Mengukir kupu-kupu adalah hobinya.
Kupu-kupu dengan warna merah adalah kesukaannya.
𝗔𝗿𝘁𝗵𝗮 𝗩𝗼𝗹𝗸𝗲𝗿, laki-laki berambut seputih salju yang dikenal sangat misterius. Dia tidak memiliki rasa empati sedikitpun. Lalu muncul Rumor yang mengataka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
|| Vote & Komen || ~●○●○●○●○~
Pagi ini Keyla tiba disekolah lebih awal dari biasanya. Keyla berangkat menggunakan bus untuk menghindar dari Artha. Mengingat kejadian tadi malam membuatnya merasa semakin takut berada dekat dengan laki-laki itu.
Luka yang seharusnya tidak mengeluarkan darah lagi, kini kembali mengeluarkan darah karena ulah Artha. Memperbaharui. Mudah bagi laki-laki itu mengatakan hal itu. Sementara Keyla mati-matian menahan rasa sakit yang bahkan masih terasa sampai saat ini.
Langkah kaki Keyla berhenti saat dirinya tiba di depan pintu kelas. Keadaan kelas hening. Padahal di dalam kalas berisi banyak murid.
Keyla yakin penyebabnya adalah laki-laki itu. Satu-satunya orang pemilik rambut berwana pirang yang lebih mengarah kewarana putih.
Artha duduk ditempat duduk Keyla. Dengan wajah datar tanpa ekspresi memandang lurus ke depan. Kedua tangannya berada di saku celana. Sangat cool.
Kemudian mata laki-laki itu bergulir menatap kearah Keyla yang baru tiba.
Keyla menarik nafas. Dengan keberanian seadanya ia melangkah memasuki kelas. Semua pasang mata kini menatap kearahnya. Tetapi fokus Keyla hanya tertuju pada Artha. Menebak kemungkinan buruk yang akan terjadi setelah ini.
Artha mengamati wajah Keyla. Saat gadis itu melangkah masuk ke dalam kelas, Artha tidak mengalihkan pandangannya dari wajah cantik gadis itu. Lalu matanya melirik ke arah lengan Keyla. Ada sesuatu yang harus ia pastikan. Karena itulah tujuannya kemari.
"Bisa kau pindah. Ini tempatku"
"Lalu?"
"Aku ingin duduk. Jadi tolong menyingkirlah"
Tidak mempedulikan tatapan tidak suka Keyla. Artha menarik gadis itu untuk duduk. Duduk di atas pangkuannya. Ekspresi Keyla tentu saja terkejut.
Keyla panik. Tetapi beruntung tidak ada satu pun mata yang berani menatap kearah mereka. Itu dikarenakan adanya Artha. Keyla menatap tajam Artha. Tetapi lelaki itu tetap diam dengan ekspresi datarnya.
Yang dilakukan Artha selanjutnya adalah membantu Keyla melepas tas ranselnya. Menaruh benda berwana abu-abu itu di meja. Satu tangan Artha bertumpu dimeja dan satu tangannya meraih lengan Keyla.
"Bagaimana keadaan tanganmu?" Artha bertanya. Kali ini dengan tatapan lembutnya.
"Baik. Tolong izinkan aku berdiri, ini sangat tidak nyaman" Keyla hanya melirik sekilas pada Artha. Ia lebih memilih mandang lurus kedepan sana.
"Bukannya kau bilang ingin duduk?" kali ini Artha menampilkan senyuman diwajahnya.
Untuk sesaat Keyla tenggelam menatap mata biru itu. Dengan cepat Keyla mengerjap beberapa kali, mengalihkan tatapannya ke arah lain.