Bab 19 *Syal Merah*

543 69 10
                                    

"Ah menyebalkan udara udah dingin tapi malah ditambah hujan" kata Dinda meneduh di halte bis.

Hari hampir malam, langit mulai gelap Dinda yang tak membawa payung mau tak mau harus berteduh. Melihat langit yang mulai gelap Dinda memutuskan untuk membeli payung agar bisa cepat pulang.

Setalah membeli payung di minimarket Dinda memakai payungnya untuk pulang. Ditengah perjalanan hujan semakin lebat dengan angin yang kencang.

"Arghh" suara orang kesakitan

"Lukanya terlalu parah, mana hujan lagi sialan!" Kata seseorang.

Dinda yang mendengar erangan orang yang kesakitan pun mencari arah sumber suara itu. Rupanya suara itu bersumber dari lorong didekat tepi jalan raya. Dinda menengok memastikan apakah benar ada orang disana.

Terlihat samar ada seorang lelaki terduduk didekat tumpukan sampah. Wajahnya tak terlihat jelas, tapi darah yang mengalir karena air hujan dapat terlihat. Dinda yang cemas melihat orang lain menderita dengan cepat menghampirinya.

"Tuan kau tak apa? Kau tampak terluka" kata Dinda menjulurkan payungnya agar pria itu tak kehujanan.

"Tuan kau tak apa? Kau tampak terluka" kata Dinda menjulurkan payungnya agar pria itu tak kehujanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hei aku masih muda tau" kata lelaki itu.

Lelaki itu mendongakkan dagunya ingin tahu siapa yang memberi tumpangan payung. Pria berambut pirang ditengah, dengan tato dikedua punggung tangannya. Ia terlihat penuh luka, seperti sehabis berkelahi.

"Ya ampun lukamu terlihat parah sekali" kata Dinda memperhatikan luka - luka ditubuh pria itu.

"Kenapa duduk ditumpukan sampah gini sih? Ayo cepat obati lukamu" kata Dinda menjulurkan tangannya.

Dinda meraih tangan pria asing itu dan menggandengnya, ia mengajak pria itu pergi ke mini market untuk membeli obat merah dan plester luka.

Dinda menyuruh pria itu untuk duduk dibangku luar dan dia masuk untuk membeli obat yang dibutuhkan.

"Sini ku obati" kata Dinda mengoleskan obat merah ke lengan yang terluka.

"Argghh sakit tau pelan - pelan dong!" Kata pria itu kesakitan.

Sejak bertemu, pria aneh itu tak bicara apapun. Dia hanya diam memandangi wajah Dinda penuh heran. Orang bodoh macam apa yang menyelamatkan orang asing. Pikir pria itu.

"Keliatannya sudah selesai ku obati semua, ada luka lain?" Kata Dinda.

Lagi - lagi pria itu hanya diam dan menatap Dinda.

"Ah pelipismu, dekat alis itu terluka. Oke akan kuberikan plester" kata Dinda.

Dia melihat kearah kantung belanja plesternya habis. Dia kemudian masuk lagi ke mini market menghampiri rak obat, dan segera membayarnya ke kasir.

"Hmm... tuan plester biasanya habis yang tersisa hanya ini" kata Dinda menunjukkan plester bergambar teddy bear.

"Tak apa ya? Dari pada lukanya infeksi" kata Dinda.

Sano ManjirouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang