Michael's POV
Pagi ini gue terbangun dengan kepala yang sangat amat berat. Gue masih memikirkan ucapan mama semalam. Apa iya gue harus ninggalin Indonesia dan pergi ke Amerika? Apa mama serius? Tapi gue gak sanggup kalo harus ninggalin semua orang yang gue sayangi, kaya temen-temen gue. Termasuk, orang yang gue cintai, Giselle. Gue gak bisa jauh dari dia. Tapi, kalo emang gue bakal pergi, gue rasa dia gak akan pernah peduli. Ya, mungkin dengan cara ini, gue bisa move on dari dia.
Gue pun keluar dari kamar dan berjalan ke arah kamar mama dan papa. Pintunya terbuka sedikit.
"Pa? Ma?" ujar gue.
Tak ada jawaban. Gue pun mengetuk pintu kamar itu. Tapi masih gak ada jawaban.
"Pa?! Ma?!" ujar gue agak lebih keras.
Percuma. Masih tak ada jawaban. Gue pun mengintip dari celah pintu kamar mama dan papa. Tapi gak ada orang. Untuk meyakinkan, gue pun membuka pintu kamar mereka. Dan, memang gak ada orang. Lalu mereka semua kemana?
"Ma! Pa!" seru gue.
Masih tak ada jawaban. Apa ini artinya mereka gak ada di rumah? Lalu mereka kemana? Gue pun menuruni tangga dengan tergesa. Di bawah juga sepi. Gue hanya melihat bibi yang sedang menyiram tanaman di luar. Gue pun mulai bingung. Mereka kemana? Tapi, harum makanan yang membuat perut gue tergelitik pun akhirnya membawa gue ke meja makan. Gue melihat ada sepiring nasi goreng dan tepat di sebelahnya, ada sebuah amplop. Karena penasaran, gue pun memilih untuk membuka amplop itu terlebih dahulu. Di dalamnya, terdapat tiket pesawat beserta sepucuk surat. Gue pun membaca surat itu.
Dear, Michael...
Mike, pagi ini, mama dan papa sudah pergi ke Amerika. Maafin mama, karena semalam mama marah-marah sama kamu. Mama gak maksud. Papa udah kasih kamu tiket pesawat ke Amerika. Papa dan mama mau kamu nyusul kami seminggu lagi. Oh ya, mama udah masakin kamu nasi goreng. Semoga kamu suka.. See you Mike! We will miss you!
With LOVE, Papa dan Mama...
Jadi?! Gue nyusul mereka minggu depan?! Apa ini artinya, gue masih punya kesempatan buat dapetin dan yakinin Giselle kalo gue gak salah? Oke! Kalo gitu, sekarang gue harus buru-buru mandi. Gue gak boleh telat nyampe sekolah.
***
Setelah gue selesai mandi dan siap-siap untuk sekolah, gue pun turun ke bawah dan memakan nasi goreng yang tadi dimasakin mama. Setelah itu, gue pun langsung berangkat sekolah.
***
Setelah gue sampai di sekolah, gue melihat Giselle turun dari motor Jay. Hah?! Ini gila! Oh iya! Duh.. Mike jangan bego.. Giselle sama Jay kan saudaraan.. Gak usah jealous gitu.. Oke.. Jangan sampe dia malah makin illfeel sama lo.. Gue pun turun dari mobil. Dan seperti biasa, semua mata tertuju pada gue. Kecuali Giselle dan Jay. Mereka mengabaikan kedatangan gue di sini. Oke.. Gue bakal coba sekarang.
"Hai." sapa gue.
Dia tidak menatap gue sedikit pun. Tidak sedikit pun.
"Kamu masih marah?" tanya gue.
"Duh! Mulai sekarang pake lo gue aja!" ujar Giselle ketus.
"Kalo aku gak mau gimana?' tanya gue menantang.
"Yaudah. Kita gak usah ngomong." jawab Giselle.
"Oke. Kemaren, lu salah paham sama gue. Gue gak ada apa-apa sama Katrina. Itu gak seperti yang lo bayangin ataupun lihat." jelas gue.
Giselle mulai memutar tubuhnya. "Udah deh. Gak usah banyak omong. Sandiwara lo udah kebongkar semua." ujar Giselle.
"Sandiwara apa? Gue gak ngerti." ujar gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bully Boy and Nerdy Girl
Teen FictionCewek kacamataan yang culun masuk ke sekolah baru nya. Tapi disana dia malah di bully habis-habisan. Sampai ada yang nyantol di hati tuh... Copyright © by cindygarfield