|{}|
Setelah kepulangannya dari Kuala Lumpur, ia lebih sering mengepakkan senyum. Rona di pipinya berkali-kali terangkat, meski bola matanya tak lengah menghadap kedepan, sesekali bahkan ia memperhatikan buket bunga yang diletakkannya tepat disebelah ia duduk.
Aku harus alasan apa ya, kalau dia bertanya. Mmph-
Mengeryitkan dahi seolah otaknya tengah berputar-putar memikirkan sebuah alasan.
Jari jemarinya kadangkala mengotak-atik gadgetnya, sembari tangan yang satunya tetap fokus menyetir.
Langit menjelang magrib, mensyahdukan hati juga matanya. Tak ingin melewatkan momen, ia membuka kamera pada handphonenya. Meski dirinya seorang pria, tak membuatnya malu dengan dirinya yang suka mengabadikan langit atau bahkan jalanan yang menurut pandangannya memiliki arti.
Setelah dekat dari Apartement dambaan hatinya, sontak dengan segera ia merapikan rambutnya yang memang sudah rapi sejak tadi.
Kok jadi deg-degan gini ya.. Ah, apaan sih. -
Oke, bilang saja kalau bunga ini dari aku yang salah beli. Oke. - meyakinkan langkahnya, sambil mengatur nafas.
Lagaknya seperti itu seolah baru pertama kali mendekati seorang wanita. Padahal, saat dulu ia juga sempat menjalin hubungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARABELLA
RomanceHANYA BOLEH DIBACA KHUSUS USIA DIATAS 21 TAHUN, KARNA CERITA MENGANDUNG UNSUR VULGAR. TIDAK DISARANKAN UNTUK DIBACA RAME-RAME- Aku seorang wanita yang memiliki profesi yang hanya bermodalkan tubuh saja. Sejak perceraian ayah dan ibu tampaknya hidupk...