Mohon maaf atas keterlambatan update nya..
WARNING!
This part has more violence and abusive speech, and more blood related. Please be more wise in reading.
Enjoy guys..
______
___
______Suasana minggu pagi di kediaman Angkara terlihat begitu damai dan tentram, Mike dan Hana kini sedikit lebih senggang dan mengisi akhir pekan nya dengan berolahraga di ruang gym khusus yang ada dirumah nya ini.
Namun berbeda hal nya dengan Jinan, Kamar Jinan pagi hari ini masih terlihat gelap karna gorden didalam kamar nya belum dibuka. Gadis itu masih enggan untuk membuka mata nya, Semalam ia merasakan demam tinggi dan merasa tak enak badan.
Selimut tebal nya masih membungkus keseluruhan bagian tubuh gadis itu.
Ceklek..
Suara pintu terbuka memperlihatkan Hana yang datang sambil menenteng nampan berisi beberapa helai roti isi dan juga beberapa buah obat untuk Jinan.
Di letakkan nya nampan itu, lalu hana menghampiri sang anak dan duduk dipinggiran kasur sebelah Jinan tidur. Hana melepaskan strip penurun panas di dahi Jinan dan memeriksa suhu tubuh anak nya itu.
Suhu tubuh Jinan sudah lumayan menurun jika dibandingkan dengan semalam, Jika saja kemarin Jinan tidak hujan hujanan maka ia tidak akan jatuh sakit pagi ini.
"Sayang.. bangun nak, Sarapan dulu yuk". Diguncangkan nya tubuh Jinan perlahan oleh Hana agar anak nya terbangun.
Namun Jinan masih belum menunjukan reaksi apapun, Nafas nya masih terdengar halus. Gadis itu masih betah dalam mimpi nya.
"Jiji sayang, Bangun dong nak. Ayok minum obat dulu". Hana kembali mengguncangkan tubuh Jinan cukup kencang.
Akhirnya tak berselang lama, Jinan pun menggerakkan tubuh nya dan perlahan membuka mata nya.
"Pusing mah". Kata pertama yang keluar dari mulut Jinan saat baru saja bangun.
"Yaudah ayo makanya bangun dulu, sarapan terus minum obat. Apa perlu mama panggil dokter kesini?". Titah Sang ibu.
"Gausah mah, aku sebentar lagi juga sembuh kok. Gak perlu panggil dokter". Ucap Jinan sambil menyenderkan tubuh nya di sandaran kasur.
"Mau mama suapin?"
"Gausah mah, Jiji bisa sendiri kok". Tolak Jinan halus.
Jinan pun mengambil air putih hangat yang sudah di bawa ibunya tadi lalu meminum nya, tenggorokan nya terasa sangat kering dan hidung nya susah bernafas karna flu.
Ia pun memakan sepotong roti isi nya dengan sangat lambat.
Saat sedang mengunyah fikiran nya melayang jauh pada hari kemarin dimana dirinya dibawa lari menerobos hujan bersama dengan Anggy. Ia ingat dimana tangan Anggy yang lentik dan hangat menggenggam erat tangan nya saat berlari.
Anggy, dia tuh cuek, tapi perhatian juga. Sikap nya kadang manis, kadang nyebelin. Tapi kenapa? hal hal itu membuat lo jadi terlihat menarik Gy?. Batin Jinan.
Sudur bibir Jinan terangkat mengingat hal itu, dan menimbulkan keanehan bagi Hana yang melihatnya.
"Kamu kenapa senyum2 sendiri kaya gitu?". Tanya sang ibu membuyarkan fikiran Jinan.
"Hah? emm.. Jiji gapapa kok. oh iya, bukan mama tadi mau nemenin papa olahraga ya? mending mama sekarang kesana deh takut nya papa marah".
Ujar Jinan begitu tersadar dari lamunan nya, lalu dengan cepat mengalihkan perhatian sang ibunda. Hana yang merasa aneh itu pun tidak mau ambil pusing dengan sikap anak nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUTSIDE LIMITS
ActionPerjalanan kehidupan tidak selamanya akan berjalan mulus, terkadang kebahagiaan tak pernah terpisahkan dengan kesedihan. Bagaikan hujan dikala malam, tangis wanita itu bergema menggelegar semakin menjadi jadi. Wanita itu bernama Jinan Dwi Angkara, t...