Denting suara mesin Monitor Holter terus saja berbunyi menampilkan ritme jantung seorang lelaki yang sedang terbaring lemah tak berdaya di ruangan operasi.
Para medis dirumah sakit itu dengan cekatan menggunakan alat alat nya pada tubuh Mike.
Diluar ruang operasi terlihat Hana sang istri terus saja menangis khawatir akan keselamatan suaminya, Jinan yang beberapa waktu lalu baru sampai pun terus mendekap sang ibunda agar merasa lebih tenang. Kepanikan yang dirasakan kedua nya amat sangat besar, apalagi dokter menyarankan Mike untuk dioperasi.
Berarti bukan itu hal yang biasa, yang terjadi pada Mike. Kecelakaan itu sepertinya cukup parah, Kondisi supir pribadi Mike pun sama parah nya dengan kondisi Mike.
"Mama tenang dulu ya, Jiji yakin Papa baik baik aja Mah. Mama gausah khawatir, dokter dan yang lain nya pasti berusaha sekuat tenaga mereka". Jinan menyeka air mata Hana yang terus saja mengalir tanpa henti.
"Kenapa semua ini bisa terjadi sih Ji?, Kenapa? Mama takut bgt papa kamu kenapa napa nak". Ujar Hana sangat sendu.
"Mah, kita gak tau apa yang akan terjadi sama diri kita, ini udah takdir dari sana mah. Kita sekarang berdoa aja ya supaya papa bisa cepet pulih".
Jinan menyandarkan kepalanya kepada Hana sambil terus mengusap bahu ibunya itu.
Tak dapat dipungkiri, walaupun Jinan saat ini sedang merasa kesal dengan sikap egois Ayahnya, Tapi bagaimanapun juga Mike tetaplah ayahnya, Jinan tetap merasa khawatir dan takut jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi pada ayahnya itu.
Saat sedang menunggu kabar dari dokter diruang operasi, Jinan teringat sesuatu. Ia teringat bahwa dirinya datang bersama dengan Anggy, Namun karna kepanikan yang melandanya ia melupakan Anggy yang mengantarnya tadi.
"Oh iya Anggy, Em.. Mah, Jinan ke depan dulu ya. Jinan lupa sesuatu soalnya, Jinan segera kembali".
Ucap Jinan dengan suara yang kecil lalu berpamitan sebentar pada Hana, Hana pun hanya mengangguk lemah mengiyakan Jinan.
Dengan langkah yang terburu buru, Jinan berlari kecil pergi menuju lobby rumah sakit tersebut. Bola matanya menelisik ke segala arah mencoba mencari keberadaan Anggy disana.
Nafas Jinan cukup terengah kala sampai di depan pintu rumah sakit, Ia hanya mendapati beberapa bodyguard suruhan orangtuanya yang berdiri tegak disana.
"Hehh, Kalian liat orang yang tadi nganter gue gak?". Tanya Jinan pada para bodyguard itu.
"Yang mana non?, tadi non buru buru bgt lari jadi kita gak liat non". Ujar salah satu bodyguard itu.
"Duh, yang rambut nya pendek, hidung nya mancung. Liat gak?, Dia tadi nganter gue, pas ngasih kunci mobil masa gak liat". Ucap Jinan menjelaskan ciri ciri dari fisik Anggy.
Para bodyguard itu terdiam sesaat, lalu salah satu dari mereka kembali berbicara.
"Ohh yang itu non, Dia udah pergi sejam yang lalu. Abis ngasih kunci mobil, Orang nya langsung pergi gitu aja non". Jawab lelaki botak bertubuh kekar.
"Gak bilang apapun?".
"Nggak non, Gak pamit gak apa, langsung melengos aja pergi". Sahut bodyguard yang lain nya.
Penuturan para penjaga pribadi keluarga Jinan itu cukup membuat gadis ini merasa sedikit lega, Ia tak mau Anggy ikut merasakan kekhawatiran yang sedang ia alami saat ini.
Bagus deh, Lebih baik saat ini kita gak ketemu dulu Gy, keadaan gue lagi kacau sekarang.
Batin Jinan sambil menatap kosong halaman rumah sakit yang cukup luas di depan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUTSIDE LIMITS
ActionPerjalanan kehidupan tidak selamanya akan berjalan mulus, terkadang kebahagiaan tak pernah terpisahkan dengan kesedihan. Bagaikan hujan dikala malam, tangis wanita itu bergema menggelegar semakin menjadi jadi. Wanita itu bernama Jinan Dwi Angkara, t...