58. PAMIT ❤

12K 692 79
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.

APA KABAR READERSKU?

TINDIS BINTANG DULU DONG😄.
EHHH, JANGAN LUPA KOMENNYA JUGA YA!

OKY NEXT 📖





•••Heppy Reading📖•••
⑅⃝●❤⋆♡LOVE♡⋆❤●⑅⃝◌

"GERLAND!!" seorang gadis masuk dengan nafas terengah-engah dengan bercucuran air mata.

Di belakangnya diikuti beberapa orang cowok yang memasang mimik muka panik.

"Santi...," lirih Suci.

Santi berlari mendekati Suci dan Ariez. "Ternyata lo nggak pernah berubah ya! Selalu saja menanggung beban sendirian. Kenapa lo nggak pernah ngomong kalau lo sakit? Kenapa?!" tanya Santi menatap kesal Ariez.

"Cukup aku dan Allah saja yang tau. Aku tidak mau menjadi beban siapapun," jawab Ariez.

"Menyebalkan!" Santi menyeka kasar air matanya.

"Lan! Kenapa selama ini lo diam aja?" tanya Kenzo sendu.

"Kalau aku jujur... aku nggak mau kalian menjadi sedih dan terus mengkhawatirkan keadaanku," jawab Ariez mengukir senyum lebar.

"Seharusnya lo bilang, Lan," timpal Rayan dengan mata yang mulai memerah menahan pecahan bening di mata.

"Semuanya tolong keluar, kami ingin melakukan pemeriksaan pada pasien," ujar Dokter Mustika.

"Nggak perlu, Dok. Percuma, badanku rasanya udah remuk, aku udah nggak bisa bertahan lebih lama lagi. Aku ingin berbicara pada mereka semua di detik-detik terakhirku," tolak Ariez dengan senyum lebar yang terukir di bibir pucatnya.

"Arsay...," lirih Suci menggenggam erat tangan Ariez, ia sangat tak suka dengan ucapan Ariez barusan.

"Umi, Abi..." panggil Ariez.

"Abi, untuk kedua kalinya aku lihat Abi menangis seperti ini karena aku. Maaf, Bi, jika selama ini aku kurang berbakti dan selalu merepotkan Abi dan Umi. Tolong jaga Umi dengan baik, Iez duluan. Aku juga udah rindu Bunda di sana, Bi..," ucap Ariez menahan rasa sakit yang semakin menyiksa tubuhnya.

"Jangan meminta maaf dan berfikir seperti itu, Nak. Kami adalah salah satu orang tua yang sangat beruntung mendapatkan anak sehebat dan sekuat kamu. Abi dan Umi sangat bangga mempunyai anak sebaik dirimu. Iez harus kuat jangan—" Abdullah menggantungkan ucapannya, lidahnya terasa kelu. Abdullah memilih memalingkan wajah tak sanggup menatap wajah sekarat anaknya.

"Umii...," lirih Ariez mengumpulkan tenaga agar tetap bisa bersuara.

"Iyah, Sayang?" Aisyah mengelus lembut rambut Ariez dengan penuh kasih sayang.

"Umi... nanti setelah alat-alat medis ini di lepas, peluk aku ya untuk yang terakhir kalinya, soalnya aku rindu pelukan Umi, hehe. Kalau nanti aku udah nggak ada, titip ... titip Suci ya, Mi, jangan biarkan dia berlarut-larut dalam kesedihan begitu pun dengan Umi. Umi harus jaga kesehatan jangan sampai sakit kayak Iez. Aku ingin ucapin makasih karena selama ini Umi telah memberikan Iez kasih sayang layaknya Ibu kandung. Iez beruntung banget mendapatkan seorang Ibu seperti Umi. I love you, Mi, Iez sayang banget sama Umi." Ariez menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan guna meringankan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi.

Aisyah menggigit bibir dalamnya menahan isak tangisnya. Aisyah tak bisa membuka suara, dia hanya menganggukan kepalanya dengan air mata yang tak mau berhenti. Dengan tangan bergetar Aisyah mengelus kembali rambut Ariez dan mencium kening anaknya.

Cinta A dan S (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang