|| 09. Rumor Has It ||

3.4K 367 24
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


|| Vote & Komen ||
~●○●○●○●○~

Keyla terus menggeleng. Berusaha menghindar dan memberontak tapi Artha menahan kakinya. Untuk berteriak pun rasanya percuma, suaranya seakan tidak mau keluar.

Melihat Artha yang merangkat naik dengan pisau kecil di salah satu tangannya membuat Keyla semakin ketakutan. Artha tersenyum kepadanya. Mungkin lebih tepatnya menyeringai.

"Bagus. Setidaknya kau menuruti perkataanku yang satu ini" Artha melebarkan senyumnya melihat pergelangan tangan Keyla. Ukiran yang ia buat sama sekali tidak ditutupi oleh apapun dan Artha yakin gadis itu juga tidak berani mengobatinya.

Mendadak sebuah ide muncul dibenaknya. "Bagaimana jika aku membuat satu lagi di tubuhmu?"

Artha benci melihat perempuan menangis, itu membuatnya seakan melemah. Karena itulah ia lebih memilih laki-laki untuk di jadikan korban.

Artha meraih pergelangan tangan Keyla. Sepertinya Artha berubah pikiran. Mendadak sebuah ide baru muncul dikepalanya. Salah satu hal yang akan sangat menyenangkan baginya.

"Dari pada membuat yang baru. Bagaimana jika memperbaharui yang lama. Pasti akan sangat menyenangkan, bagaiamana?"

Tubuh Keyla menegang saat mendengar ucapan Artha. Keyla menggelang kuat.

Tapi Artha tidak peduli. Artha memberikan usapan pada ukiran yang ada di lengan Keyla, sedikit menekannya hingga suara Keyla kembali terdengar.

"Artha!" Keyla memekik. Memejamkan kedua matanya menahan rasa sakit, rasanya sangat perih dan terasa ngilu.

"J-jangan ku mohon" Keyla semakin terisak.

Artha beralih manatap kedua mata Keyla. Wajah dan mata gadis itu sembab karena menangis. Tangan Artha terulur menghapus air mata dipipi Keyla, mengusap pipi gadis itu dengan lembut. Lalu Artha mendekat dan mencium sudut bibir Keyla. Membuat tangisan Keyla berhenti sesaat.

"Kau boleh menangis seupasmu, tapi jangan sampai kau mengeluarkan suara tangisanmu. Karena aku tidak akan suka mendengarnya" Artha kembali mengusap pipi Keyla dengan lembut, lalu beralih mengusap sudut bibir Keyla.

"Tahan suaramu. Jika tidak ingin pisau ini semakin dalam menusuk kulitmu"

Keyla mengangguk. Digigitnya pelan bibir bawahnya. Mengunci mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. Keyla juga meremas kuat seprai berwana merah muda miliknya.

Rumor Has It Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang