aku mengajakmu.. Agar mereka tahu, bahwa aku sudah punya pilihan sendiri. "
" Kau tadi hanya omong kosong kan, bilang kalau aku ini pilihanmu? "
" Mau kau percaya atau tidak, yasudah ra karena kenyataannya hanya itu. "
Ia terdiam, namun, sorot matanya begitu sayu. Sejak keberadaanku, entah mengapa sangat mengusik sosoknya bahkan terlihat jelas tak henti-hentinya ia menghela nafas cukup lama diikuti dengan sesekali melirikku.
" Ara.. " sontak, aku menengok sembari pupil mataku melebar.
" Kau masih berprofesi seperti itu? " seketika aku terkejut, bagaimana mungkin seseorang seperti dia yang pendiam justru malah menanyakan ini kepadaku.
" Enggak, kenapa? " tanyaku, memicingkan kedua bola mata. Allan hanya menggeleng sembari mengeluarkan satu batang rokok untuk dihisapnya.
" Aku tidak rela melihat tubuhmu dijamahi oleh laki-laki yang bukan suamimu. "
" Wanita secantik dirimu tidak cocok dengan profesi murahan seperti itu.. dan itu sangat menganggu pikiranku. " aku terdiam, tak mengerti dengan ucapannya, padahal topik kita bukanlah tentang diriku. Aku hanya bisa mematung, namun mataku berkaca-kaca.
" Pasti hidup yang kau jalani sulit sekali ya ra.. kau harus menjadi seperti ini demi bertahan hidup. "
" Sama halnya dengan diriku, masa lalu yang sangat menyakitkan tidak bisa hilang begitu saja.. Aku harus terus berjalan, melewati semuanya dengan penuh kemunafikan. "
Ia menghadap tegak, dengan pandangan nya yang lurus sembari menghisap cerutunya.
" Bahkan aku harus dipaksa menikah hanya demi kepentingannya.. Setiap hari hidupku selalu di atur. Bahkan aku sendiri tidak tau apa yang membuatku senang.. "
Dengan melihatku, " Tapi sejak bertemu kamu, entah kenapa hidupku serasa membaik, Ra. "
" Allan.. Are you okay? " Ia menghela nafas, dilanjut dengan menggelengkan kepalanya. Setelahnya ia membuang sisa cerutunya.
" Ibuku dihabisi oleh ayahku sendiri. " Sontak aku terkejut, dan seketika menatapnya begitu dalam. Naas, aku malah melihatnya tersenyum. Iya, tersenyum dalam kesakitannya.
" Dan ia tergeletak berceceran darah didepan mataku sendiri, ara.. Kejam banget ya hidup, sejak saat itu bahkan setiap malam aku selalu bermimpi kejadian itu. Sakit.. " tanpa basa basi aku pun langsung memeluknya, memberikannya ruang untuk dirinya bercerita.
" Allan.. Kalau kamu mau nangis, nangis aja tidak apa-apa.. Aku ada disini. "
Dan benar saja, seketika kedua tangannya membalas pelukanku dengan sangat erat. Ia bahkan menangis,
" Yaampun selama ini dia menahan ini semua sendirian. " Batinku," Sakit, Ra!! "
" Setiap hari aku harus menampilkan diriku yang baik-baik saja, apalagi aku tetap harus bertegur sapa dengan seseorang yang membunuh mamaku. "
" Salah apa dia.. Mamaku salah apa.. Demi menguasai hartanya ia bahkan dengan keji membunuh istrinya sendiri. "
Aku pun larut dalam kesedihan, ikut menangis mendengar kata-katanya
" Yatuhan.. Sesak sekali rasanya.. "
Meski begitu, aku terus mengusap punggungnya. " Allan, mulai sekarang kamu jangan menanggung rasa sakit ini sendirian lagi, oke ada aku ya.. ada aku. "
" Mungkin ini salahku, seandainya aku lebih awal mengetahui niat jelek orang itu pasti sampai saat ini aku masih bisa merasakan pelukannya. "
Melepaskan pelukanku, seketika aku menarik tangannya dan lalu aku mengusap air matanya.
" Allan, ini bukan salahmu.. jangan menyalahkan dirimu sendiri, kita semua tidak ada yang tau kapan kematian akan datang, pasti disurga sana mama kamu bangga karna memiliki seorang anak yang kuat dan rendah hati. "
Ia mengangguk, setelahnya ia tersenyum dengan menggenggam tanganku.
" Ara, terima kasih ya.. " aku mengangguk
" Seandainya sisa hidupku aku habiskan denganmu, mungkin aku akan sangat bahagia. "
" Kita pulang yuk ra, anginnya tidak baik untukmu.. " Sontak ia menghidupkan mesin motornya. Di dalam perjalanannya aku merasa ia sangat tenang ketika mengendarainya bahkan sesekali ia mencuri waktu untuk melihat ku dari kaca spion motornya.
Selepas dari ceritanya, rasanya aku sangat ingin membersamainya.. memberikannya pelukan yang selama ini hilang dari hidupnya.
Aku semakin mengerti, alasan dia banyak sekali tato ditubuhnya.
Rupanya, ada rasa sakit yang lebih sakit daripada apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARABELLA
RomanceHANYA BOLEH DIBACA KHUSUS USIA DIATAS 21 TAHUN, KARNA CERITA MENGANDUNG UNSUR VULGAR. TIDAK DISARANKAN UNTUK DIBACA RAME-RAME- Aku seorang wanita yang memiliki profesi yang hanya bermodalkan tubuh saja. Sejak perceraian ayah dan ibu tampaknya hidupk...