10. SAYANG ❤

33.4K 2K 102
                                    

••••○❁🌻🌻❁○••••┈••🌻🌻❁○••••

WAKTU seperti sungai, kita tidak boleh menyentuh air yang sama untuk kedua kalinya, kerana air yang telah mengalir akan terus berlalu dan tidak akan pernah KEMBALI.

••••○❁🌻🌻❁○••••┈••🌻🌻❁○••••





•••Heppy Reading📖•••
⑅⃝●❤⋆♡LOVE♡⋆❤●⑅⃝◌

"Malam ini kita tidur di pesantren, besok baru kita pindah ke rumahku yang sekarang sudah menjadi rumahmu juga," ujar Ariez.

Ariez sudah memiliki rumah sendiri yang telah dia siapkan untuk dirinya dan istrinya kelak dan sekarang dia sudah berkeluarga.

"Iyah," sahut Suci singkat, dia terlalu lelah untuk berbicara setelah acara pernikahan.

Saat ini mereka berdua berada di dalam mobil menuju pesantren yang di urus oleh Umi dan Abi Ariez. Selama perjalanan hanya ada keheningan di antara mereka, Suci tak mengalihkan sedikitpun pandangannya dari arah jendela mobil yang terbuka, Suci menatap pepohonan yang menjulang selama perjalanan.

Hatinya begitu sedih, di usia muda dia harus menikah bahkan dengan seseorang yang sama sekali ia tidak cintai. Tak sadar air matanya keluar tanpa bisa di cegah.

"Huffhh." Suci membuang nafas berat.

Ariez sadar jika Suci saat ini tengah menangis, dari tadi ia memperhatikan Suci yang tidak mau memalingkan wajahnya dari luar jendela. Berulang kali juga gadis yang kini berstatus menjadi istrinya itu menyeka sesuatu dari pipinya.

Ariez Semakin tak tahan saat mendengar isakan kecil dari Suci yang terdengar semakin menjadi-jadi. Ariez mengeluarkan sapu tangan dari jas putih yang ia kenakan.

"Hapus air matamu, aku tak suka melihat istriku menangis," ujar Ariez menyodorkan sapu tangannya.

Suci memandang sapu tangan itu sesaat kemudian menghempaskan tangan Ariez dari hadapannya, menandakan jika dia tidak mau menerima sapu tangan itu.

"Jangan sok peduli!!" pekiknya sebelum kembali memalingkan wajah ke luar jendela.

Ariez yang mendapat perlakuan seperti itu dari istrinya sama sekali tidak merasa marah. Dia mengerti siapapun yang berada di posisi Suci saat ini pasti akan melakukan hal yang sama. Menikah muda dengan cara paksaan dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia cintai bukanlah perkara yang mudah untuk di terima begitu saja. Ariez sangat mengerti itu, jadi dia harus bisa bersabar menghadapi istrinya sampai Suci siap menerimanya dengan sepenuh hati.

Ariez memegang kedua bahu Suci, kemudian menarik Suci untuk berhadapan dengannya. Hal itu membuat Suci terkejut dan melototi Ariez.

"KAMU—,"

"Sssssttt..." Ariez langsung membekap mulut Suci dengan jari telunjuknya. "Kalau kamu tidak mau menghapus air matamu, biar suamimu ini yang menghapusnya," tutur Ariez menatap lekat Suci, ucapannya itu berhasil membuat Suci bungkam sehingga ia lebih leluasa untuk menyeka air mata istrinya.

"Udah. Kan kalau gini cantik," puji Ariez mengukir senyum.

Suci buru-buru memalingkan kembali wajahnya ke luar jendela. Perlakuan manis Ariez barusan mengingatkannya pada Davin. Hatinya kembali hancur, kenapa hal ini harus terjadi padanya.

"Maaf Ariez, gue belum bisa menerima pernikahan ini, pernikahan ini hanya sebuah paksaan semata. Maaf kalau gue belum bisa menerima lo seutuhnya dan menjadi isti yang baik buat lo, tapi gue akan berusaha menghormati lo sebagai sebagai suami gue." Batin suci.

Cinta A dan S (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang