The Truth

9.8K 414 19
                                    

Giselle's POV

Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi gue. Karna.... GUE BAKAL DIAJAK NICK KETEMU SAMA ORANG TUANYA! OH MY GOD! GUE GAK NYANGKA KALO HUBUNGAN KITA BISA SESERIUS INI.. HAH HUH HAH HUH HAH.... OH MY GOD!!! GUE GAK SABAR SERIUSS... DAN KALIAN TAU? MAMA SAMA PAPA SETUJU SAMA HUBUNGAN GUE DAN NICK. Tapi, Jay kurang suka liat gue sama Nick. Gue gak tau kenapa sama Jay.. Tapi, mama sama papa minta gue buat gak usah peduliin Jay. Karna yang tau kebahagian gue itu gue. Bukan Jay.

"Ehem..." deham Nick. "Cie senyum-senyum sendiri dari tadi..." ledek Nick. "Gak sabar ya ketemu camer?" lanjut Nick.

"Ish.. Apa sih kamu.." ujar gue, yang kayanya pake blushing.

"Astaga... Blushing gini kamunya.. Haha.." ujar Nick lalu mengelus pipi gue lembut.

Fix. Gue makin blushing.

"Nih, minum dulu." ujar Nick lalu menyodorkan sebotol air mineral.

"Makasih Nick." jawab gue.

Dia hanya tersenyum. Senyumnya guys.. Bikin melting. Huhh

Gue pun meminum air mineral dari Nick. Lumayan lega.. Abis di bikin melting, sama blushing, terus minum.. Duh, mayan lah.

Tapi, gak lama, gue ngerasa kepala gue agak berat. Pandangan gue mulai buram. Suara yang tadinya jelas, kini mulai terdengar samar-samar. Mulut, serta anggota tubuh gue yang lain susah digerakin. Lama kelamaan semuanya menjadi gelap.

***

Gue mengerjapkan mata gue. Gue di mana? Ini tempat yang gak familiar sama sekali buat gue. Bahkan tau aja gak. Gue pun memutar ingatan gue. Tadi pagi gue diajak jalan sama Nick buat ketemu sama orang tuanya. Terus di mobilnya dia gue dikasi minum dan gak lama semuanya jadi aneh. Terus sekarang gue ada di....

Gue pun mencoba untuk bangun dari posisi tidur gue. Tapi gak bisa. Termyata tangan serta kaki gue diikat oleh tali. Gue melihat seseorang membelakangi gue. Ya. Dia. Nick.

"Nick.." panggil gue.

Ia membalikan badannya. Gue kaget. Karna dia bawa pisau di tangan kanannya.

"N... N... Nick? Itu ma.. ma.. makss.. makssuddnya apa?" tanya gue dengan nada yang penuh takut.

"Sayang.. Gak usah takut gitu dong.." ujar Nick sambil menoel dagu gue. "Disini... Aku cuma mau bersenang-senang sama kamu." ujar Nick.

"Ih.. Apaan sih Nick? Please jangan macem-macem. Okay?" gue takut banget sama Nick sekarang. Gak tau lagi dia ini kenapa.

"Siapa coba yang mau macem-macem? Hm? Aku cuma mau ngelakuin kebiasaan aku aja yang sempat tertunda." ujarnya dengan santai.

"Kebiasaan kamu? Maksudnya apa sih? Please, to the point aja. Okay?" gue makin bingung sama ini semua.

"Jadi, lu mau to the point?! Iya?!" seru Nick yang membuat gue tersentak kaget.

Ia diam sejenak. Meletakan pisaunya di atas sebuah meja, lalu menarik kursi dan duduk di depan gue. Ia mengacak rambutnya frustasi. Air mata mulai menetes dari matanya.

"Dulu, bokap gue bunuh nyokap gue. Di depan mata gue. Gue masih umur 5 tahun. Gue waktu itu cuma bisa kaget dan nangis." Nick pun menghela napas panjang. "Semenjak nyokap gak ada. Gue ikut bokap. Gue sering dikasih liat video pembunuhan sama dia. Dan dia selalu bilang sama gue, 'keluarin segalanya lewat pisau'. Dan akhirnya, beginilah mental gue."

"Nick, please gue mohon.. Lepasin gue.." pinta gue.

"Apa?! Lepasin lu?! Nangkep lu butuh perjuangan Giselle... Dan dengan mudah lu minta gue buat lepasin lu? Sorry.. Tapi gak segampang itu.." ujarnya.

Bully Boy and Nerdy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang