Dua hari setelah kejadian dimana Rey menyatakan perasaanya pada Kara. Dia sedikit menjaga jarak dengan gadis itu, Kara yang paham dengan perubahan sikapnya hanya bisa menghela napas gusar.
Dia jelas tahu kenapa Rey menjaga jarak seperti itu. Namun, dia akan mengikuti kemauan Rey, Kara sadar bahwa apa yang Rey lakukan tak salah. Hanya saja Kara memang masih memiliki masa lalu yang belum selesai. Dan Kara tak mungkin memulai lembaran baru, sedangkan lembaran lamanya saja belum selesai.
Kara lebih memilih jalan seperti ini, mungkin saja Rey bisa melupakan mengenai perasaanya pada Kara selama ini. Tak apa Kara akan menerimannya.
Kara menghela napas panjang sambil menatap ke depan melalu jendela di sampingnya. Dia melihat Rey ada sedang berjalan di lorong menuju gedung belakang. Tak ada ekspresi diwajah tampan pemuda itu. Dia hanya menatap tanpa tatapan ke depan.
Kara merasa bersalah, namun dia tak bisa berbuat apa-apa untuk sebuah perasaan saat ini.
"Maafin aku, Rey," gumam Kara pelan.
Kara mengalihkan pandangannya kelaptop yang menyala di depannya. Gadis itu tak punya pekerjaan, sedari pagi dia hanya diam sambil mendengarkan beberapa lagu atau menonton video dilaptopnya.
Pegawai di ruangannya tak memberi Kara pekerjaan selama dua hari ini. Padahal masih ada 12 hari lagi sebelum dia menyelesaikan tugasnya.
Rasa bosan mulai menyeruak ke dalam dirinya. Dia kembali menoleh ke arah luar. Tak ada yang istimewah, langit sedang mendung sekarang. Kara meletakkan dagunya di jendela, sambil menunggu hujan yang sebentar lagi akan turun.
Pikirannya kembali terputar tentang ucapan Langit beberapa hari yang lalu. "Pacaran? Sama sepupu sendiri? Kayanya asik, tapi itu nggak mungkin sih." Kara menghela napas gusar. Suara rintik hujan mulai terdengar, pelan namun lama kelamaan menjadi keras dan Kara yakin ini hujan yang menyakitkan bila terkena badan.
Kara menutup jendela, dan kembali fokus kelaptopnya. Dia sangat bosan, menunggu jam istirahat membuatnya ingin tidur, apalagi cuaca hujan seperti ini.
"Kara, kok nggak istirahat?" tanya pembimbingnya.
"Kan belum waktunya, Mbak," balas Kara.
"Udah lewat 5 menit loh. Sana makan, temen-temen kamu udah di kantin mbak liat." Kara mengangguk, dia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kantin.
Kara menghela napas, dia harus menerobos hujan untuk sampai ke depan sana. Untung saja, kantin itu hanya berjarak beberapa meter dari ruangannya. Basah sedikit tak masalah baginya.
Saat ingin lari, Kara tertegun merasakan tangannya digengam. Dia menoleh, Rey tengah berdiri dengan wajah datar di hadapannya.
"Kalau mau nyakitin diri jangan gini," ucap datar pemuda itu.
"Rey? Siapa yang mau nyakitin diri coba? Orang aku mau nerebos hujan aja," balas Kara ketus
"Ya, sama aja, Kara. Udah sini pakai jaket aku buat penutup kepala," ucapanya melepas jaket jeans yang dia pakai. Rey menarik Kara ke dekatnya, pandangan mereka bertemu satu sama lain.
"Jalan! Jangan ngeliatin aku, nanti kamu suka lagi," goda Rey.
Kara langsung memasang wajah kesal dan berjalan mendahuluinya, Rey yang melihat hal itu berlari mengejar Kara sambil terkekeh pelan. Niatnya ingin romantis, tapi sepertinya dia salah.
Kara membuka pintu kantin, di sana sudah ada beberapa anak magang yang menatapnya sambil melambaikan tangan pada gadis itu. Kara langsung tersenyum manis, dia melangkah ke meja yang di tempati anak magang.
Tak lama muncul Rey dari arah pintu, dia mengibaskan jaket jeansnya yang sedikit basah karena hujan. Rey melihat Kara dan yang lainnya ada di sana. Dengan cepat pemuda itu berlari kecil ke sana.
"Kok aku ditinggal sih, Kar?" tanya Rey.
"Kamu lama! Udah tau laper."
Rey hanya terkekeh. "Seperti biasa? Aku pesen dulu, ya." sudah bukan hal aneh lagi jika Rey tahu apa makanan yang Kara pesan setiap dia ke kantin, pemuda itu seperti asisten Kara setiap harinya.
Kara bangkit dari duduknya, namun baru saja ingin melangkah ia sudah terduduk kembali sembari memegang kepalanya.
"Kara, kamu kenapa?" tanya Asa.
"Nggak tau, Sa. Kepala aku pusing banget," keluhnya.
"Kamu kenapa hujan, ya? Kara, kamu tau, 'kan kalau kamu itu nggak bisa kena hujan," omel Asa padanya.
Rey kembali membawa dua piring makanan ditangannya. Dia menatap Kara yang sudah mulai pucat.
"Kara, mak... LOH KARA KENAPA?!" tanya Rey lantang.
"Rey, ini kantin! Mending bawa Kara pulang dia kayanya sakit habis kena hujan," ujar Asa.
"Jangan! Kasih makan dulu 2-3 sendok," timpal Ersa."
"Kara, bisa makan, nggak? Aku suapin, ya," ucap Rey. Kara hanya mengangguk pelan, Rey kemudian menyuapinya makanan.
Suhu badan Kara mulai panas, Rey dan yang lainnya semakin panik. Dengan segara Rey menggendong Kara menuju parkiran, sedang Asa dan yang lainnya pergi ke ruangam gadis itu dan memberitahu pembimbingnya.
"Mbak... Mbak, Kara izin, ya dia demam habis kena hujan," ucap Asa ngos-ngosan ketika sampai di ruangan Kara.
"Demam? Yaudah bawa pulang, ya. Itu barang-barangnya. Tolong, ya," ujar sang pembimbing. Asa hanya mengangguk, sembari memasukkan semua barangnya ke dalam tas milik Kara.
Dia berlari sekuat mungkin ke arah pakiran, Asa melihat Kara sudah memakai jas hujan milik Rey, pun dengan Rey yang sudah siap mengantar gadis itu.
"Haaa... Ini tasnya, buruan!" tegas Asa. Rey melaju menerobos hujan di Kota Makassar yang cukup deras. Mata Kara mulai sayu dan sedikit demi sedikit tertutup, dia tak sanggup menahan rasa kantung dan panas di dalam tubuhnya.
Untung saja rumah Angel dekat dengan perusahaan tersebut, jadi dia bisa dengan cepat sampai di depan gang rumah Angel. Rey turun, dia menggendong Kara sampai ke depan rumah Angel. Untung saja ini hujan, jadi tak banyak orang sepanjang gang masuk rumah Angel.
Rey memencet bel rumah mewah itu, tak ada yang membukanya. Sampai seseorang memperhatikan mereka dari arah depan gang.
"Aku aja."
Hei... Gimana? Sukak?
Jadi, Kara emang punya beberapa riwayat penyakit selain jantung, dia nggak kuat setelah kena hujan dan ya akan berakhir seperti itu.
Kalian penasaran nggak siapa yang muncul di depang gang?
Oh iya, gimana kisah Rey sama Kara. Menurut kalian apa Kara nanti bakalan sama Rey setelah hubungannya selesai dengan Bintang? Atau nggak sama sekali?
Vote, komen dan share ya!!!
See u next time di 'Rasa'
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa [Nakamoto Yuta] ✔
General Fiction- BASED ON TRUE STORY ❝Semesta untuk sepihak hati❞ "Jika aku tak bisa memilikimu, maka semua tentangmu akan abadi dalam karyaku" -Kara "Maaf jika sikapku membuatmu berpikir aneh" -Langit ©pinterest #2gera 300921 #18azaleaspublisher 300921 #16arabell...